NovelToon NovelToon
Balas Dendam Psikopat

Balas Dendam Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Maurahayu

Cintia tumbuh di lingkungan yang penuh luka—bukan cinta yang ia kenal, melainkan pukulan, hinaan, dan pengkhianatan. Sejak kecil, hidupnya adalah derita tanpa akhir, membuatnya membangun dinding kebencian yang tebal. Saat dewasa, satu hal yang menjadi tujuannya: balas dendam.

Dengan cermat, ia merancang kehancuran bagi mereka yang pernah menyakitinya. Namun, semakin dalam ia melangkah, semakin ia terseret dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri. Apakah balas dendam akan menjadi kemenangan yang ia dambakan, atau justru menjadi neraka yang menelannya hidup-hidup?

Ketika masa lalu kembali menghantui dan batas antara korban serta pelaku mulai kabur, Cintia dihadapkan pada pilihan: terus membakar atau memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Ikuti terus kisah Cintia...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maurahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?

Cintia menatap Araf dengan pandangan yang sulit diartikan. Pertanyaan itu menggantung di udara seperti benang tipis yang hampir putus. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab. Ia ingin percaya padanya, ingin membiarkannya tetap ada di dalam hidupnya, tetapi ketakutan itu selalu menghantuinya.

"Jawabanmu apa, Cintia?" tanya Araf pelan, suaranya lembut, tapi ada nada ketegasan yang tidak biasa.

Cintia mengalihkan pandangannya ke arah laut. Ombak kecil bergulung pelan, seolah ingin menenangkan perasaannya yang tengah berkecamuk. Ia tidak bisa menjawab. Ia takut jika ia membiarkan Araf tetap di sisinya, ia akan terluka lagi. Dan Cintia sudah terlalu lelah untuk terluka.

"Aku nggak tahu," jawabnya akhirnya, suaranya hampir tak terdengar.

Araf terdiam beberapa saat. Lalu, ia mengangguk pelan. "Aku nggak akan memaksamu. Tapi aku harap kamu tahu, aku ada di sini bukan untuk menyakitimu."

Cintia tidak menjawab. Ia hanya menunduk, membiarkan kata-kata Araf mengisi ruang di antara mereka. Tapi jauh di dalam hatinya, sebuah keraguan mulai tumbuh. Apa benar ia bisa mempercayai Araf? Apa benar lelaki itu tidak akan pergi?

---

Sejak percakapan di pantai itu, hubungan mereka tetap berjalan seperti biasa, meskipun ada sedikit jarak yang terasa. Araf tetap datang ke toko setiap sore, membeli barang-barang kecil yang tidak penting hanya untuk punya alasan berbicara dengan Cintia. Sementara itu, Cintia berusaha menjaga sikapnya, mencoba tidak terlalu menunjukkan apa yang ia rasakan.

Tapi hari itu, sesuatu berbeda.

Bu Rini, yang sedang menata rak-rak toko, tiba-tiba mendekati Cintia dengan wajah penuh rasa ingin tahu. "Eh, Cintia. Kamu tahu nggak soal Araf?"

Cintia yang sedang memeriksa stok barang menoleh dengan alis terangkat. "Apa maksud Bu Rini?"

Bu Rini mendekat, suaranya mengecil seperti sedang membicarakan rahasia besar. "Tadi ada pelanggan yang bilang, katanya Araf itu sering jalan sama perempuan lain. Kamu tahu nggak siapa dia?"

Cintia seketika merasa seperti ada yang menusuk dadanya. "Perempuan lain?" tanyanya pelan, mencoba terdengar biasa saja meskipun perasaannya mulai bergejolak.

"Iya," jawab Bu Rini sambil mengangguk. "Katanya mereka sering ketemu di kota sebelah. Perempuan itu cantik, katanya. Mungkin pacarnya?"

Cintia terdiam. Tangannya yang memegang buku catatan stok mulai gemetar. "Siapa yang bilang?" tanyanya, suaranya sedikit lebih tajam dari yang ia maksudkan.

"Ya, tadi ada pelanggan yang ngomong. Siapa ya? Aku lupa. Tapi katanya udah beberapa kali lihat mereka bareng."

Cintia tidak menjawab. Ia mencoba mengendalikan dirinya, tapi pikirannya sudah dipenuhi oleh berbagai kemungkinan buruk. Apa Araf benar-benar punya hubungan dengan perempuan lain? Kalau iya, kenapa ia tidak pernah bilang apa-apa? Apa selama ini ia hanya bermain-main dengannya?

"Eh, kamu nggak apa-apa, Cintia?" tanya Bu Rini, memperhatikan wajahnya yang tampak tegang.

Cintia menggeleng pelan. "Aku nggak apa-apa, Bu," jawabnya singkat. "Aku cuma capek."

---

Sore itu, seperti biasa, Araf datang ke toko. Tapi kali ini, Cintia tidak menyambutnya dengan senyum tipis seperti biasanya. Ia hanya berdiri di belakang meja kasir, menatapnya dengan tatapan dingin.

"Hei," sapa Araf dengan senyum ramah. Tapi senyumnya perlahan memudar ketika ia melihat ekspresi Cintia. "Kamu kenapa?"

Cintia tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Kamu sering ke kota sebelah?"

Pertanyaan itu membuat Araf mengerutkan kening. "Iya, kadang-kadang. Kenapa?"

"Kamu ketemu siapa di sana?" tanya Cintia lagi, suaranya lebih tajam sekarang.

Araf tampak bingung. "Maksudmu?"

"Ada yang bilang kamu sering jalan sama perempuan lain," kata Cintia tanpa basa-basi. "Itu benar?"

Araf terdiam, jelas terkejut dengan pertanyaan itu. "Perempuan lain? Siapa yang bilang?"

"Jadi, itu nggak benar?" Cintia balas bertanya, matanya menatap tajam ke arahnya.

Araf menghela napas panjang. "Aku nggak tahu siapa yang bilang itu, tapi itu nggak benar. Aku nggak punya hubungan dengan siapa pun, Cintia."

"Tapi kenapa ada yang lihat kamu sama perempuan lain?" desak Cintia. Ia tidak ingin terlihat cemburu, tapi nada suaranya jelas menunjukkan bahwa ia merasa dikhianati.

"Aku memang ketemu beberapa orang di kota, tapi itu nggak seperti yang kamu pikirkan," jawab Araf, suaranya mulai terdengar frustrasi. "Aku nggak tahu kenapa orang-orang suka menyebarkan gosip yang nggak jelas."

Cintia tertawa kecil, tapi tidak ada kehangatan dalam tawanya. "Jadi ini cuma gosip? Kamu yakin?"

"Aku yakin," jawab Araf tegas. "Cintia, aku nggak akan pernah melakukan sesuatu yang menyakitimu. Aku pikir kamu tahu itu."

"Tapi aku nggak tahu!" balas Cintia, suaranya meninggi. "Aku nggak tahu karena selama ini aku nggak pernah bisa percaya sama siapa pun. Dan sekarang, aku dengar ini tentang kamu. Apa kamu pikir aku bisa percaya begitu saja?"

Araf terdiam. Ia tahu Cintia tidak mudah percaya pada orang lain, tapi ia tidak menyangka bahwa ia akan menjadi sasaran ketidakpercayaan itu. "Cintia," katanya pelan, "aku nggak tahu harus bilang apa lagi selain bahwa aku nggak pernah bohong padamu."

"Tapi mungkin kamu bohong sekarang," kata Cintia dingin. "Mungkin aku salah percaya padamu."

Kata-kata itu seperti pukulan bagi Araf. Ia menatap Cintia dengan mata yang penuh luka. "Apa itu yang kamu pikirkan tentang aku? Kalau iya, mungkin aku nggak punya alasan lagi untuk tetap di sini."

Cintia terkejut mendengar kata-kata itu. Ia tidak menyangka Araf akan mengatakan hal seperti itu. Tapi sebelum ia bisa menjawab, Araf melangkah keluar dari toko tanpa berkata apa-apa lagi.

---

Malam itu, Cintia duduk sendirian di kamarnya. Matanya menatap kosong ke arah jendela, pikirannya penuh dengan bayangan Araf. Ia merasa marah, bingung, dan terluka. Tapi di atas semua itu, ia merasa takut. Takut kalau ia benar-benar kehilangan Araf.

"Apa aku salah?" tanyanya pada dirinya sendiri. Tapi ia tidak punya jawaban.

---

Keesokan harinya, Araf tidak datang ke toko. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, Cintia merasa ada sesuatu yang hilang. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini yang terbaik. Jika Araf pergi, ia tidak akan terluka lagi. Tapi kenapa hatinya terasa begitu kosong?

Bu Rini, yang memperhatikan perubahan sikap Cintia, akhirnya bertanya, "Kamu kenapa, Cintia? Kelihatannya kamu nggak seperti biasanya."

"Nggak apa-apa, Bu," jawab Cintia singkat.

"Tapi aku lihat kamu dan Araf kemarin kayaknya ada masalah," kata Bu Rini pelan.

Cintia tidak menjawab. Ia tidak ingin membicarakan ini dengan siapa pun, bahkan dengan Bu Rini. Tapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan. Apakah ia akan membiarkan Araf pergi, atau ia akan mencoba mempercayainya?

Sore itu, ketika toko mulai sepi, Cintia duduk di kursi di belakang meja kasir. Ia menatap pintu dengan harapan yang tak terucap. Tapi Araf tidak pernah datang.

"Apa aku benar-benar sudah kehilangan dia?" tanyanya pelan pada dirinya sendiri. Tapi jawabannya tetap menggantung, seperti pertanyaan yang tidak pernah selesai…

1
Rohmat Rohmat
Semangat update thor
Xinn
Novel sebagus ini thor, kenapa sepi pembaca/Angry/. Alur ceritanya juga bener-bener bagus, tanda baca semuanya sudah sempurna. kenapa sepi
𝐫𝐚.: Terimakasih Kak Xinn/Smile/Semuanya butuh proses, saya juga ingin novel ini jadi Populer👍😊
total 1 replies
Kabir Muh kabir
ini saya efri
𝐫𝐚.: 🥺🥺😭😭Sudah...
total 1 replies
Kabir Muh kabir
ini saya Efri
Kabir Muh kabir
Maura, hubungi saya di sini. 085222285041
Kabir Muh kabir: Maura, HP saya rusak untuk sementara. Jadi kamu hubungi saja dlu saya di sini
total 1 replies
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
lanjut thor
Rohmat Rohmat
Plot twist bnr-bnt dapet Thor👍👍
kebanyakan dari lingkungan gw, ya emang gitu. baik support kita nyatanya orang yg seperti itu yg berbahaya. Keren Thor.
𝐫𝐚.: Semua lingkungan pasti ada deh Kak/Smile/
total 1 replies
Feyza
romantisnya Araf 🌹🌹🌹😍
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞ᴹᴿ᭄°Knight⁹⁹🦅™࿐
Lanjutkan tetap semangat berkarya
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
nah loh dari siapa pesen anonim it
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
astaghfirullah aldzim kok Cintia jahat banget, kenapa ikutan jahat juga. sama aja dunk kamu sama Luna kl sprti it
𝐫𝐚.: Itu hanya permainan, yang jahat itu langsung di mutilasi 🤪🙈
total 1 replies
Sylvia Rosyta
semangat
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
kalau saja dia bisa pergi 😭
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
duh dipaksa padahal alergi.
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
ya Allah satu tahun masih kecil banget 😭😭😭
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
/Whimper//Whimper//Whimper/
🔵Nona Widya
mampir kak
Ciya Syakiya
pengertian banget
BAPAK
mampir
Sylvia Rosyta
aku padamu araf.
aku mampir kak, kalau ada waktu boleh lah support balik ke karya baru aku ok👌🤭
𝐫𝐚.: Sipp, otw
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!