Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 - Ketulusan Seorang Ayah
Zidan menatap Jefri dengan mata sendu. Ia ingin marah, ingin menolak semua yang dikatakan lelaki itu, tetapi hatinya terasa lemah. Ada sesuatu dalam nada suara Jefri yang membuatnya ragu untuk membenci. Mungkin karena di balik ketegasan suara itu, Zidan bisa merasakan penyesalan yang nyata.
“Aku tahu aku salah,” ujar Jefri pelan. “Aku tahu aku sudah menghancurkan masa kecilmu. Tapi, Zidan, aku ingin memperbaikinya. Aku ingin punya kesempatan untuk menebus semuanya.”
Zidan menghela napas berat. “Menebus? Apa yang bisa ditebus? Semua sudah terjadi. Aku tumbuh tanpa keluarga, tanpa kasih sayang. Sementara Zayan tumbuh di rumah besar, tidur di kamar empuk, makan makanan mahal. Aku... bahkan harus berjuang untuk hidup.”
Jefri menunduk, matanya berkaca-kaca. Melihat luka di hati putranya membuat dinding egonya runtuh.
“Zidan, aku tidak menyembunyikanmu karena aku tidak mencintaimu. Aku menyembunyikanmu karena aku takut. Waktu itu, keluargaku... mereka menganggap anak cacat adalah aib. Aku terlalu pengecut untuk melawan mereka.”
Kata-kata itu membuat dada Zidan sesak. Ia menggenggam tangan kanannya kuat-kuat, berusaha menahan air mata. “Jadi benar... aku disembunyikan karena tangan ini,” ucapnya getir.
Jefri melangkah mendekat, menatap Zidan dengan sorot penuh penyesalan. “Tidak, bukan karena tanganmu. Tapi karena aku takut menghadapi dunia. Aku terlalu takut kehilangan nama baik keluarga, padahal yang sebenarnya kualami adalah kehilanganmu.”
Suasana hening. Hanya suara angin pagi yang berhembus lewat celah pintu. Jefri merogoh sesuatu dari dalam tas kulitnya, lalu menyerahkannya pada Zidan.
“Apa ini?” tanya Zidan, menatap kotak berwarna putih di tangannya.
“Buka saja,” jawab Jefri lembut.
Zidan membuka kotak itu dengan hati-hati. Matanya langsung membulat saat melihat isinya, yaitu sebuah iPhone 17 Pro Max, keluaran terbaru yang bahkan diiklankan di papan reklame besar kota. Ia menatap Jefri dengan pandangan tak percaya.
“Ini buat aku?”
Jefri mengangguk. “Aku ingin kau bisa terhubung denganku kapan pun. Aku tak mau lagi kehilangan kabarmu. Dan aku tak mau lagi ada jarak antara kita.”
Zidan menatap ponsel itu lama. Ia tidak terbiasa diberi hadiah apalagi semewah ini. Seumur hidupnya, hadiah yang pernah ia terima hanyalah sisa roti dari tetangga atau baju bekas dari panti.
“Aku tidak butuh barang mahal. Aku hanya ingin penjelasan... dan kejujuran,” ucap Zidan pelan, tapi suaranya bergetar.
Jefri mengangguk. “Kau berhak mendapatkannya. Aku akan jujur tentang semuanya, mulai hari ini.”
Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “Zayan memang anakku juga, tapi dia berubah. Dia jadi sombong, egois, dan pembuat masalah. Aku takut kalau nanti aku mati, dia akan menghancurkan semuanya. Ada banyak karyawan yang butuh pemimpin baik, dan aku tak bisa mempercayai Zayan. Tapi kau, Zidan…Aku yakin aku bisa mempercayaimu. Kau punya hati yang bersih. Itu yang kubutuhkan dari seorang pewaris.”
Zidan terpaku. Kata “pewaris” terasa asing sekaligus menakutkan di telinganya.
“Aku tidak tahu apakah aku pantas. Aku bukan siapa-siapa. Aku bahkan hanya lulusan SMA yang kerja serabutan.”
“Tapi kau punya hati dan keberanian. Itu lebih berharga dari semua gelar,” jawab Jefri cepat. Ia menatap Zidan dengan mata lembut. “Aku ingin kau belajar. Aku akan kirimkanmu ke universitas. Aku ingin kau tumbuh jadi lelaki yang bisa memimpin, tapi tetap rendah hati.”
Zidan menunduk. Ia tak tahu harus berkata apa. Air matanya perlahan menetes tanpa bisa ditahan. “Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak dulu, saat aku benar-benar butuh seseorang?”
Jefri mendekat dan memeluk Zidan tanpa memberi kesempatan baginya untuk menjauh. Pelukan itu hangat, tapi juga menyakitkan karena menyimpan terlalu banyak penyesalan di dalamnya.
“Maafkan aku, Nak. Aku tahu aku terlambat, tapi aku berjanji tidak akan pergi lagi. Aku ingin kau tahu, aku bangga padamu. Aku bangga karena meski dunia menolakmu, kau tetap bertahan.”
Tangisan Zidan pecah di bahu Jefri. Tangis yang lama tertahan itu akhirnya keluar, membuat tubuhnya bergetar hebat.
“Aku benci kau... tapi aku juga rindu...” katanya lirih.
Jefri tersenyum di tengah air mata yang jatuh. “Kau boleh membenciku, asal jangan menutup hatimu. Aku akan terus berusaha menebus semuanya, sekecil apa pun itu.”
Mereka berdua terdiam lama dalam pelukan itu. Tak ada kata-kata yang cukup untuk menebus waktu yang hilang. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidup Zidan, ia merasa tidak sendirian.
Beberapa hari setelah itu, Jefri sering datang ke rumah sederhana Zidan. Ia membantu memperbaiki atap bocor, bahkan membawa makanan kucing untuk hewan-hewan peliharaan Zidan. Kadang ia datang hanya untuk makan tempe goreng bersama anaknya sambil bercerita tentang masa lalu.
Zidan perlahan mulai membuka diri. Ia mulai percaya, meski masih ada luka yang belum sembuh. Dan setiap kali Jefri pamit, ia selalu berkata dengan nada lembut yang sama:
“Besok aku datang lagi, Nak. Jangan pergi ke mana-mana, ya. Papah masih punya banyak hal untuk diceritakan.”
Untuk pertama kalinya, Zidan tidak keberatan menunggu. Karena kali ini, ia tahu seseorang benar-benar akan datang kembali untuknya. Yang membuat Zidan luluh dengan cepat, Jefri selalu datang sendiri, tanpa embel-embel Roby atau bawahannya. Padahal bisa saja Jefri menyuruh seseorang untuk mendekati Zidan.
Cinta yang sehat dapat membantu seseorang merasa lebih bahagia dan lebih sehat secara keseluruhan.
Ketika seseorang merasa dicintai dan mencintai, tubuh dan pikirannya akan bekerja lebih baik untuk mendukung kesejahteraan secara menyeluruh...🤨☺️
Ketika seseorang mencintaimu sepenuh hati, itu memberimu rasa aman dan penerimaan yang membantumu menjadi versi terbaik dirimu. Mengetahui bahwa seseorang mendukungmu, bahwa kamu dihargai dan disayangi apa adanya, memberimu rasa stabilitas.
Kamu merasa lebih kuat karena seseorang percaya padamu, terkadang bahkan ketika kamu berjuang untuk percaya pada diri sendiri...🥰💪
Konsep ini menyatakan bahwa setiap tindakan (baik atau buruk) memiliki konsekuensi yang akan kembali kepada pelakunya, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan selanjutnya.
Jika kamu melakukan hal baik, maka efeknya pun baik, begitu pula sebaliknya.
Dalam konteks modern, karma juga dapat dipahami sebagai prinsip tanggung jawab pribadi dan kesadaran atas tindakan kita.
Karma berlaku bagi siapapun yang melakukan hal buruk.
Jangan pernah berbuat hal buruk sekecil apapun dan dalam kondisi apapun.
Karena hal itu akan membawa sesuatu yang buruk pula ke dalam hidupmu, atau bahkan bisa terbalas dengan keburukan yang lebih besar...😭
Amarah, kesedihan atau kebencian yang berlebihan, jika dibiarkan merajalela, akan membutakan mata hati dan menyesatkan akal sehat.
Kita kemudian menjadi tawanan dari perasaan kita sendiri, terperangkap dalam labirin pikiran yang gelap dan berliku.
Setiap langkah yang kita ambil didikte oleh emosi sesaat, tanpa pertimbangan yang matang dan tanpa visi yang jernih.
Kita kehilangan kemampuan untuk berpikir rasional, untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan untuk mengambil keputusan yang bijaksana...😥