Perjalanan seorang pemuda bernama Cassius dalam mencari kekuatan untuk mengungkap misteri keruntuhan kerajaan yang dulu merupakan tempat tinggalnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mooney moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan para Draconian
Elder Draconian diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, kalau begitu akan kujelaskan."
Tatapannya menyapu sekeliling ruangan, memastikan bahwa semua yang hadir benar-benar memperhatikan sebelum ia mulai berbicara.
"Masalah di kawasan gunung berapi ini bukan sesuatu yang baru. Ini adalah hasil dari ketidakseimbangan yang terjadi selama berabad-abad. Semua bermula dari keberadaan Flame Core, inti api yang menyimpan dan melepaskan energi panas dalam jumlah besar. Biasanya, benda ini hanya muncul di tempat yang memiliki energi panas tinggi yang bercampur dengan konsentrasi sihir yang pekat di udara."
Elder Draconian menghela napas, seakan mengingat sesuatu yang jauh di masa lalu. "Dulu, di kawasan ini hanya ada satu Flame Core, yang berukuran sangat besar, dan terletak di tengah kawah gunung berapi terbesar, sebuah tempat yang di sebut The Unburn’s Lair."
Cassius mendengarkan dengan seksama, sementara Mulgur mengangguk pelan, seolah sudah mengetahui semua ini sebelumnya.
Elder Draconian melanjutkan, suaranya tetap dalam dan tenang. "Namun, sekitar seratus tahun terakhir, jumlah Flame Core di kawasan ini terus bertambah dengan cepat. Awalnya, itu hanya anomali yang terjadi perlahan. Namun seiring waktu, efeknya menjadi semakin nyata, magma di dalam bumi mulai tertarik naik dan membentuk gunung berapi baru yang lebih kecil. Danau-danau lava mulai muncul, bahkan beberapa gua di dalam perut gunung kini memiliki Flame Core yang tak seharusnya ada."
Cassius menarik tubuhnya kebelakang sebelum bertanya. "Dan apa penyebab dari semua itu?"
Elder Draconian menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Kedatangan para Wyvern, Drake, Lindworm, dan banyak makhluk mitologi lainnya."
Cassius mengerutkan dahi. "kedatangan mereka?"
"Ya," Elder Draconian mengangguk. "Makhluk-makhluk itu datang karena tertarik pada energi yang dipancarkan oleh Flame Core yang ada di The Unburn’s Lair. Mereka ingin menyerap kekuatannya, menggunakannya untuk meningkatkan kekuatan mereka sendiri. Tapi masalahnya, mereka datang dalam jumlah yang tidak sedikit. Banyak dari mereka yang tiba di sini dalam waktu yang berdekatan, dan pada akhirnya, persaingan pun terjadi."
"Persaingan antara mahluk kuat.. " Gumam Cassius dengan pelan.
"Ya, mereka bertarung, mereka saling membunuh, dan setiap kali mereka bertarung, energi sihir yang mereka lepaskan mengendap di udara, bercampur dengan panas yang ada, dan perlahan menciptakan lebih banyak Flame Core yang lebih kecil." Lanjut Elder Draconian.
Cassius mulai memahami gambaran besar dari masalah ini. "Jadi semakin banyak mereka bertarung, semakin banyak juga Flame Core yang tercipta."
"bisa dibilang seperti itu," Elder Draconian menegaskan. "Dan itu belum semuanya. Karena semakin banyak Flame Core yang muncul, maka semakin banyak pula makhluk yang tertarik untuk datang. Ini menciptakan siklus tanpa akhir. Makhluk-makhluk kuat datang mencari kekuatan, bertarung untuk mengklaimnya, menciptakan lebih banyak Flame Core, dan memanggil lebih banyak lagi makhluk yang ingin mendapatkan bagian mereka."
Mulgur menghela napas dan mengusap janggutnya. "Dan efeknya… kawasan gunung berapi perlahan mulai meluas, mengikis area hutan yang seharusnya tetap bertahan."
Elder Draconian mengangguk. "Benar. Tanah yang dulunya subur kini mulai mengering, pepohonan terbakar perlahan, dan jika dibiarkan, tidak ada yang tahu seberapa jauh gunung berapi ini akan menyebar. Mungkin dalam beberapa abad ke depan, bisa saja Hutan Pilgrum tidak akan ada lagi."
Keheningan sesaat menyelimuti mereka. Bara obor di dinding altar utama berderak pelan, memberikan latar suara yang samar di antara pembicaraan mereka.
Cassius menatap dalam ke arah Elder Draconian. "Jadi… apa yang kalian inginkan dariku dan Mulgur?"
Elder Draconian menatapnya, matanya yang tajam seolah meneliti sesuatu dalam diri Cassius. "Itulah yang ingin kita bicarakan sekarang."
Lalu Elder Draconian mengalihkan pandanganya ke arah Mulgur dengan penuh minat. "Kau bilang anak ini mungkin bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang unik. Apa maksudmu?"
Mulgur mengusap janggut akarnya dengan ekspresi sedikit jenaka, lalu mengangguk ke arah Cassius. "Anak ini punya kemampuan yang di luar nalar."
Elder Draconian mendengus pelan. "Aku memang merasakan sesuatu yang janggal darinya sejak pertama kali bertemu. Ada sesuatu yang… tidak biasa, tapi aku tak tahu pasti apa itu."
Mulgur tersenyum tipis. "Tentu saja kau merasakannya. Cassius memiliki sesuatu yang sangat jarang dimiliki oleh makhluk mana pun, termasuk mahluk seperti kalian." Ia melirik ke arah Cassius, seolah memastikan apakah pemuda itu keberatan jika hal ini dibicarakan. Namun, Cassius tetap diam, membiarkan Mulgur melanjutkan.
"Dia memiliki Loomb yang membuatnya mampu meregenerasi apapun yang ada dalam tubuhnya. Luka, bagian tubuh yang hilang, bahkan energi sihir… semuanya bisa utuh kembali, seperti pohon yang tak bisa ditebang mati. Dan saat ini, dia sedang berada dalam fase pencarian kekuatan."
Elder Draconian terdiam sejenak, matanya menyipit sedikit. "Regenerasi absolut?" gumamnya, lebih pada dirinya sendiri. "Itu memang bukan kemampuan yang biasa dimiliki manusia… atau bahkan makhluk lainnya. Biasanya loomb hanya berupa regenerasi biasa yang hanya mempercepat pemulihan luka saja."
Mulgur mengangguk. "Tepat. Dan karena itulah, mungkin saja ada sesuatu yang bisa dia pelajari dari para Draconian. Sesuatu yang mungkin bisa memecahkan masalah ini, sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang seperti Cassius."
Keheningan menyelimuti ruangan sejenak. Elder Draconian menutup matanya, berpikir dalam-dalam. Dua Draconian lain yang tadi mengantar Cassius dan Mulgur mulai berbisik di antara mereka sendiri, mendiskusikan kemungkinan dari apa yang baru saja diungkapkan.
Setelah beberapa saat, Elder Draconian membuka matanya kembali dan menghela napas. "Aku mengerti maksudmu. Tapi meskipun demikian, kami masih belum tahu pasti bagaimana rencana ini akan berjalan."
Mulgur tersenyum samar. "Kalau begitu, kita harus mencari tahu bersama."
Elder Draconian mengangguk pelan, lalu menoleh ke arah para Draconian lainnya. Setelah beberapa pertimbangan dan diskusi singkat diantara mereka, akhirnya dia kembali menatap Mulgur dan Cassius. "Baiklah. Kami setuju."
Namun, sebelum keputusan itu benar-benar diresmikan, Mulgur menoleh ke arah Cassius dengan ekspresi yang lebih serius. "Tapi, itu hanya jika Cassius sendiri juga menyetujuinya."
Cassius menyandarkan dirinya sedikit ke belakang, mengamati situasi dengan tatapan penuh perhitungan. Namun, sebelum dia sempat menjawab, sebuah suara lain terdengar.
"Kali ini, kami tidak punya banyak pilihan dan juga tidak punya banyak waktu."
Cassius menoleh ke sumber suara. Seorang Draconian wanita yang berdiri di samping Elder Draconian dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya, ekspresinya tenang namun penuh keyakinan. "Kami mungkin meminta banyak darimu. Tapi kami juga memastikan bahwa kami akan memberi sebanyak yang kami minta."
Cassius terdiam sejenak, menatapnya dalam diam, lalu mengalihkan pandangannya ke Elder Draconian dan Mulgur. Lambat laun, sudut bibirnya terangkat dalam seringai kecil.
"Baiklah kalau begitu, aku menerimanya." katanya, dengan nada puas.
Setelah kesepakatan dicapai, ketegangan yang sempat menyelimuti ruangan perlahan mencair. Atmosfer di dalam ruangan menjadi lebih santai, dan percakapan pun terasa lebih alami.