Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.
Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.
Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.
Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Dari Pasar
"Kakek Sugi! keluar kamu!"
Suara teriakan yang terdengar kencang dari luar rumah, membuat empat bidadari yang ada di dalam rumah tersebut sontak terperanjat.
Mereka saling pandang satu sama lain, dengan tatapan penuh tanda tanya. Suara lantang itu jelas milik seorang pria, membuat empat bidadari terlihat mendadak diserang panik.
"Kakek mau kemana?" tanya salah satu bidadari saat matanya menangkap sosok pria tua yang sedari tadi memilih istirahat di dalam kamar.
Meski bidadari itu tahu kalau sang Kakek akan menemui orang yang memanggilnya, tapi dia memiliki maksud tersendiri, sampai melempar pertanyaan seperti itu.
"Apa Kakek mau menemui orang itu?"
Kaki pria tua terhenti setelah baru melangkah sebanyak dua kali dari pintu kamarnya. Dia menoleh dan menatap ke arah empat wanita yang juga sedang menatapnya. Pria tua itu mengangguk. "Iya, Kakek harus menemuinya," jawabnya. Dari suaranya, para bidadari tahu kalau sang Kakek juga ketakutan.
"Tidak usah," salah satu bidadari langsung melarangnya. Dia bahkan bangkit dari duduknya lalu menghampiri kakek dan menggandeng tangannya agar Kakek ikut duduk dengan para bidadari itu. "Kakek disini saja. Memang kakek tahu mereka siapa?"
Si Kakek menurut. Dia duduk di lantai yang terbuat dari papan kayu dan wajahnya cukup gelisah. Bahkan sampai sekarang suara teriakan itu terdengar dari beberapa orang. "Mereka anak buah Juragan Suloyo. Sepertinya, mereka datang dengan juragannya."
"Apa! Dasar manusia tidak tahu diri. Udah kaya raya, masih aja minta minta. Mereka sudah seperti pengemis saja," gerutu Dewi Merah kesal. "KIta duduk disini saja, Kek. Biarin aja mereka teriak sampai suaranya lenyap. Biar suaranya ilang sekalian."
"Tapi kalau mereka ngamuk dan merusak rumah Kakek bagaimana?" tanya Kakek. Wajah terlihat cukup khawatir.
"Kakek tidak usah takut. Semua akan baik baik saja. Mending kita diam saja di sini, pura pura tidak mendengar," ucap Dewi merah lagi. Si Kakek akhirnya pasrah meski wajahnya menunjukan sedang tidak baik baik saja.
"Kakek Sugi! Keluar! Atau aku hancurkan rumah kamu!" teriak pria yang sama.
Sudah berkali kali sejak kedatangannya ke rumah itu, pria tersebut dengan beberapa rekannya berteriak memangggil pemilik rumah. Namun yang mereka panggil, sama sekali tidak memberi tanggapan, membuat mereka semakin geram.
"Apa di rumah tidak ada orang?" tanya pemimpin dari gerombolan pria yang berada di halaman rumah Kakek Sugi. "Coba kalian periksa ke sekitarnya. Mungkin Kakek Sugi sedang berada di belakang rumah," titah pria berkuda itu.
"Baik, Juragan," empat anak buah dari pria itu langsung melaksanakan perintah. Mereka segera berpencar mengelilingi rumah panggung tersebut. Hingga beberapa saat kemudian, orang-orang itu kembali menghadap Juragan yang masih duduk di punggung kuda dan melaporkan kalau mereka tidak menemukan seorangpun di sana.
"Mungkin Kakek Sugi dan tamu tamunya sedang pergi, Juragan," ucap salah satu anak buah.
"Sepertinya begitu," balas sang Juragan sambil memperhatikan rumah di hadapannya dengan otak yang sedang berpikir. "Kita kasih pelajaran saja sama mereka. bakar rumah ini, cepat!"
"Baik, Juragan!" jawab semua anak buahnya dengan kompak, lalu mereka bersiap diri untuk menyalakan api dengan peralatan yang mereka bawa. Sang Juragan terlihat menyeringai sembari menatap rumah tersebut.
Di saat mereka sedang sibuk membuat api, tiba-tiba, mereka dikejutkan dengan suara yang sangat mereka kenal. Semua telinga yang mendengar suara itu sontak terperanjat. Mereka pun menoleh dan mengedar pandangannya ke sekitar, tapi mereka sama sekali tidak menemukan sosok apapun di sekitar sana.
Namun, di saat itu juga, kuda yang ditunggangi sang Juragan, tiba tiba memberontak dengan meringik keras. Kuda itupun seketika hilang kendali, bergerak liar, hingga menjatuhkan orang yang ada di punggungnya.
Bugh!
"Akh!" sang Juragan memekik lantang. Semua pun terkejut dan mata mereka seketika beralih ke arah juragan yang terjatuh. Sedangkan kuda itu seketika lari ke sembarang arah.
Di saat para anak buah itu hendak menolong Juragan mereka, gerakan tangan mereka terhenti saat mata orang orang itu menangkap sosok mengerikan, tak jauh dari tempat mereka berada
"Singa?" ucap salah satu anak buah dengan suara tercekat. Matanya melebar dan wajahnya langsung pucat.
Sang Juragan yang mendengar ucapan anak buahnya langsung menoleh ke belakang, dan saat itu pula matanya ikut melebar. Di sana, tak jauh dari tempat keberadaan sang juragan, binatang buas yang ditakuti manusia, sedang menatap pria-pria itu.
"Ada Singa!" suara sang Juragan sampai tergagap. Wajahnya pun berubah panik. "Cepat, usir Singa itu!"
Para anak buah hanya mampu saling pandang. Tentu saja mereka ragu untuk menyerang dan mengusir binatang buas yang tubuhnya lebih bear dari mereka. Mereka bahkan tidak sadar kalau api yang mereka nyalakan malah padam.
"Kenapa kalian diam!" gertak sang Juragan dengan suara yang cukup lirih. "Cepat, usir Singa itu!"
Para anak buah menjadi dilema. Disatu sisi mereka tidak ingin kehilangan pekerjaannya, namun di sisi lain, mereka juga tidak mau mati sia sia karena melawan Singa.
Mereka takut akan menjadi santapan Singa tersebut. Padahal Singa itu hanya diam dengan mata yang terus menatap para pria yang sedang ketakutan.
"Wahh! Leo hebat!" seru seorang pria dari arah lain. Suara seruan itu sontak membuat semua pria yang sedang ketakutan mengalihkan pandangan mata mereka ke arah sumber suara.
Juragan dan anak buahnya menatap tidak percaya saat menyaksikan seorang pria dengan wajah riangnya malah mendekat ke arah Singa dan mengusapnya.
Tak jauh dari pria itu, ada juga tiga wanita yang juga merasa senang meski mereka tidak mendekati Singa. Sedangkan wanita tua yang bersama tiga wanita itu malah terlihat ketakutan.
"Mau apa lagi kamu datang kemari, hah!" bentak Wira kepada pria yang menjadi lawan tandingnya saat pagi tadi. Pria itu datang kembali dengan Juragan dan juga rekan satu profesinya. "Masih belum puas, aku hajar kamu tadi pagi? Pakai bawa pasukan lagi."
Pria itu tidak menjawab. Mungkin jika tidak ada Singa di sana, dia, bersama para anak buah serta Juragannya sudah menunjukan kesombongannya.
Namun berhubung ada binatang buas yang terlihat akrab dengan anak muda yang membuatnya babak belur, pria bernama Warto itu memilih diam dengan segala rasa takut yang mendera.
"Saya sudah memberi peringatan pada kamu, jangan datang lagi kemari dan jangan usik penghuni rumah ini! Tapi kamu malah datang membawa rombongan para pengecut. Apa kamu mau, kamu dan teman teman kamu itu, menjadi santapan Singa saya?" ucap Wira, santai. Namun, apa yang dikatakan Wira semakin membuat Juragan dan anak buahnya ketakutan.
"Sekarang lebih baik kalian pergi! Jika kalian masih menganggu penghuni rumah ini lagi, saya tidak akan segan segan, mengirim Singa ini untuk mendatangi tempat kalian, mengerti!"
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...
dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..
Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
..hemmm
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭