NovelToon NovelToon
Kos-kosan Sus Banget!

Kos-kosan Sus Banget!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: DancingCorn

Fandi, seorang mahasiswa jurusan bisnis, memiliki kemampuan yang tak biasa—dia bisa melihat hantu. Sejak kecil, dia sudah terbiasa dengan penampakan makhluk-makhluk gaib: rambut acak-acakan, lidah panjang, melayang, atau bahkan melompat-lompat. Namun, meskipun terbiasa, dia memiliki ketakutan yang dalam.

BENAR! DIA TAKUT.

Karena itu, dia mulai menutup matanya dan berusaha mengabaikan keberadaan mereka.
Untungnya mereka dengan cepat mengabaikannya dan memperlakukannya seperti manusia biasa lainnya.

Namun, kehidupan Fandi berubah drastis setelah ayahnya mengumumkan bahwa keluarga mereka mengalami kegagalan panen dan berbagai masalah keuangan lainnya. Keadaan ekonomi keluarga menurun drastis, dan Fandi terpaksa pindah ke kos-kosan yang lebih murah setelah kontrak kos sebelumnya habis.

Di sinilah kehidupannya mulai berubah.

Tanpa sepengetahuan Fandi, kos yang dia pilih ternyata dihuni oleh berbagai hantu—hantu yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga sangat konyol dan aneh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12 : Selamat Tinggal?

"Sekarang, taruh obor di sekitar boneka," ujar Fandi tegas.

Mereka bergerak sesuai instruksi, menempatkan obor mengelilingi boneka. Cahaya api yang kecil namun stabil mulai muncul disekitar lingkaran ritual itu.

Mereka semua tampak heran. Bagaimana bisa, jelas tidak ada sumber api.

"Mundur. Agak jauhi lingkaran. Jangan membuat suara apa pun yang terjadi." Kata Fandi sambil menarik nafas dalam-dalam, "gue butuh konsentrasi."

Mereka mengangguk, kemudian mereka seperti melihat sesuatu yang aneh. Tangan Fandi mengeluarkan cahaya samar. Cahaya itu bewarna biru muda yang lembut dan tenang. Namun, mereka tidak bisa bertanya sekarang.

"Kang Roy," ujar Fandi tanpa menoleh, suaranya tetap tenang. "Tolong bakar obornya, ada celah di lingkaran dimana api tidak terbakar, lewat situ saja. Sebelum keluar dari lingkaran, panggil nama lengkap Dek Anis tiga kali."

Kang Roy mengangguk paham. Dia mendekati lingkaran, lalu menyalakan obor dengan gerakan cepat. Api menyala dengan suara krek kecil yang terdengar jelas di malam yang sunyi.

"Novida Anis Zakia Putri." Kang Roy menyebut nama itu tiga kali sebelum keluar dari lingkaran.

"Makasih Kang." Kemudian Fandi melihat teman-temannya yang menatap kosong ke kobaran Api dengan mata tajam.

"FOKUS!" Fandi menarik akal sehat mereka. Dia hampir saja menghentikan ritual.

Ritual yang dia lakukan adalah pelepasan jiwa. Meskipun tidak ada di dalam lingkaran mantra, jika sebuah tubuh memiliki pikiran kosong, jiwa orang itu bisa ikut tertarik keluar. Jika sudah seperti itu, mereka akan sama saja seperti meninggal.

Tangan Fandi kembali bergerak di udara, seperti melukis sesuatu yang tidak terlihat. Kali ini, simbol-simbol yang dia gambar dengan cahaya semakin nyata. Sebuah tulisan membentuk pola melingkar yang rumit bercahaya.

Perlahan, api di sekitar boneka mulai membesar, tetapi tidak merembet keluar dari lingkaran. Boneka itu terlihat lebih bersih dari aslinya, seperti boneka yang baru dipoles.

Dek Anis, atau lebih tepatnya arwahnya, perlahan muncul dari boneka itu. Sosoknya tampak seperti gadis kecil berusia tujuh tahun, mengenakan pakaian yang lusuh, dengan rambut panjang yang terlihat sedikit kusut. Namun, wajahnya sama sekali tidak menyeramkan, melainkan penuh kepolosan.

"Aku akan ketemu Papa sama Mama?" suaranya terdengar lirih, tapi jelas.

Fandi tersenyum kecil. "Iya, Dek. Kak Fandi udah siapin jalan buat kamu. Nanti kamu ikutin itu untuk ketemu mereka, nggak usah takut lagi, ya."

Arief, Dimas, Raka, dan Kang Roy hanya bisa memandang dengan perasaan campur aduk antara takjub dan sedih. Sosok kecil itu tampak seperti anak pada umumnya, namun dia memiliki tubuh transparan dan melayang-layang.

Dek Anis menatap mereka semua, lalu tersenyum polos. "Terima kasih… semuanya baik banget sama Anis." Dia berhenti sejenak, seolah mencoba mengingat sesuatu. "Maaf kalau Anis ganggu kemarin, Anis cuma kesepian, sekarang Anis akan ketemu Papa dan Mama, jadi nggak kesepian lagi."

Raka yang biasanya santai tampak memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan matanya yang mulai memerah. Dimas mengepalkan tangan erat-erat, sementara Arief menghela napas panjang, tidak mampu berkata apa-apa.

Cahaya di sekitar Dek Anis mulai memudar, perlahan membentuk butiran-butiran kecil seperti kunang-kunang yang beterbangan. Sebelum benar-benar hilang, dia menoleh ke Fandi sekali lagi.

"Kak Fandi, hati-hati, ya. Yang nggak baik nggak suka sama kakak…" ucapnya pelan, namun nadanya terdengar serius meski dia tersenyum.

Fandi mengerutkan kening, tapi masih mengangguk pelan. "Iya, terimakasih. Kak Fandi hati-hati. Kamu juga, Dek Anis. Selamat tinggal."

Dengan ucapan itu, sosok Dek Anis menghilang sepenuhnya, meninggalkan keheningan yang berat di malam itu. Lingkaran yang tadinya bercahaya mulai meredup, api pun padam seolah tertiup angin. Hanya boneka kayu utuh yang tersisa di tengah-tengah lingkaran.

"Kelar," Fandi menghela napas panjang, lalu berbalik menghadap yang lain. "Makasih, gue nggak bisa ngelakuin ini tanpa kalian."

Namun, tak ada yang langsung merespons. Mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing, mencerna apa yang baru saja mereka saksikan.

Kang Roy akhirnya memecah keheningan. "Fan, kenapa Lo minta gue yang manggil nama Dek Anis tadi?"

"Ini karena Kang Roy tinggal disini. Meski kang Roy nggak kenal Dek Anis, Kang Roy dianggap sebagai penghuni lama disini dan harus mengenal keluarganya. Untuk membuka jalan ke alam lain, kita harus memanggil keluarga keluarga Dek Anis. Panggilan ini menggunakan nama Dek Anis sebagai media. Ketika keluarganya dengar, mereka akan datang membuka jalan. Mungkin Kang Roy nggak kenal orang tua Dek Anis, tapi Kang Roy tau keluarga lainnya yang berhubungan darah." Jelas Fandi.

"Begitu. Aku memang kenal Mbak Sukmo, kakek Dek Anis. Dia orang tua yang baik." Kata Kang Roy membenarkan.

Arief tiba-tiba bicara dengan nada riang.. "Serius, Fan. Lo keren banget!"

"Kayak film." Kata Raka.

Dimas menimpali, "Berasa kaya efek editan kalau gue nggak lihat secara langsung."

"Tapi beneran. Kalau gue nggak lihat sendiri, gue pasti nggak percaya hal ginian. Kalau lo butuh tugas mudah gini lagi, bilang aja. Kita pasti bakal bantuin lo." Kata Raka dengan kagum. Dimas dan Arief mengangguk.

Fandi tersenyum kecil, tapi sorot matanya penuh kehati-hatian. Ucapan terakhir Dek Anis tadi. Yang nggak baik nggak suka sama kakak… kalimat itu bergaung di kepalanya.

"Semua udah beres. Kang Roy, sebagai perayaan, gimana kalau Kang Roy masak kayak biasanya?" Raka memutus pikiran Fandi dengan nada senang. Raka sudah kembali ke penampilan biasanya, ceria dan berlebihan, menyeringai penuh kemenangan.

Kang Roy, yang sedang sibuk membereskan barang-barang, menoleh dengan alis terangkat. "Masak? Gue nggak pernah masak buat kalian, lho. Selain waktu Raka sakit kemarin."

Suasana mendadak hening. Semua orang saling pandang dengan bingung.

Raka memiringkan kepala, terlihat seperti baru menyadari sesuatu yang penting. "Eh, sebentar, Kang Roy. Kalau selama ini bukan Kang Roy yang masak sarapan buat kita, terus siapa dong?"

"Hah?" Kang Roy menatap mereka semua dengan kebingungan. "Gue cuma naruh bahan makanan sore-sore gini. Pagi-pagi gue harus langsung ke sawah, mana sempet masak."

Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Tapi kali ini, suasananya terasa lebih tegang.

Raka perlahan menoleh ke Fandi, matanya melebar. "Fan… Siapa yang masakin kita?" Nada suaranya terdengar penuh kepanikan, tapi menunjukkan bahwa dia yakin Fandi tahu jawabannya.

Fandi mendesah, terlihat sedikit ragu sebelum akhirnya menjawab, "... Namanya Mbak Lili. Hantu perempuan dengan gaun kuning."

Semua orang langsung terdiam. Udara di tempat itu tiba-tiba terasa dingin.

"Anjir," desis Dimas, memecah keheningan. Wajahnya tampak tidak percaya. "Jadi… kita dimasakin hantu selama ini?"

"GG," gumam Arief sambil melongo. "Ada hantu level Chef yang masakin kita."

Raka menatap Fandi dengan penuh kecurigaan. "Fan, gue inget Lo pernah cerita tengang hantu cewek di dapur. Apa ini..."

Namun, pikiran mereka segera di alihkan ketika melihat ekspresi Kang Roy berubah drastis. Matanya melebar, dan ada campuran ketidakpercayaan sekaligus kegembiraan di wajahnya.

"Lili? Lo bilang namanya Lili, Fan?" tanya Kang Roy dengan suara sedikit gemetar, tapi penuh antusiasme.

Fandi mengangguk pelan, wajahnya mencerminkan keseriusan. "Iya, Kang Roy. Itu Mbak Lili... Dia bilang dia kakaknya Kang Roy. Katanya, dia meninggal muda gara-gara kecelakaan."

Mata Kang Roy memerah, dipenuhi kesedihan yang mendalam. "Iya, bener, Fan. Mbak Lili emang kakak gue. Dia suka banget pakai rok kuning, itu warna favoritnya. Dia juga hobi masak. Dia pernah bilang pengen banget ikut Master Chef sebelum..." Kang Roy berhenti, suaranya sedikit bergetar. "Sebelum kejadian itu."

"Turut sedih, Kang," ujar Dimas dengan suara pelan, memecah kesunyian. Yang lain segera mengikutinya, menyampaikan belasungkawa.

Kang Roy mengangguk kecil, mencoba menenangkan mereka meskipun matanya masih basah. "Nggak apa-apa, gue cuma nggak nyangka kalau dia masih di sini dan malah masakin buat anak kos. Dulu kos ini sebenernya mau dikasih bapak ke dia. Tapi karena dia pergi duluan, akhirnya jatuh ke gue. Kalau bukan karena pensiun, mungkin cuma istri gue yang jagain kos ini."

Dia menatap Fandi dengan sedikit khawatir. "Tapi, Fan, kalau Mbak Lili masih di sini, apa itu berarti dia belum pergi ke dunia lain?"

Fandi menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil. "Bukan gitu, Kang. Ini bukan masalah dia nggak pergi. Sejak manusia lahir, mereka punya sepasang jiwa dalam tubuh mereka. Kalau di kebiasaan Jawa, salah satu jiwa itu dikenal mendiami ari-ari, yang sering dikubur dekat rumah, orang Jawa menyebutnya "Batur" yang artinya teman. Jiwa ini sebenarnya adalah jiwa lain bayi yang lahir, atau doppelganger? Gue lupa sebutannya. Pokoknya mirip itu. Lalu jiwa itu juga tumbuh didunia yang tidak kasat mata. Mereka berkembang seperti jiwa dalam tubuh hidup. Lalu saat manusia meninggal, arwah ini berhenti berkembang. Oh itu, jin qorin sebutannya, Kang."

Mendengar itu, Kang Roy menghela napas lega. "Syukur kalau gitu. Berarti Mbak gue nggak kenapa-napa."

Namun, Dimas langsung duduk di tanah sambil memegangi kepalanya. "Gue nggak tau harus bangga apa takut. Tapi... masakannya enak, sih."

"Enak apanya?" seru Arief, mulutnya setengah terbuka karena syok. "Lo masih bisa makan dengan tenang setelah tau fakta ini? Gue bahkan nggak tau gue harus ketawa apa teriak sekarang!"

Fandi menghela napas panjang sambil menatap teman-temannya. "Yah, anggap aja Mbak Lili masih pengen hidupin impian terakhirnya. Lagian kita udah sering makan dan baik-baik aja."

Raka melihat Fandi dengan tidak percaya. "Gila. Cuma anak indigo kali yang berani makan setelah tau itu dari hantu." Lalu dia menghela nafas, "Ini bukan hal normal, Fan. Mana berani kita."

Fandi mengangkat bahu ringan. "Sejak pindah ke kos ini, apa sih yang normal."

Kang Roy menepuk pundak Arief dengan santai. "Udah lah, nikmatin aja. Lagian, kapan lagi kalian bisa makan masakan level profesional, coba? Meski dari hantu" Dia lalu menoleh ke Fandi dengan senyum tipis. "Fan, kalau Mbak Lili masak lagi, panggil gue, ya. Gue juga pengen cobain masakannya."

Semua orang saling pandang, bingung harus tertawa atau merinding. Namun akhirnya, tawa kecil pecah di antara mereka, meskipun terselip rasa ngeri di baliknya.

Malam itu, mereka sepakat untuk tetap menikmati masakan Mbak Lili.

Lagipula masakannya enak. Siapa yang tahan nolak!

—————

Keesokan paginya, Raka muncul di depan pintu kamar Fandi dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Wajahnya kusut seperti habis dikejar mimpi buruk seperti yang pernah dilihat Fandi.

Fandi : ....

Sumpah, ini masih pagi.

Fandi merasa sakit kepala.

"Lo kenapa lagi, Rak?" tanya Fandi sambil mengerutkan kening, bukan kesal, hanya bingung.

Raka menghela napas panjang, lalu menjawab dengan nada kesal. "Sialan, Fan. Kalau semalam lo nggak bahas jin qorin, gue mungkin udah lari keluar kos ini sambil teriak-teriak. Bisa-bisanya laptop gue nyala sendiri tengah malam! Gue kira kena angin atau apa, tapi ternyata Dek Anis masih nongkrong di kamar gue! Asu, gue nggak bisa tidur lagi, padahal pagi ini gue ada kelas."

Fandi hanya tertawa kecil, menahan diri agar tidak membuat Raka semakin kesal. Meski kos-kosan ini penuh kejadian aneh, dia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu yang menghibur dari kekacauan ini.

Namun, jauh di lubuk hati, Fandi berharap tidak ada kejadian yang lebih parah dari ini. Karena, seberapa pun serunya, dia masih ingin hidup dengan tenang.

1
Husein
maaf lahir dan batin jg ya kak oThor 🙏
Krisna Adhi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Krisna Adhi
novel ini berbeda , seperti larut dalam ceritanya , emosi ,haru campur jadi satu , good job thor /CoolGuy//Casual//Casual/
Krisna Adhi
aih aih /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Krisna Adhi
/Facepalm/
Husein
mohon maaf lahir dan batin jg kak oThor.....
maaf jika selama ini ada komen aku yg ga berkenan 🙏🙏🙏

cerita dr kak oThor bagus banget, cuma belom sempet buat baca kisah yg lain🙏🙏🙏 so sorry
Husein
sepertinya sdh tdk ada kak...
eh mbak parti kmrn udh belom ya, sama.yg dia berubah punya sayap hitam 🤔...
DancingCorn: udah kok. Si Parti kan Parto 😂
cuma bentuk perubahannya aja...
total 1 replies
Husein
🤭 udah kek setendap komedi... segala kucing kena roasting
Husein
😀😀 hantu aja punya jodoh....
Fandy dan yg lainnya msh jomblo, emang sengaja ga dibuatin jodohnya ya kak oThor?
Husein: sapa tau kak oThor ada yg pengin kek Jayden dan Mina, minta dicarikan jodohnya 😀😀....

tp sebaiknya ga usah lah, takutnya nanti ngerusak cerita 🤗

ngikut alurnya kak oThor aja deh😀👍👍
DancingCorn: 🤣🤣🤣
Yah, lagipula ini bukan genre romance 🤭🤭
total 2 replies
Husein
gpp kak oThor... biar sedikit bisa ngobatin kangen ke Fandy dkk,😍
netizen nyinyir
duhhh thorrrr kirain mau tamat, btw cepat sembuh thorrr
Husein
lekas sembuh kak🤗
kutunggu sll lanjutan ceritanya 😍🙏🙏
Husein
ceritanya amazing 😍
Husein
apakah dugaanku benar? ato tidak?
pemilik kos biasanya menyimpan rahasia yg tak terduga... apa iya Bu Asti bukan mnausia?
Husein
oh no, tyt lbh rumit dr yg dibayangkan...
sosok ini berhubungan dg kehadiran dek Anis jg tayangga ...
siapakah sosok itu? apakah musuh Fandy dr dunia goib?
Husein
wahh ...up nya banyakkk 😍😍😍

maaci kak oThor
Husein
lagi kak oThor... lanjut
Husein
good job Jayden 👍👍
Husein
😀 kebayang ga tuh, natap mata Kunti... 5 detik...
normal nya liat Kunti ga sampai sedetik udh pingsan ato ga kabur duluan 😀 sereeemmm
tp Krn Arif gengnya Fandy jd beda
Husein
baru tau, ngobrol sama hantu bs seasik ini, kagak ada takut-takut nya... padahal selain Fandy, mereka bukan indigo kan ya
Husein: iya jg ya... jd terbiasa...
takutnya kan tiba-tiba si hantu menunjukkan sisi gelap, ato justru balik membahayakan..
tp tak ala, ada Fandy 😁 yg ditakuti d dunia gaib👍
DancingCorn: yaa, mau bagaimana lagi
Karena terlalu sering terpapar hal-hal mistis dan ketemu pak Kromo, Mbak Lili, Dek Anis dan Parto juga, bawaannya jadi biasa sama hantu lain.
ini juga, awalnya Fandi dan Parto masih waspada kok
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!