NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:694
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 12

Hujan masih mengguyur kota. Suasana dirumah Wiranata tampak lebih dingin dan sunyi karena semua orang dikamar kecuali Wirya yang masih bekerja di perusahaannya.

Evelyn baru saja selesai mandi. Senyumnya merekah saat melihat bunga mawar dan satu set perhiasan dari Wirya.

Ia segera menghampirinya. Memegangnya dengan bahagia dan senang, namun kesenangan itu lenyap saat Selena memandanginya dipintu kamar sembari memakan apel.

"Anak tidak sopan. Mengapa kau disini?" Evelyn menyembunyikan seluruh barang pemberian dari suaminya dibelakang punggung.

Seolah Selena melihat sebuah rahasia.

"Santai saja ibu, aku tidak terkejut melihatmu menikmati harta ayahku." sahut Selena dengan santai disela-sela mengigit apel ditangannya.

Ia melihat mata Evelyn menyipit tidak suka bagaimana respons Selena yang menggambarkan dirinya sebagai seorang wanita penggali harta.

"Tutup mulutmu sialan." suara Evelyn tajam, ia berdiri menghampiri Selena.

matanya tajam menatap Selena, sebelum menambahkan. "Kau menuduh putriku yang melukai tanganmu, padahal aku tahu kau yang menjebaknya kan?"

Selena tak mengelak dan membenarkan diri. Ia hanya mengangguk dengan kekehan, seolah tertangkap basah secara suka rela.

"Memang.. Aku yang melakukannya, aku hanya meniru kalian. Bertingkah menjadi korban agar mendapatkan perhatian dari ayahku."

Selena kembali terkekeh bagaimana wajah Evelyn merah karena marah.

"Jaga mulutmu anak sialan. Masih untung aku tidak membujuk ayahmu untuk mengusir mu!" suaranya melengking penuh amarah dan kebencian.

Selena hanya terkekeh, menikmatinya sembari bersandar di depan pintu. "Benarkah? Takut sekali.." ejek Selena dengan suara ketakutan.

Tangan Evelyn terangkat seolah ingin menampar pipi Selena. Namun ia berhenti di dekat pipi Selena, tamparan itu akan meninggalkan bekas. Selena akan menggunakannya untuk menuduhnya sebagai pelaku dimata Wirya.

Kasus kemarin pun Wirya masih marah kepada Karina. Ia tak boleh membuat Wirya marah.

Selena memiringkan kepalanya dengan penasaran dengan tersenyum polos dan mata berbinar. "Ah, kenapa ditahan?"

Nafas Evelyn terengah-engah karena marah. Dengan paksa ia menurunkan kedua tangannya di kedua tubuhnya. "Lebih baik jaga mulutmu Selena. kau seorang putri yang tidak tahu terimakasih, sudah dibesarkan namun tidak rela membiarkan ayahmu bahagia dengan wanita yang dicintainya."

Melihat Selena diam, Evelyn melanjutkan. "Ayahmu lebih mementingkan diriku dibandingkan mendiang ibumu, ibumu terlalu lemah dan bodoh. Ia hanya alat dari sebuah pernikahan konflik mereka."

Evelyn tertawa, ia membalikkan tubuhnya. Berjalan kembali ke arah hadiah pemberian Wirya.

"Lihat? Ayahmu lebih peduli padaku." ia menunjukkan barang itu dengan bangga kepada Selena.

"Ya, aku akui. Ayahku memang bodoh soal mencintai. Tapi setidaknya ibuku tidak sepertimu—penuh kelicikan."

Evelyn hanya terkekeh tajam. "Aku licik tapi aku kuat Selena, tidak seperti ibumu. Lembut namun penyakitan."

Selena melangkah mendekat dengan tenang. Mengamati sembari menyilangkan kedua tangannya didada. "Penyakitan atau memang diberikan penyakit."

kata-kata Selena yang penuh teka-teki membuat Evelyn menyipit bingung.

"Apa maksudmu?"

Selena mendekat satu langkah. "Kau tahu maksudnya."

Evelyn memutar matanya, menilai putri tirinya sudah tidak waras karena berbicara tidak jelas arahnya kemana.

"Seorang manusia yang tidak memiliki riwayat apapun tiba-tiba memiliki riwayat ginjal?" pertanyaan Selena menggantung membuat Evelyn membeku.

"Bukankah itu aneh?" sambung Selena menggantung tak bisa Evelyn jawab.

Evelyn berkedip cepat, menyingkirkan perasaan tidak nyaman. "Tanyakan saja pada mayat ibumu! Jangan tanyakan aku!" bentak Evelyn.

Ia mendorong Selena keluar dari kamarnya. Selena membiarkannya, ia cukup menelan emosi Evelyn saat ini. Ia membiarkan Evelyn mengusirnya dan membanting kan pintu diwajahnya.

Selena terkekeh kecil tanpa ada humor. "Ibu kau sangat aneh." bisiknya pelan. Ia akan mencari tahu kematian ibunya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ruang makan dipenuhi tawa dan obrolan Wirya, Evelyn dan Kirana. Sementara Selena hanya fokus makan, tidak berminat menghabiskan makan malam untuk berbicara atau bercanda.

Wirya memperhatikan Selena hanya diam. Ini bukan pertama kalinya Selena tampak menarik diri selama didekatnya. bahkan ia lupa bagaimana Selena tersenyum dan tertawa.

Wirya berdeham pelan matanya melembut menatap wajah Selena. "Sayang, bagaimana hubungan mu dengan davin?" tanyanya mencoba membangkitkan komunikasi dengan putrinya.

Selena mengangguk ringan. "Ya, baik." jawabnya tanpa ekspresi.

Wirya mengangguk pelan, sedikit kecewa Selena tak meresponnya dengan sedikit emosi

Evelyn yang melihat kesusahan Wirya ia memutuskan untuk berbicara. Menambahkan menjadi peran ibu dan istri yang baik.

"Kami senang kau mempertimbangkan pertunangan sayang. Masa muda itu seumur sekali, dan gunakan dengan sebaik mungkin." ucap Evelyn dengan bijak sembari melirik Wirya.

Wirya mengangguk setuju sembari mengelus rambut Selena dengan sayang. "Ya, sayang dibicarakan ibumu benar."

Selena hanya mengangguk. "Ya aku dengar." jawabnya tenang akhirnya menatap Wirya.

Wirya tampak senang, setidaknya respon Selena kali ini satu pendapat dengan Evelyn.

Itu artinya Selena mulai terbuka dan menerima Evelyn sebagai ibunya.

Sementara Karina tampak gelisah disela-sela makan malamnya. Ini pembicaraan sensitif, ia tidak suka bagaimana ibunya mendukung Selena.

Dan membicarakan tentang pertunangan Selena dan Davin. Ia takut pertunangan itu dipercepat, cara Davin tampak melunak dan tidak marah-marah kepada Selena akhir-akhir ini.

"Aku sudah selesai makannya." kursi terdorong kebelakang, Karina berpamitan mengundurkan diri dari ruang makan.

Semua orang memperhatikan kepergian Karina. tampak membingungkan, semenit sebelumnya Karina tertawa namun kini berubah drastis sejak membicarakan pertunangan.

Selena hanya tersenyum tipis, hampir tidak terlihat.

Evelyn membalikkan wajahnya, melirik Wirya sebelum berbicara. "Maafkan Karina sayang. Mungkin dia sedikit sedih karena Karina terlalu dekat dengan Davin.. Ya maksudku, bukan secara romantis. Kan? sebagai adik kakak maksudku."

Wirya mengangguk ringan, sedikit masuk akal pengunduran diri Karina dari makan malam.

namun ia menatap wajah Selena. "Maafkan Karina ya? Jangan berpikir Karina akan merebut Davin darimu.. Dia hanya sedikit emosional dan mungkin mencoba merasakan rasa kehilangan."

Bujuk Wirya dengan lembut berharap Selena tidak cemburu karena sikap Karina yang terang-terangan akrab dan tidak suka Davin akan bertunangan.

Wirya tak ingin masalah ini dibesar-besarkan. Ia hanya ingin kedua putri nya akur, mencoba membalikkan kejadian ini menjadi hal positif.

Selena hanya mengangguk, mengangkat bahunya acuh. "Aku tidak pernah cemburu pada Karina ayah, meski kenyataannya Karina benar-benar? Menyukai Davin.. Aku tak masalah."

kata-kata Selena membuat Wirya dan Evelyn terkejut.

Sementara Selena kembali makan dengan tenang. Meski ia hanya mengaduk makanan karena sudah tidak selera, ia tak menyangka ayahnya membela orang yang salah.

Membela gadis yang memiliki emosional yang buruk. Membela gadis pencemburu dan haus validasi. Namun Selena tak akan mengeluarkan pendapat ketidaksetujuannya. Ia akan menerima semua pendapat dan kata-kata pengertian ayahnya.

Selena ingin tahu sejauh apa ayahnya membela Evelyn dan Karina. Saat sudah sampai itu, Selena akan bertindak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!