Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.
Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.
Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.
Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29:Esensi Teknik darah
Mata Mo Lian melotot, pupilnya membesar tidak percaya, mulutnya menganga tanpa suara, tubuhnya perlahan bergetar hebat seakan-akan cahaya yang menyinari hidupnya telah lenyap untuk selamanya, pilar jiwanya runtuh total.
Pandangan matanya seperti ditelan kegelapan, amarah dan putus asa menjadi satu cairan asam yang membakar penglihatannya. Ia terjatuh dan berlutut dengan penuh kesedihan mendalam, bukan sebagai tuan dari Alam Abadi, tapi sebagai kekasih yang hancur berkeping-keping. Entah kenapa, Kaisar yang melihat kejadian itu merasakan kesedihan yang sama, sebuah resonansi jiwa yang kuat, seolah luka ini adalah lukanya sendiri.
Walaupun begitu, ia tetap memilih untuk diam dan memerhatikan, terkurung dalam ilusi yang menyakitkan ini. Mo Lian mengangkat kedua tangannya dengan gemetar tak terkendali, Ia menyentuh wajahnya dengan kasar. "T-tidak... Tidak mungkin!" Mo Lian menangis, air matanya seperti air terjun kecil yang tak pernah berhenti, mengukir jalur basah di pipinya yang biasanya tegas.
Hatinya yang gelap semakin gelap, seakan-akan kegelapan sejati mulai merasukinya, qi api di sekitarnya meredup dan berubah menjadi abu. Ketiga pengkhianat melemparkan tubuh Zhu Xin ke arah Mo Lian dengan jijik, sebuah perlakuan terakhir yang menghinakan. Melihat itu, Mo Lian bangkit dengan gerakan refleksif dan menangkap tubuh Sang Lentera yang telah padam, memeluknya erat-erat.
Tubuhnya dingin, sedingin es abadi, wajahnya sudah tak berbentuk, cacat karena pukulan dan penyiksaan keji. Mo Lian mendarat di lantai emas dan batu giok yang dingin, dia menatap Sang Lentera dengan tatapan sendu yang menghancurkan jiwa.
"Z-Zhu Xin! B-bangun! Bangun! Hiks hiks..." Setiap kata-katanya terdengar menyedihkan, sebuah ratapan pilu dari qi tertinggi. Satu-satunya cahaya yang membuatnya tetap memilih kemanusiaan telah sirna dari kehidupan.
Tapi, tiba-tiba ia merasakan denyut jantung yang sangat lemah dari Sang Lentera, denyut yang hampir tidak terdeteksi, seperti bisikan terakhir kehidupan. Api spiritualnya sedikit menyala, seolah-olah sedang berusaha melawan kuatnya angin di musim salju yang mematikan.
Mo Lian terkejut, matanya memancarkan harapan liar, sebuah kemungkinan yang harus ia wujudkan. Ia memegang wajah Sang Lentera dengan hati-hati. "Zhu Xin! K-kau masih hidup!" Mo Lian yang tidak ingin secercah cahaya itu padam segera menambah bahan bakar berupa energi kehidupan yang ia miliki, memompa esensinya ke tubuh Zhu Xin.
Aliran energi kehidupan merayap masuk ke dalam urat-urat nadi lalu masuk ke dalam jantungnya. Wajahnya kembali utuh seperti semula, sebuah ilusi yang dipaksakan oleh qi, kulitnya pucat, tapi kecantikannya tidak pernah pudar, sebuah penolakan tragis terhadap kenyataan.
Mo Lian mengguncang-guncangkan tubuh Zhu Xin dengan lembut, ia berharap Sang Lentera akan segera berkobar besar. Tapi kenyataan terlalu pahit untuk ditelan. Sang Lentera perlahan melemah dan hanya dapat bertahan ketika Mo Lian terus memberinya energi kehidupannya, sebuah penopang hidup yang menyakitkan dan menguras daya hidup Mo Lian.
"Wow! Ku kira dia sudah mati tadi, ternyata masih dapat hidup. Dasar wanita ulet!" Salah satu pengkhianat bersuara dengan nada mengejek yang memuakkan, tertawa renyah melihat penderitaan Mo Lian.
Mo Lian ingin membunuh semua makhluk yang berada di alam abadi saat itu, niat membunuh yang murni membakar qi-nya hingga ke titik didih. Tapi ia tidak mungkin melakukan itu karena Sang Lentera masih ada kemungkinan untuk tetap menyala.
Mo Lian memangku Zhu Xin di depan dadanya, ia mengangkatnya lalu berdiri dengan tegak, aura kesedihan bercampur qi pembunuh yang ganas, dan menatap ke tiga pengkhianat dengan mata penuh sumpah darah. "Suatu saat nanti, aku akan datang dan membunuh kalian dengan sangat keji, aku akan mencabik jiwa kalian!"
"Hahaha! Itu lelucon yang sangat lucu, Kawan!" Mereka tertawa terbahak-bahak, tawa yang menusuk tulang, ketika mendengar perkataan Mo Lian. Mereka sangat mengejek Mo Lian, meremehkan kekuatannya yang terkuras.
"Kau pikir, kami tidak tahu bahwa kau sudah kehilangan setengah kekuatanmu hanya untuk wanita fana itu agar tetap hidup! Selama ratusan tahun kami menunggu agar kekuatanmu melemah dan sekarang waktu itu sudah datang, HAHAHA!" Suara mereka menggelegar, layaknya memakai pengeras suara, memanipulasi qi suara untuk mengejeknya di seluruh istana.
Melihat mereka, Mo Lian menggerakkan giginya hingga terdengar berderit keras. Ia mengeluarkan energi yang sangat kuat, energi api masuk ke dalam kantung pakaiannya yang sangat kuat, qi yang liar dan tidak sabar.
Energi itu mengambil sebuah buku merah bersampul bercak darah, buku yang auranya gelap dan mematikan, berdenyut dengan energi kuno. "Berani sekali kau, bajingan! Kau pikir aku lemah!" Mo Lian marah atas pengkhianatan dan penghinaan ini, amarah yang siap meledak menjadi bencana kosmik.
Dia mengeluarkan sebuah buku teknik yang sudah ia tulis dan sembunyikan selama ratusan tahun lamanya, dimulai dari saat ia mendapatkan buku itu dari seorang kakek tua di medan perang.
Buku tersebut mencakup semua esensi, makna, dendam, dan semua perasaan kesedihan dan amarah yang terakumulasi. Teknik darah yang mampu mengendalikan kekuatan mengerikan dari kehancuran: Teknik yang tercipta dari dendam orang-orang yang mati secara tidak adil karena bejatnya sistem dunia. Teknik yang memiliki kengerian tiada tanding, itulah teknik terkutuk 'Darah Iblis'.
Nama itu bukan hanya kengerian saja, tetapi melambangkan betapa berbahayanya teknik tersebut. Ketika Mo Lian hendak memakai teknik yang selama ini ia simpan karena tidak tahu apa efek sampingnya.
Tiba-tiba tangan lembut dan dingin menyentuh pipinya, sebuah sentuhan yang mengingatkannya pada kemanusiaan yang ia lupakan. "K-kak, Jangan! K-kakak sudah janji kepadaku... B-bahwa kakak tidak akan menggunakan teknik ini." Zhu Xin sadar sejenak, sebuah kesadaran terakhir dari cahaya yang memudar, lalu kembali terkulai lemah.
Mo Lian menggertakkan gigi, konflik batinnya hebat dan menyakitkan. Ia membalikkan badan, memaksakan diri meninggalkan semua yang telah ia bangun dari usaha yang sangat sulit dan pengkhianatan yang pedih.
"Jangan biarkan dia pergi! Bunuh dia!" Suara pengkhianat itu mengguncang semua planet yang berada di alam abadi. Menggugah jiwa berburu Mo Lian, sang pemimpin terkuat yang menguasai alam abadi dan dunia fana, yang kini melarikan diri dengan beban jiwanya dan Sang Lentera yang padam.