NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Aku sedang menikmati makan siang di dapur. Ibu belum pulang kerja dan Alex langsung pulamg setelah mengantarku.

"Kok bisa sih Suci ngefitnah Wisnu kayak gitu? Wisnu juga tolol banget mau digituin! Najis banget!"

"Tanda merah di leher Suci? Itu artinya dia beneran pernah tidur sama cowok-cowok di sana dong!"

"Dia bilang gajian? Itu pasti dari hasil dia jual diri malam itu! Tuh kan! Dia itu bukan butuh duit sebenarnya! Kalo dia emang beneran butuh duit buat keluarganya sampe jual diri, kenapa dia malah ngajakin gue sama Bulan makan-makan? Wisnu malah belain dia! Tolol banget!"

Aku terus mengumpat dan mengoceh sembari menyuap makanan.

***

Malam hari, aku melihat ke arah ibu yang sedang menonton televisi.

"Bu," panggilju dan langsung berbaring dipangkuannya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Ibu kerja apa?" tanyaku.

"Loh, kok nanya?"

"Ya kan mau tau aja," jawabku.

"Ibu kerja di JJ Group sebagai sekretaris direktur Bu Jesika. JJ Group itu perusahaan yang dibangun oleh dua kakak beradik yakni Bu Jesika dan Bu Jenny. Bu Jenny posisinya sebagai CEO sekaligus founder. Bu Jesika, manajer perusahaan. JJ Group itu perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik," jelas ibu.

Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang ibu katakan, tapi satu hal yang melekat di otakku. Ibuku bekerja sebagai sekretaris direktur di sebuah perusahaan bernama JJ GROUP.

"Kenapa? Kok tiba-tiba nanyain kerjaan ibu?" tanyanya.

"Jadi tulang punggung keluarga berat ga sih, Bu?" tanyaku.

Ibu menoleh padaku dan mata kami bertemu. Beliau menghela napas. "Ga ada kehidupan yang ga berat, Mut. Kalo mau hidupnya ringan, enteng, ga ada ujian, ga hidup namanya."

"Apa tanggepan Ibu kalo ada orang yang jual diri buat duit karena dia tulang punggung keluarga?" tanyaku.

"Ibu ga bisa komen sih. Soalnya dulu Ibu juga pernah ditawarin kerja kayak gitu. Tapi kan Ibu juga mikir, anak Ibu itu cewek, kalo ibu kerja kayak gitu, kemungkinan besar kamu bakalan kayak gitu juga. Ibu ga mau! Ibu kasih kamu makanan yang baik dari pekerjaan yang baik. Ibu pastiin kamu dapat pendidikan yang terbaik. Jadi, kamu jangan pernah berpikir ataupun tergiur sama pekerjaan kayak gitu ya? Ibu ga pernah nuntut kamu apa-apa. Cuma ibu minta satu hal, jaga harga diri kamu. Ibu yakin pasti susah, karena kamu ga pernah ngerasain kasih sayang ayah. Tapi kamu jangan sembarangan naruh kepercayaan sama laki-laki ya, Nak!"

Aku terdiam. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin menangis. Aku peluk ibu sambil berbaring. Ibuku sangat hebat, tapi aku mengecewakannya dengan nilai-nilai sekolah yang buruk.

"Loh, kenapa nangis?" tanya ibu.

"Maafin Mutia ya, Bu," jawabku.

"Kenapa? Tiba-tiba nanyain kerjaan ibu, tiba-tiba nanyain kerjaan ga halal, tiba-tiba minta maaf. Kamu ga aneh-aneh kan, Mutia?" tanya ibu lagi.

"Ga. Tapi aku ngerasa udah kecewain Ibu, soalnya nilai ulangan jelek terus," jawabku.

"Ooh, itu. Ya ga apa-apa, namanya juga belajar. Selama masih ada di sekolah, itu namanya kamu masih belajar. Belajar untuk menjadi lebih baik. Belajar untuk bersosialisasi. Belajar untuk memenuhi standar guru."

Tapi aku pacaran, Bu. Rasanya aku ingin menjawab seperti itu, tapi tidak mungkin.

"Udah ah, jangan nangis. Ibu kira kamu aneh-aneh di sekolah. Kamu kenal sama orang yang kerja ga halal?" tanya ibu.

"Ga," jawabku.

"Terus tau kerjaan kayak gitu dari mana?"

"Aku ngeliat aja."

"Ngeliat di mana?!"

"Malam yang waktu aku dijemput Wisnu buat ngerjain tugas itu. Ada cewek aneh. Dia kayak sengaja gitu pake baju pendek, rok pendek."

"Ooohh, terus siapa yang kasih tau?"

"Wisnu."

"Berarti Wisnu kenal sama orang itu?"

"Ga juga. Dia cuma bilangnya gitu."

"Pokoknya kamu sama temen-temen kamu, harus punya harga diri. Jaga pakaian, jaga tata krama. Cewek itu ga ada nilainya kalo ga ada harga diri."

Malam itu, aku tertidur di pangkuan ibu yang sedang menonton televisi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!