Alexa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan Angkasa-pria yang nyaris asing baginya. Bukan karena permintaan keluarga, bukan pula karena cinta, tetapi karena sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan.
Alexa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah ia inginkan, tapi semakin ia mencoba memahami pria itu, semakin banyak hal yang tak masuk akal dalam pernikahan mereka.
Di balik sorot mata tajam Angkasa, ada sesuatu yang tersembunyi. Sebuah kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Saat Alexa mulai menerima takdirnya, ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar ikatan biasa-ada janji yang harus ditepati, ada masa lalu yang belum selesai.
Namun, ketika semuanya mulai masuk akal, datanglah pilihan: bertahan dalam pernikahan yang penuh teka-teki atau melepaskan segalanya dan menghadapi konsekuensinya.
Di bawah langit yang sama, akankah hati mereka menemukan jalan untuk saling memahami? Atau pernikahan ini hanya menjadi awal da
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vin97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari telah tiba
Hari itu akhirnya tiba. Hari di mana Angkasa dan Alexa akan mengucapkan janji suci di hadapan keluarga, sahabat, dan orang-orang tercinta. Langit pagi tampak cerah, seakan merestui perjalanan mereka yang akan segera dimulai.
Alexa berdiri di depan cermin besar di ruang rias, mengenakan gaun putih yang menjuntai indah. Tangan kecilnya menggenggam erat buket bunga mawar putih, simbol kesucian dan ketulusan cinta mereka. Senyum gugup menghiasi wajahnya saat matanya menatap refleksinya sendiri.
"aku.. akan menikah ?" tanyanya pada diri sendiri, meskipun ini bukan pernikahan sungguhan, tapi perasaan gugup itu melanda Alexa.
Di sisi lain, Angkasa berdiri di depan altar dengan jas hitam yang membuatnya terlihat lebih gagah dari biasanya. Ia menatap lurus ke depan, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Tak ada keraguan dalam hatinya. Ia yakin bahwa Alexa adalah satu-satunya wanita yang ingin ia habiskan sisa hidupnya bersama.
Namun, di sudut ruangan, di antara para tamu yang hadir, Elisabeth duduk bersama ibunya, Clarisa. Keduanya tampak gelisah, seolah tak percaya dengan apa yang sedang terjadi di depan mata mereka.
"Ini nyata, Bu?" bisik Elisabeth, matanya menatap lurus ke arah Angkasa yang tengah menanti mempelainya di altar.
Clarisa mendesah pelan, menggenggam tangan putrinya erat. "Sepertinya memang benar-benar terjadi. Angkasa akan menikah dengan wanita itu... wanita yang tak pernah kita sukai."
"aku tidak mengerti apa yang dipikirkan kak Angkasa" Elisa menghela nafas kesal
--
Ibu Alexa berjalan menghampiri Alexa,
"kamu sangat cantik Alexa" puji ibu.
Alexa menatap ibunya dari cermin lalu berbalik menatapnya.
"ibu.."
Ibu memperhatikan gaun yang dipakai oleh Alexa, lalu tersenyum lembut. "Ibu tidak pernah berpikir bahwa hari ini akan tiba begitu cepat. Rasanya baru kemarin ibu menggendongmu, mengusap kepalamu saat kau menangis. Sekarang, kau sudah dewasa, akan menjadi istri."
"ingat Alexa, sebentar lagi kamu akan menjadi istri dan juga menjadi menantu dari keluarga suamimu"
"tetap dengarkan setiap perintahnya, tapi jangan takut untuk menolak selama menurut kamu tidak baik" ucap ibu.
Mata Alexa hampir berkaca-kaca, hari yang tak pernah ia bayangkan juga akan terjadi didepan matanya. ia kemudian memeluk erat ibunya, seolah tak ingin hal ini terjadi, ia ingin sekali menahan waktu agar berhenti namun itu tidak mungkin terjadi.
"penganti wanita, sudah waktunya keluar:" ucap seorang pelayan.
Ketika musik mulai mengalun, seluruh ruangan seketika sunyi. Semua mata tertuju pada pintu yang perlahan terbuka, memperlihatkan Alexa yang melangkah dengan anggun diiringi sang ayah. Matanya bertemu dengan Angkasa, dan dalam tatapan itu, ada sejuta perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Mereka telah melalui banyak hal untuk sampai ke titik ini, dan hari ini, mereka akan mengikat janji sehidup semati.
Ketika Alexa tiba di altar, Angkasa mengulurkan tangannya. "Kau cantik sekali," bisiknya pelan.
Alexa tersenyum. "Dan kau tampak luar biasa."
Ucapan yang keluar dari mulut mereka seolah orang yang benar-benar sedang dimabuk asmara, seperti orang yang benar-benar saling mencintai.
Pendeta mulai berbicara, menyampaikan makna pernikahan dan arti dari komitmen seumur hidup. Lalu, tibalah saat yang ditunggu-tunggu.
"Alexa, apakah kau bersedia menerima Angkasa sebagai suamimu, dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan?"
Mata Alexa berbinar. "Aku bersedia."
Pendeta menoleh ke arah Angkasa. "Angkasa, apakah kau bersedia menerima Alexa sebagai istrimu, dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan?"
Tanpa ragu, Angkasa mengangguk. "Aku bersedia."
Sorak-sorai bahagia memenuhi ruangan ketika mereka saling menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Dan ketika pendeta akhirnya berkata, "Dengan ini, aku nyatakan kalian sebagai suami istri," Angkasa menarik Alexa ke dalam pelukannya, mencium lembut bibirnya di bawah langit yang menjadi saksi.
Alexa tak pernah membayangkan Angkasa akan melakukan hal itu didepan keluarga,matanya membelak besar.
Angkasa menjauh dan menatap Alexa.
"saat ini kau menjadi Istri Angkasa" senyum Angkasa tampak begitu mencurigakan, Alexa tak sekalipun melepaskan pandangan Angkasa dari dirinya.
--
"kenapa kau menciumku ?" tanyanya Alexa.
Kini mereka berada diruang ganti, dimana mereka harus mengganti pakaian setelah acara pemberkatan itu selesai.
"Kau istriku, ada apa dengan pertanyaanmu?" tanya Angkasa santai sambil melepas jasnya.
"Tapi kita tidak benar-benar serius dalam pernikahan ini. Kau sangat aneh. Kemarin bahkan aku sangat terkejut ketika kau berbicara di depan keluarga," ucap Alexa dengan nada curiga.
Angkasa menatapnya sekilas melalui pantulan cermin. "Ketika kau sedang berakting, kau harus serius sampai mereka tidak tahu kalau kita sedang berbohong."
Angkasa tersenyum tipis. "Ganti pakaianmu, aku akan menunggumu di luar."
"Mau ke mana?" tanya Alexa, suaranya sedikit meninggi.
Angkasa berbalik, melihat Alexa yang masih berdiri dengan ekspresi bingung.
"Kembali ke rumah, kemana lagi? Aku masih ada pertemuan penting," ucap Angkasa santai.
"Ke rumah?" Alexa menelan ludah, suaranya sedikit gemetar. "Ke rumahmu?".
--
Ketika mobil yang membawa Alexa dan Angkasa berhenti, Alexa terkejut melihat rumah besar bergaya Amerika di hadapannya. Pilar-pilar tinggi berdiri kokoh, lampu-lampu taman bersinar hangat di tengah malam yang mulai larut. Arsitekturnya begitu elegan, namun terasa begitu asing baginya.
Langkah Alexa terasa berat saat turun dari mobil. Ia menatap rumah megah itu dengan hati berdegup kencang. Ada ketakutan yang tak bisa ia jelaskan. Ia tahu, begitu ia melangkah masuk, ia tak akan bisa keluar dengan mudah. Ini bukan sekadar rumah baru, ini adalah batas antara kehidupan lamanya dan kehidupan yang kini harus ia jalani.
"Ayo masuk," suara Angkasa membuyarkan lamunannya.
Alexa menghela napas pelan, lalu mengikuti langkah Angkasa menuju pintu utama. Setiap langkah terasa seperti sebuah keputusan besar yang tak bisa diubah kembali.
Ketika angkasa membuka pintu, ia telah disambut oleh keluarganya.
"selamat datang Alexa" pak bima menyapa Alexa yang baru pertama kali menginjak kakinya dirumah itu.
"Terima kasih pak" ucap Alexa gugup
"Pak ?"
"kau sudah menjadi istri Angkasa, panggil saya Papa" ucap Pak Bima.
Alexa tampak canggung, ia hanya menatap pak Bima dan kemudian mengangguk.
"Anggap saja seperti rumah sendiri Alexa" sambungnya lagi.
"Baik pa.." ucap Alexa tampak sulit.
Setelah itu Angkasa mengajak Alexa untuk berjalan menuju kamar mereka.
"Ini kamar kita" ucap Angkasa.
"Kita ?" Tanya Alexa.
Angkasa kembali menoleh, seolah kata-kata yang diucapkan dirinya tampak membuatnya bingung.
"Iya.. kita"
"Aku pikir kita punya kamar yang berbeda ?" Tanya Alexa lagi.
Angkasa tersenyum tipis seolah mengejek pertanyaan Alexa.
"Kamar berbeda ? Dirumah ini ?"
"Apa yang mau kamu katakan jika orangtuaku bertanya ?" Tanya Angkasa.
Alexa tak menjawab,ia hanya menatap kamar yang tampak luas itu, hanya ada satu ranjang extra besar disana.
"Kau... Tidak akan melakukan apapun kan ?" Tanya Alexa
Angkasa mendekat, hingga benar-benar hanya berjarak 5cm diantara wajahnya.
"Kenapa ? Kau mau melakukannya ?"
Tanyanya dengan suara bisik.
To be continued..