NovelToon NovelToon
Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: @Asila27

Di dunia yang penuh gemerlap kemewahan, Nayla Azzahra, pewaris tunggal keluarga konglomerat, selalu hidup dalam limpahan harta. Apa pun yang ia inginkan bisa didapat hanya dengan satu panggilan. Namun, di balik segala kemudahan itu, Nayla merasa terkurung dalam ekspektasi dan aturan keluarganya.

Di sisi lain, Ardian Pratama hanyalah pemuda biasa yang hidup pas-pasan. Ia bekerja keras siang dan malam untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Baginya, cinta hanyalah dongeng yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Takdir mempertemukan mereka dalam situasi tak terduga, sebuah insiden konyol yang berujung pada hubungan yang tak pernah mereka bayangkan. Nayla yang terbiasa dengan kemewahan merasa tertarik pada kehidupan sederhana Ardian. Sementara Ardian, yang selalu skeptis terhadap orang kaya, mulai menyadari bahwa Nayla berbeda dari gadis manja lainnya.

dan pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Asila27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kedekatan nona kaya dan si pas-pasan

Setelah saling terdiam, Nayla pun berusaha memberanikan diri untuk bertanya kepada Ardi.

“Mas, emang apa tadi yang ditanyakan sama Papa tentang Mas Ar?” tanya Nayla.

“Gak ada kok, Mbak! Emang kenapa ya, Mbak?” sahut Ardi berbohong.

“Gak apa-apa kok, Mas, cuma takut aja Mas Ar tersinggung sama Papa. Soalnya Papa itu gampang curiga sama orang yang baru dikenal.”

“Gak ada kok, Mbak. Saya sama Pak Andi cuma ngobrol biasa aja,” kata Ardi menutupi kejadian tadi.

“Ya udah, Mas, kalau begitu lega saya. Oh iya, Mas, bagaimana? Mas masih mau kan kerja jadi sopir saya?” tanya Nayla kembali.

“Gimana ya, Mbak… Apa Mbak Nayla gak mencari yang lain aja? Saya takut mengecewakan Mbak nanti,” kata Ardi ragu.

“Loh, Mas Ar kok gitu? Bukannya Mas Ar kemarin katanya siap dan Mas Ar gak bakal mengecewakan saya? Saya percaya sama Mas-nya. Saya yakin kok dengan keputusan saya,” ucap Nayla dengan nada meyakinkan.

“Bukan saya menolak, Mbak. Saya cuma mau memastikan aja, takutnya Mbak nanti menyesal memperkerjakan saya,” sahut Ardi.

Melihat Ardi masih meragukan keputusannya, Nayla pun berkata tegas, “Stop, Mas, untuk meragukan keputusan saya! Saya udah yakin dengan keputusan untuk memperkerjakan Mas Ardi. Ini semua saya lakukan karena saya sangat merasa bersalah sama Mas Ardi.”

Ardi yang melihat Nayla begitu teguh akhirnya mengalah. “Ya udah, kalau Mbak Nayla udah yakin, kalau begitu saya siap,” ucapnya akhirnya.

“Nah, gitu dong! Jadi cowok kok ribet amat,” sahut Nayla kesal.

Ardi yang dikatai ribet langsung membalas, “Bukan ribet, Mbak! Tapi saya memikirkan matang-matang.”

“Ya udah, kalau Mas Ar udah siap, silakan baca kontraknya,” kata Nayla sambil menyodorkan kontrak kerja.

“Iya, Mbak, saya baca dulu kalau begitu,” sahut Ardi.

Namun, setelah sampai di bagian gaji, Ardi mengernyitkan kening dan bertanya, “Mbak, ini gak salah, kan? Gajinya sebulan lima juta? Menurut saya, ini kebesaran, Mbak.”

Nayla yang mendengar pendapat Ardi langsung berkata, “Gak kok, Mas. Emang segitu gajinya, gak kebesaran. Kalau udah selesai, silakan tanda tangani, Mas.”

“Iya, Mbak. Udah saya tanda tangani. Ini surat kontraknya,” kata Ardi sambil menyerahkan kembali dokumen itu kepada Nayla.

Nayla menerima kontrak itu dan menyimpannya. “Ya udah, Mas. Saya simpan ya. Dan mulai besok pagi, Mas udah bisa kerja untuk mengantar saya.”

Ardi yang mendengar bahwa besok sudah mulai bekerja langsung menyahut, “Iya, Mbak. Kalau begitu saya udah boleh izin pulang, kan?”

Saat melihat Ardi bersiap ingin pulang, Nayla berusaha menahannya. “Tunggu, Mas, itu minumannya juga belum dihabiskan.”

“Iya, Mbak, saya habiskan dulu,” sahut Ardi.

Nayla melihat Ardi buru-buru menghabiskan minumannya dalam sekali tenggak, lalu berkata, “Gak usah buru-buru, Mas. Santai aja. Masih ada yang mau saya tanyakan.”

“Iya, Mbak. Silakan, apa yang mau Mbak tanyakan?” sahut Ardi.

“Tapi maaf ya, Mas, sebelumnya. Saya mau tanya tentang hal pribadi Mas, boleh?” tanya Nayla.

“Saya sih gak masalah, Mbak. Cuma saya bingung, emang apa yang mau Mbak tanyakan? Kehidupan saya sederhana, gak ada yang istimewa, kok, Mbak.”

“Gak apa-apa kok, Mas. Saya cuma pengen tahu aja tentang Mas Ardi. Dan maaf sebelumnya kalau ini menyinggung perasaan Mas. Niat saya cuma pengen tahu aja. Lagian Mas kan sopir pribadi saya, wajar kan kalau saya ingin tahu tentang Mas? Saya ingin tahu Mas orangnya kayak gimana biar nanti gak ada kesalahpahaman. Apalagi saya juga adik angkatan Mas Ar di kampus, kan,” jelas Nayla.

Ardi mengangguk-angguk. “Baik, Mbak. Silakan kalau mau tanya. Tapi sekali lagi, kehidupan saya gak menarik, Mbak.”

“Gak apa-apa, Mas. Saya cuma mau tahu aja. Mas sebenarnya aslinya dari mana ya, kalau boleh tahu?”

“Asli saya dari desa terpencil di Purbalingga, Mbak,” sahut Ardi.

“Kok Mas bisa di sini dan kuliah di sini? Emang di sana gak ada kampus?” tanya Nayla penasaran.

“Ya mau bagaimana lagi, Mbak. Keadaan memaksa saya ada di sini,” jawab Ardi.

“Maksudnya, keadaan gimana, Mas?” tanya Nayla bingung.

Melihat Nayla tidak paham, Ardi pun mulai bercerita. “Gini, Mbak. Keluarga saya orang gak mampu, bukan orang berada. Orang tua saya hanya petani. Tapi mereka punya keinginan agar anak-anaknya bisa sekolah tinggi, biar dapat pekerjaan yang layak dan gak jadi petani seperti mereka. Waktu saya lulus SMA, orang tua saya pengen banget saya kuliah. Saya pernah dengar mereka bicara ingin menjual tanah sawah supaya bisa membiayai kuliah saya. Tapi saya menolak. Kalau saya kuliah, saya gak mau menyusahkan mereka. Tapi mereka kekeh, mereka ikhlas, asalkan saya bisa kuliah.”

Nayla mendengarkan cerita Ardi dengan serius.

“Malam itu, karena perdebatan kami gak kunjung selesai, akhirnya saya minta waktu satu tahun buat ngumpulin biaya sendiri. Kalau dalam satu tahun saya gak bisa kumpulin biaya, saya siap kalau sawah itu dijual.”

Nayla semakin kagum dengan cara berpikir dewasa Ardi. “Terus Mas Ardi ngumpulin biayanya gimana? Kan cari kerja susah kalau cuma modal ijazah SMA?” tanyanya.

Ardi melanjutkan, “Betul, Mbak. Waktu itu saya melamar kerja di Semarang, tapi gak ada lowongan. Akhirnya saya memutuskan pergi ke kota besar, Jakarta.”

“Terus, Mas? Sesampainya di Jakarta, langsung dapat kerja?” tanya Nayla penasaran.

“Belum, Mbak. Saya melamar ke mana-mana, tapi gak ada panggilan. Sampai akhirnya, saya coba keberuntungan di restoran. Setelah hampir putus asa, saya melamar lagi dan akhirnya diterima.”

“Terus setelah Mas Ardi diterima kerja, apa yang Mas lakukan?”

“Setelah dua minggu kerja di restoran dengan sistem shift, saya bingung, Mbak.”

“Kok malah bingung? Bukannya senang dapat kerjaan? Kalau shift malam, Mas bisa istirahat siangnya,” sahut Nayla.

“Iya, Mbak, tapi seharian saya gak tahu mau ngapain. Jadi daripada nganggur, saya memutuskan buat kerja ojek buat mengisi waktu dan menambah penghasilan.”

Mendengar itu, Nayla semakin kagum dengan kegigihan Ardi.

“Emang Mas Ar gak capek kerja terus, siang malam?”

“Capek pasti, Mbak. Tidur aja kadang capek,” jawab Ardi sambil tersenyum.

Nayla yang awalnya serius mendengar jawaban itu langsung tersenyum malu.

“Iya juga ya, Mas. Tidur aja capek. Tapi saya salut sama Mas Ardi yang gak putus asa demi impian dan demi tanah sawah orang tua Mas gak kejual,” kata Nayla kagum.

“Ya namanya gak mau nyusahin orang tua, Mbak. Apa pun bakal saya lakukan,” sahut Ardi.

Nayla kembali bertanya, “Terus, Mas Ar, setelah setahun, uangnya terkumpul?”

“Terkumpul, Mbak. Setelah perjuangan saya siang dan malam tanpa istirahat.”

“Terus, setelah uang terkumpul, kok Mas bisa kuliah di sini, bukan di Semarang aja?” tanya Nayla.

1
Nyoman Nuarta
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!