NovelToon NovelToon
Muslimah-Muslimah Tangguh

Muslimah-Muslimah Tangguh

Status: tamat
Genre:Teen / Action / Romantis / Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:171.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Rudi Hendrik

Sejumlah muslimah berjilbab didera berbagai permasalahan pelik yang menyerang pilihan jalan mereka untuk berhijab.

Barada, Rina Viona, dan para personel Geng Bintang Tujuh, dituntut memecahkan masalah rumit yang mereka hadapi, termasuk masalah percintaan.

Lalu bagaimana cara mereka bertahan dalam balutan jilbabnya yang harus menghadapi tantangan perkembangan zaman yang semakin terbuka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Sahabat Sejilbab

Masnaini kembali melanjutkan perjalanannya mencari toilet wanita. Setibanya kembali di koridor jajaran kelas-kelas di lantai tiga, Masnaini berhenti sejenak. Ada dua siswi dilihatnya berjalan di koridor. Satu masuk ke dalam kelasnya, sedangkan yang satu lagi pergi ke ujung lorong.

“Toiletnya pasti diujung sana,” terka Masnaini dalam hati lalu berinisiatif mengikuti siswi kelas lain yang menuju ke ujung.

Ternyata benar, di ujung lorong ada tulisan besar berbunyi “Toilet Khusus Siswi”. Masnaini segera masuk.

Toilet di sekolah itu dibuat cukup luas dengan sepuluh kamar. Ada wastafel yang jumlahnya juga sepuluh, berseberangan dengan pintu-pintu kamar toilet. Cermin besar membentang di sepanjang tembok. Tiga mesin pengering tangan tersedia pula. Kebersihan toilet itu terjaga, seperti toilet-toilet di hotel bintang lima yang bertujuan memuaskan konsumen.

Ketika Masnaini masuk, di depan cermin besar berdiri dua orang siswi. Satu siswi sedang bercermin sambil merapikan rambut panjangnya dengan ikat rambut cantik. Seorang lagi adalah Melisa Nuraini, seorang siswi gemuk berjilbab dari kelas 12A. Siswi yang akrab dipanggil Mely itu sedang sibuk menyikat kain jilbabnya dengan sikat yang memakai sabun.

Melihat keberadaan siswi berjilbab lain di sekolah itu, Masnaini jadi tersenyum sendiri. Masnaini menghampiri Mely yang sedang sibuk sendiri, fokus dengan penyikatannya.

“Assalamu ‘alaikum,” salam Masnaini lembut dari belakang Mely.

Mely tidak langsung menjawab, sebab salam itu mengejutkannya. Selama ini tidak ada siswa lain yang menyapa salam terlebih dulu kepadanya, kecuali yang bertujuan mengejek jilbabnya. Namun, sejak ayahnya yang seorang pejabat tinggi di Kementerian Dalam Negeri melakukan protes dan mengecam sikap sosial yang buruk di sekolah itu, yayasan dan Kepala Sekolah memberi jaminan terhadap jilbab Mely dan mengancam bagi siswa yang melakukan pelecehan terhadap jilbab Mely, khusus jilbab Mely saja.

“Wa ‘alaikum salam,” jawab Mely seraya tersenyum samar, setelah agak terdiam memperhatikan Masnaini.

Masnaini lalu membungkuk ojigi memberi hormat kepada Mely, membuat gadis gemuk itu bingung memilih, apakah harus ikut bungkuk atau diam saja. Akhirnya Mely ikut membungkuk juga, persis sesama orang Jepang.

“Senang bertemu sesama pemakai jilbab,” kata Masnaini seraya tersenyum manis lengkap dengan lesung pipinya.

Perkataan itu membuat siswi berambut panjang tapi berok pendek yang sedang mematut diri di cermin, jadi berpaling melirik kedua siswi berjilbab itu. Setelah itu dia berbalik pergi keluar.

“Ya,” ucap Mely mengangguk samar dengan senyum mengerenyit, karena dia tidak kenal dengan siswi itu.

“Kenapa?” tanya Masnaini sambil matanya menunjuk jilbab Mely yang sedang dicuci tanpa melepasnya dari kepala.

“Tadi dilempar telor, jadi baunya amis sekali,” jawab Mely.

“Tidak punya jilbab cadangan?” tanya Masnaini dengan akrab.

“Tidak.”

“Saya punya, tapi ada di loker. Mau jika saya pinjamkan?” tawar Masnaini.

Mely tidak langsung menjawab, ia berpikir dan menimbang. Pertimbangannya lebih kepada faktor belum kenal dengan gadis berlesung pipi itu.

“Boleh jika tidak keberatan,” kata Mely akhirnya.

“Tapi saya mau hajat kecil dulu, ya. Nama saya Masnaini, siswi baru kelas 12,” kata Masnaini sambil bergerak  masuk ke salah satu kamar toilet.

“Nama saya, Melisa. Panggil saja Mely!” kata Mely agak menyahut, karena Masnaini sudah ada di dalam toilet.

Sambil menunggu, Mely menyelesaikan cucian di jilbabnya.

Dua siswi masuk dari luar. Melihat keberadaan Mely, siswi berambut pendek seperti lelaki tapi beranting emas panjang tersenyum. Ia bernama Anri. Sementara siswi lainnya yang berambut sebahu dengan setitik tahi lalat di atas alisnya bernama Susan. Keduanya adalah siswi kelas 12A, termasuk teman sekelas Mely dan bagian dari kelompoknya Lucy.

“Mely!” sapa Anri sambil mendekati Mely.

Sementara Susan tidak menyapa, tapi menepuk bahu kiri Mely, lalu tangannya tidak lepas dari bahu itu.

“Ada apa, Nri?” tanya Mely seraya tersenyum ragu, karena Mely kenal karakter dua teman nakalnya itu.

“Mel, duit saya habis. Kamu ada, kan?” kata Anri.

“Saya juga, Mel. Uang kiriman Ayah seminggu lagi baru datang,” kata Susan.

Mely tidak langsung menjawab, ia hanya tersenyum kaku. Ini bukan pertama kali anggota Lucy cs meminta uang kepadanya.

Meski semua anggota Geng Lucy cs adalah anak-anak dari kalangan ekonomi atas, tapi beberapa di antaranya tinggal di rumah kontrakan, karena mereka adalah putra daerah yang mengandalkan transfer uang dari orangtua mereka. Salah satunya adalah Susan yang berasal dari Sumatera.

Mely adalah salah satu korban tetap Geng Lucy untuk memeras uang. Hampir tidak pernah Mely berani menolak untuk memberi uang. Namun, siswi-siswi nakal ini juga tidak berani meminta uang dalam jumlah besar kepada Mely, sebab mereka tahu Mely adalah anak wakil menteri. Jika pemerasan mereka sampai kepada ayahnya Mely, kemungkinan akan menjadi kasus besar.

“Kalian tidak berniat buang air kecil?” tanya Mely mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

“Heh!” bentak Susan agak keras sambil memukul kepala Mely. Sepasang matanya melotot marah.

Anri juga mendorong bahu kiri Mely, sehingga gadis berjilbab itu agak limbung hampir jatuh.

Tindakan kedua temannya itu membuat wajah Mely mulai mengerenyit takut. Sebab ia pernah merasakan tamparan dari Susan sekali, ketika ia mencoba menolak permintaan mereka.

“Lima ratus!” sebut Susan.

“Saya juga,” kata Anri.

“Banyak betul,” kata Mely keberatan, sebab biasanya mereka hanya meminta di kisaran seratus, dua ratus ribu.

“Kita ke sini khusus buat ketemu kamu, Mel. Jadi, jangan coba-coba menolak. Pas makan siang, harus kamu serahkan!” tandas Susan sambil mencengkeram tengkuk Mely agak bertenaga.

“I... iya!” jawab Mely sambil mengerenyit tanpa bisa melawan perlakuan kedua temannya itu.

Tiba-tiba ada suara lain yang berbicara kepada mereka bertiga.

“Kalau saya yang beri, bagaimana?” tanya orang lain itu.

Ketiganya sempat terkejut dan segera menengok melihat siapa yang bicara. Orang yang berbicara itu tidak lain adalah Masnaini, sambil menyeka sudut bibirnya dengan sapu tangan putihnya.

Masnaini dengan tersenyum membungkuk hormat kepada Anri dan Susan.

“Hahaha!”

Tingkah Masnaini itu membuat Anri dan Susan tertawa merasa lucu. Masnaini pun ikut tertawa lebih rendah dengan suara khasnya yang agak serak.

“Satu juta untuk kalian berdua nanti di jam makan. Bagaimana?” tawar Masnaini seraya tersenyum, memperlihatkan jelas lesung pipi manisnya.

“Oh, tidak bisa. Satu juta itu karena Mely anak wakil menteri. Kamu jelas beda!” tandas Susan dengan tangan masih mencengkeram tengkuk Mely.

“Tapi kamu siapa?” tanya Anri sambil lebih mendekat kepada Masnaini sambil memandangi gadis berjilbab itu dari atas sampai bawah sepatu, seolah berniat melahapnya bulat-bulat.

“Saya Masnaini, siswi baru tingkat 12. Saya juga sahabat baru Mely,” jawab Masnaini.

“Saya enggak peduli kamu anak siapa, tapi kalau kamu mau menggantikan Mely kali ini, kamu harus kasih ke kita dua juta,” kata Anri.

“Eh, jangan, Masnaini!” seru Mely. “Biar saya yang kasih mereka sejuta.”

“Dua juta di waktu jam makan, deal?” kata Masnaini tersenyum kepada Anri, ia mengulurkan tangannya untuk salaman tanda sepakat.

Anri menatap Masnaini sejenak dengan dingin. Lalu ia berubah tersenyum dan menjabat tangan Masnaini.

“Deal!” ucap Anri. “Tapi kalau kamu ingkar, bukan cuma saya dan Susan yang cari kamu, tapi puluhan orang!”

“Oke,” kata Masnaini.

“Hahaha!”

Sambil tertawa, Susan melepaskan tangannya dari tengkuk Mely dan berjalan pergi bersama temannya meninggalkan kedua siswi berjilbab itu.

“Kenapa kamu berbuat itu?” tanya Mely tidak setuju.

“Tidak apa-apa. Mudah-mudahan pemberianku itu jadi yang terakhir bagi mereka,” kata Masnaini seraya tersenyum. “Ayo ke lokerku!”

Mereka pun keluar dari toilet siswi itu.

“Kenapa kamu bisa dilempar telor, Mel?” tanya Masnaini.

“Di kelasku ada anak baru, dan anak-anak sudah menyiapkan sambutan untuk anak baru. Ketika hendak perkenalkan diri di depan kelas, anak-anak melemparinya dengan telor yang banyak. Dua telor untukku,” jawab Mely.

“Hmm, siswi baru yang gemuk seperti kamu itu ya?” terka Masnaini seraya tertawa kecil tanpa maksud menertawakan kemalangan Mely.

“Iya.”

“Berarti jika saya yang ditempatkan ke kelasmu, saya yang akan menjadi korban. Di kelas 12B aman-aman saja,” kata Masnaini. “Lalu, nasibnya sekarang bagaimana?”

“Seluruh pakaiannya kotor oleh telor mentah. Sudah saya temani membersihkan diri dan meminjamkannya pakaian di ruang kesiswaan. Dia menangis terus.”

“Kasihan,” ucap Masnaini tanpa tertawa lagi.

“Saya senang kenal kamu, Mas. Sebab mulai sekarang saya punya teman berjilbab. Hanya kita berdua yang berjilbab di sini,” kata Mely.

Masnaini hanya tertawa kecil.

“Panggil saja Aini atau Ain,” kata Mely.

“Oke,” kata Mely tersenyum senang.

“Yang tadi itu teman sekelas kamu, Mel?” tanya Masnaini.

“Iya. Yang rambut pendek namanya Anri, yang satunya lagi Susan. Dua-duanya anggota Geng LC Girls.”

Mereka akhirnya tiba di lorong yang penuh dengan deretan loker. Setiap siswa yang bersekolah di sekolah itu memiliki loker pribadi. Masnaini yang baru bersekolah di hari itu pun, langsung diberi loker. (RH)

1
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
Waah... Barada ini sepertinya ada keturunan Ambon manise, biasa mereka hitam manis dan sedap dipandang mata 🤭😁
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
Ha Ha.. gimana gak batal kalo nyicip ya semangkok habis sendiri 🤣🤣
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
kek orang Jumatan aja, separoh jalan umum dipake buat sholat 😁🤭
delete account
semoga sukses om Rudi🤲🏼
delete account
aduhh malah jadi pendiam gimana mau jujur dong 🤔
delete account
melihat keadaan lemah diramai warga itu maksud nya apa🤔
delete account
aduhh jadi gini bolong puasa nya?
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
aku kira kebun nanas yang di lampung om
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
apa yang mereka incar
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
kenapa mereka di pisah kan
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ya Alloh ternyata cantik ala telur rebus udh sejak di novel ini 🤣🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
dih.. kok Joko 😅😅 bang Fathul loh... bukan Joko Tenang 😅😅😅
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
kalo buang sial di situ boleh nggak? 🤣🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
weh.. benda apa?
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
slow rock Malaysia itu unik sih menurut ku 😁
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ah dahlia.. benar-benar lucu ludes 🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
seru.. seru.. kek nonton film mata2 😍😍
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
pasti nampak sangat kuning si Badar😁
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
Badar emang sesuatu
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
high quality janda... gimana bang Fat? 😅😅😅


gak heran kalo jandanya sekaliber bunda Maia dapatnya duda sekaliber Irwan Mursi 🤣🤣 eh kok malah ngelantur gue 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!