Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 29. Lagi-lagi berdebat
Sekitar 20 menit berlalu, Brian baru selesai dan masuk kedalam kamar, ia melihat Laura duduk menyandar dikepala ranjang dengan bantal menutupi pahanya.
Tatapan serius tertuju pada layar besar, tapi sudut matanya terus tertuju pada sosok Brian.
"Kamu nonton berita apa sayang?" Tanya Brian mulai basa-basi!"
"Udah kenyang mas? Masakannya enak banget ya, sampai kamu makannya lama banget!" Ucap Laura tanpa menoleh kearahnya.
"Masakan kamu lebih enak sayang! Serius.... "
"Aku nggak percaya sama kamu! Terus kalian ngobrolin apa tadi? Kok kayaknya serius banget!" Katanya sambil memberi tatapan sinis.
"Owh tadi dia bilang, katanya kamu kayak nggak suka dia tinggal disini!"
"Terus kamu jawab apa?"
"Aku bilangnya itu cuma firasat dia aja!"
"Loh... Tapi jujur ya mas! Aku nggak nyaman dia ada dirumah kita, aku kayak nggak leluasa, apalagi dia nggak ada hubungan keluarga sama kita!"
"Nggak boleh ngomong gitu, nanti dia dengar!"
"Nggak apa-apa mas! Lagian yah... Jaman sekarang itu banyak banget berita perselingkuhan, ada yang selingkuh sama mertuanya , kakak iparnya sendiri, jadi nggak menutup kemungkinan dia bisa goda kamu mas! Aku takut.... "
"Ra... Stop! Kamu nih kalau bicara nggak mikir dulu ya? Itu bisa jadi fitnah! Aku nggak mungkin sama dia!"
"Siapa yang tau sih mas? Siapa tau nanti dia goda kamu terus kamu kepincut!"
"Laura diam!!!".
Untuk pertama kalinya Brian menggertak, kata-kata itu menghantamnya seperti tamparan. Ia terdiam, matanya membulat dengan bibir sedikit terbuka seolah masih ingin bicara.
"Aku nggak nyangka kamu bisa memikirkan itu Ra... Aku sama Mila berteman, nggak lebih. Tapi kok kamu mikirnya sampai kesana? Lagian aku nggak suka bekas oranglain Ra.... " Tegasnya.
"Ahh udahlah, capek aku berdebat sama kamu! Malam ini aku tidur di luar aja!"
Brian berbalik, kakinya hendak melangkah kearah pintu, "Kalau kamu keluar dari kamar ini, percaya nggak percaya aku bakalan pulang kerumah papa!" Ancamnya.
"Terserah kamu!" Katanya sambil melanjutkan langkah.
Laura dengan cepat meninggalkan kasur, ia berlari mendahului Brian, mengunci pintu kamar lalu menatap Brian dengan mata berkaca-kaca.
"Kok kamu jadi gini sih mas? Kok kamu kayak udah nggak peduli lagi sama aku? Kamu udah nggak sayang sama aku?"
"Bukan begitu Laura! Aku bukannya nggak peduli, tapi aku nggak nyangka aja sama fikiran kamu! Padahal kamu tau sendiri gimana tulusnya aku sama kamu!" Tuturnya.
"Apa salahnya waspada sih mas? Andaikan dia itu kakak atau adek kamu aku nggak masalah! Tapi itu cuman teman kamu!!"
Brian mendesah kasar, ia mengacak rambutnya frustasi, "Minggir Ra... Aku mau keluar!"
"Enggak! Kamu nggak boleh keluar dari kamar ini!"
"Laura! Please aku capek... Aku mau istirahat, jadi stop cari masalah!"
"Aku juga capek mas! Tapi nggak harus ninggalin aku sendirian dikamar ini kan?"
"Enggak! Aku nggak bisa, aku mau keluar cari udara segar dulu!"
"Tapi janji nggak boleh kekamar tamu! Nggak ketemu mbak Mila atau ngobrol sama dia, apalagi ini udah tengah malam mas!"
"Iya aku tau, sekarang kamu minggi, aku mau keluar!" Ucapnya dengan nada yang berangsur-angsur pelan.
Laura melangkah kesamping membiarkan Brian membuka pintunya, saat suaminya itu menghilang dari pandangannya.
Ia menutup kembali pintu itu, berbalik badan dengan air mata yang mulai menetes, bibirnya bergetar tatapannya mengeliling seolah mencari pegangan.
Hening itu terasa begitu asing dan menyakitkan.
"Mas Brian untuk pertama kalinya membentakku demi wanita lain?" Gumamnya ketika teringat ucapan Brian tadi. Perintah yang langsung membuatnya merasa kecil.
Tok... Tok... Tok...
Pintu diketuk, Laura menoleh kearah pintu dengan pipi yang masih basah.
Ia menyeka air matanya dengan cepat sambil tersenyum lebar berharap yang mengetuk pintu itu adalah suaminya.
"Mas... " Ucapnya saat hendak membuka pintu tersebut.
Ternyata bukan dia. Sorot matanya meredup, senyum yang semula mengembang kini menghilang. Ia menarik nafas panjang, lalu menatap Mila yang kini berdiri didepannya.
"Ada apa mbak kesini?" Tanyanya.
Mila sedikit menunduk dengan tangan bertautan didepan perutnya, ia tampak meremas jemarinya dengan gelisah.
Alis Laura berkerut, "mbak? Ada apa?" Tanyanya sekali lagi.