NovelToon NovelToon
Suamiku Ternyata Konglomerat

Suamiku Ternyata Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Indriani_LeeJeeAe

Satu malam yang tak pernah ia inginkan mengubah seluruh hidup Serene Avila. Terbangun di samping pria asing, ia memilih kabur tanpa menoleh—tak tahu bahwa pria itu adalah Raiden Varendra, konglomerat muda yang bisa mengguncang seluruh kota hanya dengan satu perintah. Dua bulan kemudian, Serene hamil… kembar. Di tengah panik dan putus asa, ia memutuskan mengakhiri kehamilan itu. Hingga pintu rumah sakit terbuka, dan pria yang pernah ia tinggalkan muncul dengan tatapan membelenggu.

“Kau tidak akan menyentuh anak-anakku. Mulai sekarang, kau ikut aku!”

Sejak saat itu, hidup Serene tak lagi sama.
Dan ia sadar, kabur dari seorang konglomerat adalah keputusan terburuk yang pernah ia buat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indriani_LeeJeeAe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 > Pengkhianatan Paling Dekat

Nama itu masih menggantung di udara. Begitu berat hingga seolah meremukkan dada setiap orang yang berada di ruangan itu. Serene merasakan darahnya mengalir lebih lambat. Jantungnya berdetak tak beraturan, seakan tubuhnya menolak menerima kenyataan sebelum pikirannya sempat memproses.

“Tidak…” bisiknya lirih. “Itu tidak mungkin.”

Raiden berdiri membeku. Wajahnya keras, namun sorot matanya berubah. Bukan marah, melainkan sesuatu yang jauh lebih berbahaya. Kekecewaan.

“Kau yakin?” tanya Raiden akhirnya, suaranya rendah dan dingin.

Arlo mengangguk pelan. “Kami masih menyelidiki, Tuan. Tapi jejak digital, akses keamanan, dan jadwal pergerakan… semuanya mengarah ke satu orang.”

Raiden memejamkan mata sesaat. Nama itu bukan sekedar staf. Bukan orang sembarangan. Ia adalah bagian dari hidup Raiden... orang yang dipercaya, diberi akses penuh, dan tahu hampir semua rahasia penting.

Jika itu benar… maka perang ini jauh lebih kotor dari yang ia bayangkan. Serene menggenggam ujung selimut. “Raiden… siapa dia?”

Raiden membuka mata dan menoleh padanya. Tatapannya melembut sekejap. Cukup untuk menunjukkan bahwa apa pun yang terjadi, Serene tidak boleh ikut terseret lebih jauh. “Seseorang yang seharusnya melindungi kita,” jawabnya pelan. Dan justru itu yang membuatnya paling berbahaya.

***

Beberapa jam kemudian, Raiden duduk sendirian di ruang rapat tertutup. Lampu temaram. Dinding kedap suara. Satu layar besar menampilkan rekaman keamanan, data transaksi, dan jalur komunikasi yang saling terhubung.

Nama itu muncul berulang kali. Terlalu sering untuk disebut kebetulan. Raiden menekan pelipisnya. Kepalanya berdenyut, bukan karena luka bahunya, melainkan karena kenyataan pahit yang kini tak bisa dihindari.

“Sejak kapan?” tanyanya pada Arlo yang berdiri di seberang meja.

“Minimal tiga bulan,” jawab Arlo. “Mungkin lebih.”

Tiga bulan?

Raiden mengingat kembali garis waktunya. Malam itu... One night stand. Serene, kehamilan, tekanan keluarga Adrian. Semua seolah tersusun rapi.

“Jadi sejak awal,” gumam Raiden. “Aku sudah digiring.”

Arlo mengangguk. “Dan mereka menunggu saat yang tepat.”

Raiden tersenyum miring, tanpa humor. “Cerdas.”

“Tuan…” Arlo ragu sejenak. “Apa yang akan Anda lakukan?”

Raiden menatap layar, lalu berdiri perlahan. “Aku akan memastikan siapa pun yang bermain di belakangku… menyesali keputusan itu.”

***

Di sisi lain bangunan. Serene duduk di balkon kecil kamar medis, ditemani angin malam yang dingin. Kota di kejauhan tampak damai, terlalu damai untuk mencerminkan kekacauan yang ia rasakan. Tangannya terus mengusap perutnya.

Ia merasa lelah. Secara fisik. Emosional. Mental.

Namun di balik semua itu, ada satu hal yang tumbuh perlahan dalam dirinya... keberanian. Serene bukan lagi gadis yang hanya bereaksi terhadap keadaan. Ia adalah seorang ibu. Dan seorang ibu akan belajar menjadi berbahaya demi melindungi anaknya.

Pintu balkon terbuka pelan. Raiden melangkah keluar, wajahnya tampak lebih keras dari biasanya. “Bagaimana perasaanmu?” tanyanya.

“Lelah,” jawab Serene jujur. “Tapi sadar.”

Raiden berdiri di sampingnya. Untuk sesaat, mereka hanya menatap kota dalam diam. “Raiden,” ucap Serene akhirnya. “Jika orang yang mengkhianatimu itu sangat dekat… apakah itu berarti aku juga tidak aman?”

Raiden menoleh cepat. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu.”

“Aku tahu,” Serene tersenyum tipis. “Tapi aku ingin tahu kebenarannya. Aku tidak mau dilindungi dengan kebohongan.”

Raiden menghela napas panjang. “Kau berhak tahu.”

Ia menatap Serene. “Orang itu memiliki akses ke sistem keamanan, ke jadwalku, ke keputusan penting. Jika ia mengkhianatiku… maka hampir semua yang kita hadapi sejauh ini mungkin adalah bagian dari rencananya.”

Serene menelan ludah. “Termasuk… penculikanku?”

Raiden mengangguk pelan. Keheningan kembali tercipta. “Raiden,” suara Serene bergetar. “Kalau begitu… apa mungkin ada orang lain yang tahu tentang anak-anakku?”

Raiden terdiam. Dan lagi-lagi keheningan itu menjawab lebih keras dari kata-kata.

***

Keesokan paginya, badai datang dari arah yang tidak terduga. Berita ekonomi utama menampilkan judul besar: VARENDRA CORP DITERPA SKANDAL INTERNAL?

Serene membaca layar ponsel dengan jantung berdegup kencang. “Ini cepat sekali,” gumamnya.

Raiden berdiri di belakangnya, wajahnya tanpa ekspresi. “Mereka mulai menekan dari depan.”

“Siapa?” tanya Serene.

“Semua orang yang mencium darah,” jawab Raiden. “Dan Adrian berada di balik layar.”

Tak lama kemudian, Arlo masuk dengan wajah tegang. “Tuan, dewan direksi meminta rapat darurat. Mereka menuntut klarifikasi.”

Raiden tersenyum dingin. “Mereka tidak menuntut. Mereka takut.”

“Dan satu hal lagi,” lanjut Arlo. “Kami kehilangan kontak dengan satu orang.”

Raiden menegang. “Siapa?”

Arlo menyebutkan nama itu. Serene merasakan tubuhnya melemah. “Dia menghilang?” tanya Raiden tajam.

“Ya. Dan sebelum menghilang, dia mengakses satu data sensitif.”

“Data apa?” suara Raiden berubah berbahaya.

Arlo menelan ludah. “Data medis… tentang Nona Serene.”

Dunia seolah runtuh. Serene meraih lengan Raiden. “Raiden…”

Raiden mengepalkan tangannya. “Mereka ingin menekan dari sisi paling kejam.”

“Apa maksudnya?” Serene bertanya, meski ia mulai mengerti.

Raiden menatapnya dengan mata penuh amarah yang ditahan. “Mereka tahu betul satu-satunya cara menghancurkanku adalah lewatmu… dan anak-anak kita.”

***

Di tempat lain, Aurelia Adrian berdiri di depan jendela kantornya, memandangi hujan yang turun deras. Senyum tipis terukir di bibirnya saat ia menerima laporan terbaru. “Dia mulai kehilangan kendali,” ujar asistennya.

“Belum,” jawab Aurelia santai. “Tapi dia mulai takut.”

“Apakah langkah selanjutnya?”

Aurelia menoleh, matanya dingin. “Dorong dia ke sudut.”

“Apa dengan skandal?”

“Lebih personal,” jawab Aurelia. “Buat dia memilih.”

“Memilih apa?”

Aurelia tersenyum. “Antara perusahaan… atau keluarga kecil yang bahkan belum sempat ia akui secara resmi.”

***

Sore hari ...

Raiden terpaksa menghadiri rapat dewan direksi secara tertutup. Wajah-wajah yang biasanya tunduk kini menatapnya dengan curiga dan tekanan. “Kami perlu jaminan stabilitas,” ujar salah satu direktur senior. “Investor mulai gelisah.”

“Apa maksud Anda?” tanya Raiden dingin.

“Aliansi pernikahan dengan keluarga Adrian,” jawab yang lain tanpa ragu. “Itu satu-satunya langkah yang bisa menenangkan pasar.”

Raiden tertawa pendek. “Kalian ingin aku menjual hidup pribadiku?”

“Kami ingin Anda menyelamatkan perusahaan,” jawab mereka.

Raiden berdiri. “Perusahaan ini berdiri karena aku. Dan tidak akan runtuh hanya karena aku menolak tunduk.”

“Tapi bisa runtuh karena skandal,” balas direktur itu tajam. “Dan kehamilan di luar nikah adalah bom waktu.”

Raiden menatap mereka satu per satu. “Kalian lupa satu hal.”

“Apa?” tanya seseorang.

“Aku tidak pernah bermain sesuai aturan orang lain.”

Ia melangkah keluar, meninggalkan ruangan yang mendadak sunyi.

***

Malam itu, Serene duduk sendirian di kamar. Perutnya terasa tegang, emosinya bergejolak. Ia memandangi pantulan dirinya di cermin. Perempuan ini… bukan lagi gadis yang kabur dari ranjang pria asing.

Ia adalah ibu dari dua kehidupan. Dan pusat dari perang kekuasaan yang tak ia minta. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Raiden masuk dengan wajah letih, namun tatapannya langsung mencari Serene.

“Apa kau baik-baik saja?” tanyanya.

Serene tersenyum kecil. “Pertanyaan itu terdengar lucu akhir-akhir ini.”

Raiden duduk di sampingnya. “Aku minta maaf.”

“Untuk apa?” tanya Serene.

“Untuk membawamu ke dunia ini,” jawab Raiden jujur. “Dunia yang kotor dan kejam.”

Serene menatapnya lama. “Aku tidak menyesal bertemu denganmu.”

Raiden terdiam.

“Tapi aku menyesal jika anak-anakku harus tumbuh dengan ketakutan,” lanjut Serene tegas. “Raiden… jika keadaan ini semakin buruk, aku akan pergi.”

Raiden menegang. “Tidak.”

“Aku tidak minta izin,” ujar Serene lembut namun kuat. “Aku menyatakan niat.”

Raiden menatapnya dalam-dalam. “Aku tidak akan kehilanganmu.”

“Kalau begitu,” Serene mengusap perutnya, “hentikan perang ini sebelum ia menelan kita semua.”

Raiden mengepalkan tangannya. “Besok,” katanya akhirnya, “aku akan mengumumkan sesuatu.”

“Apa?” tanya Serene.

Raiden menatapnya dengan sorot yang sulit dibaca. “Sesuatu yang akan mengubah arah permainan.”

***

Malam semakin larut. Di layar ponsel Aurelia, sebuah notifikasi masuk. RAIDEN VARENDRA AKAN MEMBERIKAN PERNYATAAN RESMI BESOK PAGI.

Aurelia tersenyum pelan. “Baik,” gumamnya. “Mari kita lihat… apa yang akhirnya kau pilih.”

Sementara di kamar yang sunyi, Serene terjaga, jantungnya berdebar tak menentu. Ia merasakan gerakan kecil di dalam perutnya, seolah bayi-bayinya ikut merasakan ketegangan sang ibu. “Apa pun yang akan terjadi besok,” bisiknya, “kita akan menghadapinya bersama.”

Namun jauh di dalam hatinya, Serene tahu... pernyataan Raiden esok hari bisa menjadi penyelamat… atau justru awal dari kehancuran yang lebih besar. Dan pilihan yang akan ia umumkan... mungkin bukan pilihan yang Serene harapkan.

***

Langkah apa yang akan Raiden ambil?

to be continued

1
Wayan Miniarti
luar biasa thor... lanjuttt
Li Pena: Siap, Akak.. maacih udah mampir ya 🙏🤭
total 1 replies
Sunarmi Narmi
Baca di sini aku Paham kenapa bnyak yg tdk Like...Di jaman skrng nikah kok berdasar Status apalagi sdh kaya....Bloon bnget kesenjangan sosial bikin gagal nikah apalagi seorang Raiden yg sdh jdi CEO dgn tabungan bnyak...Kkrga nolak ya bawa kbur tuh istri dn uang " mu....Cerdas dikit Pak Ceo..gertakan nenek tidak berpengaruh.masa nenek jdi lbih unggul kan body aja ringkih
Li Pena: Terimakasih sudah mampir dan juga menilai novel ini. maaf bila alur tidak sesuai yang diharapkan dan juga banyak salahnya, mohon dikoreksi agar author bisa belajar lebih banyak lagi 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!