NovelToon NovelToon
Menjadi Simpanan Om Davendra

Menjadi Simpanan Om Davendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Allea, yang biasa dipanggil Lea adalah seorang siswi kelas 3 SMA. Awalnya dia bukan anak nakal, dia hanya anak manja yang selalu dapat kasih sayang kedua orangtuanya. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Namun tak ada yang abadi, keluarga cemaranya hancur. Ayah dan ibunya bercerai, dan dia sendirian. Sepertinya hanya dia yang ditinggalkan, ayah—ibunya punya keluarga baru. Dan dia? Tetap sendiri..
Hingga suatu ketika, secara kebetulan dia bertemu dengan seorang pria yang hampir seumuran dengan ayahnya. Untuk seorang siswi sepertinya, pria itu pantasnya dia panggil dengan sebutan om, Om Davendra.
Dia serasa hidup, dia serasa kembali bernyawa begitu mengenal pria itu. Tanpa dia sadari dia telah jauh, dia terlalu jauh mendambakan kasih sayang yang seharusnya tidak dia terima dari pria itu.
Lantas bagaimana dia akan kembali, bagaimana mungkin ia bisa melepaskan kasih sayang yang telah lama hilang itu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Lobi hotel terasa lengang. Hanya ada beberapa tamu yang berlalu-lalang, menyeret koper mereka menuju pintu keluar. Allea duduk di salah satu sofa dekat jendela kaca besar, menatap ke arah luar setengah melamun.

Matanya sedikit sembab, mungkin karena kurang tidur, atau mungkin karena pikirannya yang terlalu penuh sepanjang malam. Sejak pesta kecil semalam.

Allea menghela napas panjang, ia meremas jemarinya sendiri. Davendra dan Deon tampak sedang sibuk menyelesaikan urusan di parkiran depan, sementara Monica masih berbincang dengan resepsionis.

Ia menunduk, gadis itu sedang berpikir. Semua yang terjadi kemarin terasa seperti ilusi. Dia tidak ingin terbawa suasana lagi, menganggap kehadirannya adalah wajar di keluarga Davendra. Allea tidak ingin pikirannya dipenuhi olehnya, pria yang sudah beristri itu. Tapi ia tak bisa.

“Allea,” suara familiar mengusik lamunannya. Deon memanggilnya dari kejauhan. “Kami sudah siap. Ayo berangkat.”

Gadis itu mendongak dan mengangguk kecil. Dia bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu keluar, di mana sebuah mobil hitam sudah menunggu. Namun, langkahnya terhenti sejenak di ambang pintu.

Di sana, di bawah cahaya matahari pagi yang masih kekuningan, dia melihat Davendra dan Monica. Sepasang suami-isteri itu tampak bahagia.

Pria itu tertawa kecil, ekspresi wajahnya begitu ringan, begitu alami. Dia dengan santai membukakan pintu mobil untuk istrinya, dan Monica menerima perlakuan itu dengan senyum hangat. Ada kebersamaan yang terlihat begitu nyata di antara mereka—sesuatu yang tidak pernah Allea lihat sebelumnya.

Seketika dadanya terasa aneh.

Kenapa dia baru sadar? Kenapa dia baru melihat Davendra dalam sosok yang seperti itu?

Sebuah sentuhan di lengannya membuatnya tersadar. Deon menatapnya dengan bingung. “Kau lupa sesuatu?” tanyanya pelan.

Allea menggeleng cepat. “Ah tidak. Ayo pergi.”

Tanpa menoleh lagi ke arah Davendra, Allea melangkah lurus ke depan, mengikuti Deon. Tidak ada lagi getaran dalam hatinya. Tidak ada lagi bayangan pria itu dalam pikirannya. Untuk sejenak ia bisa menghilangkan bayangan pria itu dari kepalanya. Dia memutuskan untuk tidak peduli.

Tapi sesuatu yang lain kembali membuatnya terdiam. Deon, yang berjalan di sampingnya, tiba-tiba membuka pintu mobil untuknya.

Allea menatapnya sekilas, terkejut. Namun, ia buru-buru memasang senyum. “Terima kasih,” ucapnya pelan.

Deon hanya mengangguk. Ia menutup pintu setelah Allea masuk, lalu duduk di sampingnya. Dari kaca jendela, Allea bisa melihat Davendra yang masih berdiri di sana, menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Namun Allea pura-pura tidak melihatnya.

Dia tersenyum pada Deon dan membuang jauh-jauh semua perasaan yang sudah mengganggunya semalaman. Ia butuh ruang, ia butuh tenang dalam batinnya.

**

Davendra mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang di jalan raya begitu mereka keluar dari gerbang hotel. Suasana di dalam mobil terasa hening. Tidak ada yang berbicara selama beberapa menit pertama. Monica duduk di kursi depan, di samping Davendra, sementara Allea dan Deon di belakang.

“Lea.., kau sudah memikirkan rencana setelah lulus ini?” tanyanya sambil menoleh sedikit ke belakang. Akhirnya Monica membuka suara.

Allea terdiam sejenak sebelum menjawab, “Aku… belum yakin, Tan. Masih abu-abu.”

“Oh? Masih belum?” Monica tersenyum. “Deon akan kuliah setelah ini, bagaimana kalau kuliah? Kalian bisa mengambil universitas yang sama, atau mungkin juga jurusan yang sama?” lanjut Monica sambil menoleh ke keponakannya, Deon.

Deon hanya menghela napas kecil. “Bibi ini, aku bahkan belum yakin ingin mengambil jurusan apa,” ujarnya dengan nada santai.

“Ehh? Bukankah kau akan masuk jurusan bisnis?” tanya Allea sambil menatapnya.

Deon mengernyit, "Apa maksudmu?"

"Iya, itu.. Kau menulisnya di kertas yang dibagikan Bu Vivi waktu itu."

"Kau mengintipnya?"

"Tidak. Untuk apa aku mengintip, aku hanya tidak sengaja melihatnya saat mengumpulkan lembar kertas ku," balas Allea membela diri.

"Ohh benarkah?"

Allea mengalihkan pandangannya dari Deon, ia tak ingin berdebat lagi. Tapi bukannya merasa tenang, ia merasa ada sesuatu yang aneh terjadi di kursi depan.

Monica tiba-tiba menyentuhkan tangannya ke paha Deon dan berbisik sesuatu. Senyum di wajah mereka terlihat begitu mesra, seolah mereka sedang berbagi candaan kecil.

Namun, bagi Allea, pemandangan itu terasa memuakkan. Mata gadis itu sedikit menyipit, hampir tidak suka dengan apa yang dilihatnya. Namun sebelum dia bisa bereaksi lebih jauh, sesuatu yang lain terjadi.

Davendra tiba-tiba menjangkau tangan itu dan menggenggam tangan istrinya lembut.

Allea menyeringai.

Dan saat itu juga, mata Davendra bertemu dengan matanya melalui kaca spion depan. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya ke luar jendela, berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman yang mulai merayapi hatinya.

Tanpa dia sadari, Deon yang duduk di sampingnya ikut memperhatikan ekspresinya.

Lelaki itu tidak berkata apa-apa, namun matanya penuh dengan rasa ingin tahu, ia mengamati ekspresi Allea yang berubah dalam sekejap. Ekspresi yang tampak mencurigakan.

Dia benar-benar penasaran, sejak semalam.

Hampir satu jam berlalu, mereka akhirnya sampai di depan rumah Allea. Sebuah rumah bertingkat minimalis yang tak jauh dari pusat kota.

Allea melepas sabuk pengamannya dan menoleh ke arah Monica. "Terima kasih sudah mengantarku, Tan."

"Ah, jangan sungkan. Lain kali kita berkumpul lagi, ya," sahut Monica ramah.

Allea melirik sekilas ke Davendra, tetapi pria itu hanya diam. Ia kemudian menunduk sedikit sebelum turun dari mobil.

Saat ia melangkah ke depan teras rumah, Monica menurunkan kaca mobil dan melambai. "Bye-bye, Lea."

Allea tersenyum tipis, membalas lambaian itu.

Mobil Pajero hitam pun melaju, menghilang di tikungan. Allea sudah turun, tapi Deon masih berkecamuk dengan banyak kemungkinan di kepalanya. Ia masih merasa ada sesuatu yang janggal.

Sejak semalam, ia merasa ada hubungan yang aneh antara pamannya dan Allea. Ia tidak ingin berprasangka, tapi intuisi mengatakan ada sesuatu yang tidak biasa di antara mereka.

Mobil berhenti di depan supermarket kecil, dan Monica turun untuk membeli sesuatu.

Deon akhirnya melihat kesempatan untuk bertanya.

"Paman," panggilnya pelan.

Davendra, yang sejak tadi diam, menoleh santai. "Hmm?"

"Paman dan Lea..." Deon ragu-ragu sejenak sebelum melanjutkan, "apa kalian saling mengenal?"

Davendra menghela napas, lalu menjawab setelah berpikir singkat. "Dia putrinya Pak Zean. Kami pernah bertemu beberapa kali saat makan bersama. Bibimu juga mengenalnya. Kau lihat sendiri, mereka tampak akrab, kan?"

Deon mendengus pelan. Jawaban itu terdengar masuk akal, tapi tetap saja masih ada yang mengganjal.

"Aku hanya berpikir terlalu jauh, mungkin," batinnya sambil menatap ke luar jendela.

Suasana hening sejenak, lalu Deon menambahkan hampir berbisik tapi Davendra bisa mendengarnya, "Ya, bibi memang selalu mudah bergaul. Ditambah lagi dengan gadis se-manis Lea."

Mata Davendra langsung beralih padanya. Tatapannya tajam, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi sebelum ia sempat membuka mulut, pintu mobil terbuka.

Monica kembali dengan plastik belanjaan di tangannya.

"Kenapa ini? Sepertinya kalian habis membicarakan sesuatu," katanya curiga dengan situasi yang tiba-tiba hening begitu dia masuk. "Jangan-jangan kalian membicarakan Allea, ya?"

"Tidak!" jawab Davendra dan Deon serentak.

Monica tertawa kecil. Ia sudah tinggal bersama keduanya selama bertahun-tahun, tidak mungkin dia tak bisa membaca situasi. Hanya saja terkadang, yang dia pikirkan memiliki konsep yang berbeda dengan kenyataan meskipun itu semacam sama. Tapi sebenarnya, jauh berbeda.

...----------------...

1
sunshine wings
Gimana bilangnya ya.. akan sampe kemana hubungannya Om Dav sama Lea?
sunshine wings
Luar biasa
Elvinzam 2322
lanjut kak upnya tambah banyak lgi 🤗🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!