Pintu Rahasia Dua Dunia

 Tak ada cara lain, akhirnya Lulu mengajak Sintia ke rumah peninggalan orang tua nya. dia juga membawa mbok jum yang begitu antusias melihat toko roti nona muda nya. tanpa tau dimana tempat itu berada. Kalau saja mereka tau akan ke jaman kuno, entah seperti apa reaksi mereka nanti nya. sudah pasti Lulu tak sabar melihat wajah kaget Mereka nanti.

  "Jauh lagi ga sih lu?" tanya Sintia yang begitu cerewetnya.

 "Ga... Udah nyetir aja, ntar gue kasih tau." ucap Lulu dengan santai nya, sambil mengecek ponsel nya yang berisi laporan dan data penjualan hari ini dari perusahaannya.

"Kasih diskon ya beb."goda sintia sambil cengengesan.

 "hmm."

 "Mbok jangan diam aja, ngomong aja mbok. Gausah segan, atau malu malu." ucap Tia yang melihat mbok Jum yang malah terkekeh kecil.

 "mbok bingung mau ngomong apa non tia, sebab kalian kan anak muda. Sedangkan mbok ini sudah tua, ya mana nyambung." ucap nya sambil terkekeh kecil.

"Eh... siapa bilang, nyambung kok, ya ga besti?"

 "Yoi... Gausah malu malu mbok, kalau sama kita mah bebas. oh ya, sebelum nanti aku tunjukkan dimana tempat nya, kalian berdua ga boleh kasih tau ke siapapun!" ucap Lulu yang memberikan peringatan terlebih dahulu.

 "Eh... Kok gitu lu, kan supaya toko roti Lo rame Markonah."

 "Udah nyetir Tia cerewet... Kalian akan tau tempat nya nanti. Tapi ingat jangan katakan siapapun rahasia ini!"

 "Gue bener bener penasaran." ucap sintia yang tak sabar melihat tempat roti yang dimaksud oleh teman nya.

 Sebenarnya Lulu belum mau mengatakan sesuatu tentang jaman itu, tetapi karena kedua nya adalah anggota yang sudah dianggap nya keluarga. Jadinya dia rasa tak masalah. Sekalian nanti akan diperkenalkan oleh paman Roger dan istri nya.

"Ayok masuk." ucap nya dengan membukakan pintu kamar mendiang orang tua nya.

 "Loh... Kok kesini lu?"

 "loh non, toko nya dimana. Ini kan tempat peninggalan rumah orang tua non Lulu." ucap mbok yang memang tau sejarah rumah ini. tapi tak mengetahui rahasia di dalam nya.

 "Udah masuk yuk, kita kedalam. kalian jangan kaget ya, kita akan berpetualang nanti saat sampai disana."

 Saat ini toko roti nya masih dijaga oleh paman Roger dan istrinya. mereka tinggal di lantai bawah sebab di lantai atas toko itu tempat pintu rahasia nya. Jadinya lulu melarang untuk mereka naik ke area pribadi nya.

 "Loh... Ini kan di kamar nyonya non."

 Sedangkan Sintia tak bertanya lagi, dan langsung mengikuti sahabat nya.

 Cklek....

Deg... Jantung kedua wanita itu berdetak kencang, ini apa dan kenapa bisa ada kamar di balik pintu itu. apalagi barang barang di jaman itu begitu kuno.

 "lu.... Ini?"

 "Iya, Pintu penghubung dua dunia, disini lah tempat toko roti ku berada."

 "Non... kok bisa?"

 "Ga tau mbok, aku juga bingung awalnya. Ga percaya juga, tapi yang ku alami nyata dan tak mimpi."

 Mbok meraba pintu itu dengan tangan bergetar. jadi ini rahasia nyonya dan tuan nya saat itu.

"Bagaimana ini bisa terjadi, ini bener bener ajaib non."

 "Bener kata mbok, ini bener bener ajaib. gue juga takjub liat nya, apa kita sekarang boleh masuk lu?" ucap Tia yang sudah tak sabar.

 "Ayok, tapi tunggu dulu... Mbok bawa itu kue kue nya kita ke sana dan restock kembali, pasti nanti akan ramai lagi."

 "Siap non."

Ketiga nya melangkah ke jaman kuno tersebut dengan tatapan yang masih terus menerus melihat kondisi sekitaran kamar.

"gila... Ini luar biasa." pekik Tia yang begitu hebohnya.

 "bangunan nya juga kaya jaman modern lu, pasti lu yang perbaiki kan ?"

 "Iya, tapi dibangun oleh para tukang di sini."

 "Eh... Di jaman ini udah ada tukang?"

  "Ada... tapi hanya beberapa orang saja yang gue tau. soalnya saat itu paman Roger yang bawa."

"paman Roger siapa?" tanya Tia yang penasaran.

"Orang jaman ini, gue ga sengaja bertemu saat melihat ada pasar di ujung sana."

"Wow....non, liat ini ada busur panah. karena banget." pekik mbok jum yang melihat langsung panah jaman kuno yang terbuat dari kayu.

"Sumpah... Kalau hp bisa ada internet, gue udah nge vlog lu." pekik Sintia yang begitu antusias nya m.

"Udah yuk, kita turun ke bawah, ada paman Roger dan istrinya Disana kita kenalan sama mereka yuk."

"Ayok." pekik mbok yang begitu senang.