Tidak menginginkan menjadi duri dalam hubungan dua orang yang saling mencintai. Tetapi takdir sudah menjadi seperti itu. Kesalahan besar yang membuat Aletta harus berada diantara hubungan Thalia Kakak kandungnya dengan Devan orang yang seharusnya menjadi Kakak iparnya.
Aletta kehidupannya sudah dihancurkan, berusaha menerima takdirnya dan mengalah demi kebahagiaan sang Kakak. Tetapi ternyata semua tidak mudah.
Lalu bagaimana Aletta harus berada di posisi yang benar-benar sangat sulit ini?
Apa dia mampu bertahan?
Siapa yang menjadi korban sebenarnya!
Lalu siapa yang paling tersakiti dalam hal ini?"
Jangan lupa untuk mengikuti novel terbaru saya sampai selesai. Jangan tabung bab dan terus dukung dengan beri komentar.
Follow Ig Saya ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Kaget.
"Assalamualaikum!" sapa Aletta
"Walaikum salam," jawab orang-orang yang ada di ruang tamu.
"Mama!"
Vallen yang tadi menunjukkan gambarannya kepada nenek dan kakeknya langsung berlari menghampiri Aletta dengan memeluk pinggang Aletta.
"Mama lama sekali pulang kerja? ini sudah jam berapa?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.
"Tadi Mama harus menyiapkan beberapa desain sayang, daripada Mama membawa pekerjaan ke rumah. Nanti Vallen tidak bisa main dengan mama lagi," jawab Aletta.
"Tetap saja Vallen sudah menunggu terlalu lama," keluar Vallen.
"Apa main dengan Nenek dan Kakek sangat membosankan Vallen?" tanya Ratih.
"Tidak sama sekali Nenek. Hanya saja Vallen tidak ingin merepotkan Nenek dan Kakek yang mengambil waktu istirahat kalian berdua," jawab Vallen dengan sangat bijak.
"Nenek dan Kakek sama sekali tidak pernah direpotkan oleh Vallen dan justru kita senang main-main bersama Vallen," sahut Ratih.
Aletta yang tersenyum saja dan langsung menghampiri ruang tamu begitu juga dengan putrinya.
"Mama hari ini pasti sangat lelah sekali?" tanya Vallen yang membuat Aletta menganggukkan kepala.
"Mama Vallen tidak lelah sebelum menemani Tante hari ini untuk keluar," tiba-tiba Thalia menuruni anak tangga.
"Mau kemana?" tanya Aletta mengerutkan dahi.
"Menemaniku toko perhiasan untuk membeli cincin pertunangan," jawab Thalia dengan wajahnya yang tampak senang yang sudah berdiri di samping adiknya.
"Kakak mau tunangan?" tanya Aletta.
"Kamu jangan pura-pura tidak tahu. Kamu sudah tahu dari Bunda. Bunda sih tidak bisa jaga rahasia. Jadi aku tidak bisa memberikan surprise untuk anak ini," kesal Thalia.
"Lagi pula bagaimana mungkin Kakak bisa merahasiakan pertunangan Kakak dari Aletta yang tempatnya saja meminta saran dari Aletta. Tanpa diberitahu Bunda dan ayah Aletta juga tahu kalau kakak ingin mengadakan acara pertunangan," ucap Aletta dengan geleng-geleng kepala.
"Iya-iya. Hanya kamu saja yang bisa melakukan segalanya tanpa keluarga kamu," sindir Tahlia.
"Apaan sih!" sahut Aletta kesal.
"Vallen jangan heran melihat Mama kamu dan tante kamu bertengkar seperti ini ya. Sebelum kamu lahir ke dunia ini mereka berdua memang sering berdebat seperti ini," ucap Ratih.
"Seperti anak kecil dong," sahut Vallen.
"Iya. Memang seperti anak kecil," sahut Danu.
"Sudah-sudah sekarang kamu temani Kakak untuk membeli cincin nanti tokonya tutup!" tegas Thalia.
"Vallen ikut!" sahut Vallen dengan semangat.
"Anak cantik di rumah saja ya. Ini sudah malam dan tidak baik anak kecil keluar rumah," ucap Thalia.
"Tapi Vallen juga mau jalan-jalan dengan Mama," ucap Vallen.
"Besok saja jalan-jalan bersama Tante. Tante besok libur," ucap Thalia janji pada keponakannya itu yang membuat Vallen menggelengkan kepala.
Aletta hanya tersenyum saja yang menunggu bagaimana kakaknya membujuk anaknya. Karena Aletta tidak mempermasalahkan jika putrinya ikut tetapi pasti Thalia mempermasalahkan karena dia pasti ingin mengajak Aletta jalan-jalan lagi agar Aletta pikirannya terbuka yang tidak hanya berfokus pada anak dan pekerjaan saja.
"Hmmm, bagaimana kalau besok kita ke taman bermain dari pagi sampai sore?" tawar Thalia yang membuat Vallen menggelengkan kepala.
"Tante belikan es krim strawberry setelah pulang pergi bersama Mama?" Thalia yang ternyata tidak putus asa untuk membujuk keponakannya agar tidak ikut bersama mereka.
"Tante beli yang banyak ya," ucapnya yang sepertinya tertarik dengan tawaran Thalia.
"Tante akan beli sama toko-tokohnya," jawab Thalia.
"Benarkah?" tanya Vallen tampak serius.
"Tidak sayang. Hanya bercanda saja, Tante akan beli yang banyak," jawab Thalia.
"Baik kalau begitu," sahut Vallen yang akhirnya tergiur juga dengan tawaran Thalia.
Aletta hanya menghela nafas yang sekarang putrinya sudah berhasil dibujuk dan mau tidak mau dia harus mengikuti permintaan Thalia.
***
Tidak lama bagi Aletta dan Thalia membeli cincin untuk pertunangan Thalia yang mereka hanya memasuki toko langganan perhiasan Thalia dan setelah mendapatkan barang yang beli, mereka ternyata tidak langsung pulang yang mampir sebentar untuk menikmati makan malam di salah satu restoran mewah.
"Jika tidak dengan cara seperti ini, maka kamu tidak akan pernah bisa makan tanpa Vallen," ucap Thalia yang duduk di depan adiknya dengan makanan yang sudah di atas meja.
"Kak. Bagaimana pun aku juga ingin menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk Vallen, mengingat aku juga bekerja," ucap Aletta sembari mengunyah makanannya.
"Aletta tapi kamu juga masih muda dan kamu juga bisa menyenangkan diri sendiri yang bukan berarti kamu melupakan anak. Sekali-kali kamu bisa fokus pada diri kamu. Kakak juga sangat gila dengan kerja tetapi kamu lihat kakak memiliki banyak waktu untuk diri sendiri," ucap Thalia.
"Beda orang, Kak," sahut Aletta.
"Iya-iya deh!" sahut Thalia.
"Bye the way makasih kamu sudah memilihkan cincin yang sangat cantik sekali. Kakak sudah tidak sabar memakainya di hari pertunangan nanti," ucap Thalia.
"Aletta juga senang jika selera Aletta ternyata sangat Kakak sukai," ucap Aletta.
Thalia sepertinya tidak sabaran menunggu acara pertunangannya sampai dia kembali membuka paper back kecil tersebut dan melihat kembali cincin yang indah dipilihkan adiknya itu.
"Kakak belum memperkenalkan calon suami kakak kepada Aletta? Apa Aletta akan mengenalnya di hari pertunangan nanti?" tanya Aleta sembari mengaduk-aduk orange jus dengan sedotan.
"Untuk apa dikenalkan, orang kamu juga sudah kenal," jawab Thalia yang terus memperhatikan cincin itu dengan senyumnya yang begitu lebar.
"Oh. Iya siapa?" tanya Aletta sembari minum.
"Devan," jawab Thalia.
Uhuk-uhuk-uhukk.
Mendengar nama itu membuat Aletta tersedak minuman yang sekarang batuk-batuk.
"Aletta kamu apa-apaan sih, pelan-pelan dong!" sahut Thalia yang tersembur sedikit oleh adiknya.
Aletta bener-bener terlihat gelisah yang kembali minum untuk meredakan tenggorokannya yang sakit.
"Maaf kak!" ucapnya dengan merasa bersalah.
"Kamu itu kalau makan pelan-pelan takut banget kalau Vallen akan mencari kamu. Vallen juga bersama Ayah dan Bunda, kalau sedang kita keluar jangan memikirkan anak terlalu berlebihan," ucap Thalia yang membuat Aletta menganggukkan kepala dengan perasaannya yang sekarang sedang tidak enak.
"Kakak mengatakan akan bertunangan dengan Kak Devan?" tanya Aletta memastikan yang sudah tidak batuk lagi.
Thalia menganggukkan kepala
"Bukankah beberapa tahun yang lalu Kakak menelpon Aletta dan menceritakan kepada Aletta kalau Kakak dan Kak Devan sudah putus?" tanya Aletta.
"Iya. Kamu benar! 6 tahun yang lalu kita pernah break. Kakak dan Devan harus putus dengan perhatian Devan yang mulai hilang dan membuat Kakak benar-benar marah padanya,"
"Apalagi dia juga memutuskan untuk melanjutkan bisnis di Amerika. Tetapi pada kenyataannya kami berdua adalah dua orang yang saling membutuhkan satu sama lain yang akhirnya kami kembali menjalin hubungan setelah beberapa tahun berpisah," jawab Thalia memberikan penjelasan yang membuat Aletta terlihat begitu terkejut.
"Jadi selama ini Kakak masih berpacaran dengan Kak Devan?" tanyanya kembali memastikan.
"Iya. Kami masih menjalin hubungan dan sekarang berencana untuk menikah. Walau Devan sering sekali menghabiskan waktu di Amerika dengan semua pekerjaan yang begitu banyak. Tetapi bagaimanapun kami harus melanjutkan hubungan kami ke jenjang pernikahan setelah begitu banyak pertimbangan," jawab Tahlia.
"Kamu tahu artinya apa Aletta. Jika pernikahan ini ada yang artinya Kakak melepaskan seluruh karir Kakak di Jakarta dan ikut dengan Devan ke Amerika," lanjut Thalia.
Wajah Aletta benar-benar begitu terkejut mendengar pernyataan dari Thalia. Dia kembali melihat Thalia tersenyum yang masih melihat cincin tersebut.
Bersambung.....