Sinopsis
Darren Mahendra, seorang CEO muda yang tangguh dan berdedikasi, namun memiliki latar belakang yang kompleks. Meskipun bukan pewaris utama keluarga Syailendra, ayahnya mempercayakannya untuk mengelola perusahaan. Ini membuatnya harus bekerja keras untuk membuktikan dirinya.
Kehilangan ibunya secara misterius masih menghantui pikirannya, dan dia terus mencari kebenaran. Pertemuan kembali dengan Dokter Aqila, adik angkatnya, membawa sedikit kelegaan dalam hidupnya. Aqila memiliki kepribadian yang ceria dan peduli, membuat Darren merasa nyaman di dekatnya. Tanpa disadari, Darren mulai merasakan ikatan yang lebih dalam dengan Aqila.
Apakah Aqila akan menjadi sumber kekuatan baru bagi Darren? Ataukah dia hanya melihat Darren sebagai kakak angkatnya? Bagaimana Darren akan menghadapi tantangan sebagai CEO muda yang bukan pewaris utama?"
Disarankan untuk membaca karya "DINIKAHI DUDA KAYA" terlebih dahulu ya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya ketahuan juga kan?
Pagi ini, Darren merasakan lelah di tubuhnya, kemudian ia mulai bangkit dari atas tempat tidurnya dan duduk di tepi ranjang, ia mulai termenung mengingat kejadian tadi malam, pikirnya sebegitu takutnya ibunya ketika saat berada di samping Tuan Miko, terlihat jelas jika sang Ibu tercintanya hidup tertekan, Darren sendiri memperhatikan sang Ibu dengan tatapannya yang intens, dan ia menemukan rasa takut yang hebat yang telah dirasakan oleh ibunya.
"Aku tahu apa yang semalam telah Mamah ucapkan itu adalah dusta, Mamah terpaksa mengatakan itu semua di depan Pak Miko, ya aku yakin itu! Bersabarlah Mom, sebentar lagi kau akan terlepas dari jeratan manusia bedebah itu, tidak akan kubiarkan kau hidup menderita lagi, bahkan aku tidak takut jika harus ku habisi manusia laknat itu oleh tanganku sendiri!" monolognya seraya mengepal kuat kedua telapak tangannya.
Weekend ini, Darren memutuskan untuk tidak pulang ke kediaman Syailendra, apalagi jika harus bertemu dengan Oma Jelita yang super jutek padanya, namun di lain sisi, terbesit rasa rindu yang mendalam terhadap Aqila, ia pun semakin heran, mengapa ia tidak bisa membuang perasaanya, semakin mencoba melupakan maka semakin besar perasaanya saat ini.
"Aarrkkhhhh....!" Darren malah menjambak rambutnya karena kesal.
Akhirnya ia memutuskan untuk jogging di sekitar kawasan Apartemen seorang diri, mengingat ini adalah hari minggu, dan karena banyaknya aktivitas yang cukup padat, sehingga Darren tidak sempat melakukan kebugaran agar kondisi badannya tetap selalu vit.
Dengan menggunakan kaos panjang berwarna putih serta celana training berwarna hitam lalu sepatu sepatu olahraga berwarna putih, akhirnya Daren bersiap-siap menuju area taman, kali ini suasana sekitar cukup ramai oleh pengunjung yang melakukan aktivitas yang sama seperti dirinya.
Darren fokus jalan kedepan tanpa menghiraukan para wanita yang menatap kagum ke arahnya, di dalam otaknya kali ini hanya Aqila yang terus menguasai pikirannya, entahlah ia bisa sampai segila ini mencintai seorang wanita, sungguh sangat menyiksa.
Dengan nafas yang terengah di depan Danau buatan dan suasana cukup sepi, Darren sempat berteriak disana, ia meluapkan segala kegundahan serta kegelisahannya yang telah terpendam.
"Aqilaaaa...aku mencintaimu...!" teriaknya dengan nafasnya yang tersengal, pikirnya melakukan hal seperti ini bisa mendapatkan kelegaan tersendiri, sesudahnya ia tersenyum puas.
"Kak Darren...apa yang barusan kakak ucapkan itu adalah benar?"
Mendengar suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya, Darren menoleh pelan.
"M maura!" Darren sampai melotot tidak percaya, mendadak tubuhnya bergetar hebat, ia tidak menyangka jika Maura telah menjadi saksi atas ungkapan isi hatinya terhadap Aqila.
Kemudian Maura mencoba mendekat dengan tatapannya yang tidak biasanya, kedua matanya sampai menyipit, seolah ia telah menangkap basah seorang tersangka.
"Kak, apa yang barusan aku dengar itu benar adanya? Kakak mencintai Aqila, apa Benar begitu?"
Seketika Darren langsung diam mematung, lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan dari Maura, mau mengelak pun rasanya percuma karena ia sudah tertangkap basah.
Akhirnya Darren tertunduk dan enggak menatap wajah sang adik.
Darren mengangguk dalam, kedua tangannya ia kepal.
"Hah, kok bisa sih kak!" Maura mulai mencengkram kuat kedua bahunya.
"Maafkan Kakak, Maura! seharusnya Kakak tidak memiliki perasaan seperti ini terhadap Aqila, kamu tenang saja aku akan berusaha untuk membuang perasaan ini padanya!" jawabnya masih tetap tertunduk.
Seketika senyum cerah terbit di bibirnya."Kak, kalau cinta ya cinta gak usah kakak ingin melupakan perasaan kakak terhadap Aqila, lagian kak Darren dan Aqila tidak memiliki ikatan apapun, terkecuali denganku kak, kita sama-sama memiliki darahnya Papah Saga."
Mendengar Maura berkata seperti itu akhirnya Darren memberanikan diri untuk menatapnya."Kau tidak marah jika kakak mencintai Aqila?" tanyanya heran.
Maura malah menggeleng cepat "samasekali tidak Kak, aku justru sangat bahagia mendengarnya, ternyata kecurigaan ku selama ini adalah benar adanya!"
Darren sempat mengerutkan dahi."Kau curiga padaku?"
"Huum... begitulah kak, pas adegan video klip waktu itu, cara kak Darren menatap Aqila itu sangat berbeda, seperti tatapan seseorang pria yang sedang jatuh cinta, dan apa kakak tahu saat temanku dan yang lainnya melihat video yang pernah aku garap waktu itu? Kakak dan Aqila di nobatkan sebagai pasangan paling serasi, itu sebabnya aku memenangkan lomba, dan bulan depan rencananya pembuatan Film layar lebar akan segera di laksanakan, ini adalah impianku selama ini kak!" Maura tersenyum bahagia, ia sampai memejamkan kedua bola matanya, menikmati kesuksesan yang sebentar lagi akan segera ia raih.
Lalu Darren malah mengacak-acak rambut Maura.
"Kakak turut bahagia mendengarnya Maura, tidak kusangka kau begitu pintar dan juga hebat!" jawabnya sembari melemparkan senyum termanisnya.
Kali ini Darren sering sekali mengumbar senyum, sepertinya sikap dinginnya yang bagaikan es batu, perlahan mulai mencair.
"Ra, tolong rahasiakan masalah ini kepada siapapun, cukup hanya kamu saja yang tahu!" pintanya seolah memohon.
Maura sempat terlihat tengil, ia melipat kedua tangannya di atas dada." emmhhh.. bagaimana ya kak, bisa tidak ya aku jaga rahasia ini?"
Mendengar Maura berkata seperti itu, ia malah menghela napas.
"Baiklah Maura, bagaimana kalau setiap minggunya Kakak traktir kamu, apapun yang kamu mau pasti akan kakak belikan?" berbagai upaya Darren lakukan agar Maura tutup mulut.
"Baiklah kakaku yang tampan, rupanya kau sangat pintar membuat ku untuk tetap menjaga rahasiamu, tapi apakah dalam hal berbisnis kakak sering berlaku curang seperti ini?"
Mendengar Maura berkata seperti itu, seketika Darren memelototinya."Enak saja kalau ngomong, mana pernah Kakak melakukan hal kotor seperti itu!" omelnya tidak suka
Maura sempat tertawa kecil di buatnya."Yasudah sebaiknya kakak traktir aku sarapan pagi hari ini, kebetulan perutku sudah keroncongan kak!" pintanya sambil merengek
Darren kembali menghela napas."Yasudah kalau begitu kita cari sarapan di sebrang jembatan taman kota, kebetulan disana makanannya enak-enak!"
"Yasudah ayo kak, let's go!" ajak Maura seraya meraih tangan sang Kakak.
Pada akhirnya Darren pasrah dan ia segera pergi bersama Maura.
Sekitar seratus meter, kini mereka telah tiba di area seberang jembatan taman kota.
Maura sempat berlari kecil menuju arah sana dan Darren mencoba mengejar nya, namun naas dari arah berlawanan, melintas sebuah mobil mini bus dengan kecepatan penuh dan mencoba menabrak Maura.
Darren pun tidak tinggal diam, ia berusaha mendorong tubuh sang adik hingga terjatuh ke pinggir jalan, dan kini malah tubuhnya yang tertabrak dan terpental cukup jauh.
"Kak Darren....!" teriak Maura secara histeris.
Bersambung....
☘️☘️☘️☘️☘️
wah Daren boleh diharapkan oleh Saga utk mngurusi perusahaan.