Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Kamu benar-benar baj*ngan! Bagaimana bisa Ara sampai masuk ke rumah sakit?! Dirawat di mana sekarang!" Danu bangkit dan bertanya dengan nada membentak. Rasa penasaran sekaligus kekhawatiran itu amat tinggi. Tanpa sadar, hal itu membuat Rico menaruh cemburu. Sebegitu perhatiannya Danu kepada istrinya.
"Dia sudah di rumah dan sedang dalam masa pemulihan." Rico menghela napas panjang. Rasa sesal dan bersalah itu masih saja menghantui dirinya.
"Aku selalu menjaga dirinya sebaik mungkin. Aku tidak menyangka kalau dia berada di tangan lelaki kasar sepertimu!" sentak Danu masih belum terima.
"Biar aku ceritakan padamu."
Rico pun menceritakan semuanya. Entah sejak kapan ia menjadi sedekat itu dengan Danu yang awalnya ia anggap sebagai musuh. Bahkan, Danu mendengarkannya dengan begitu seksama. Tangannya terus saja mengepal erat setiap kali Rico bercerita.
Apalagi saat Rico menceritakan tentang orang tua Kinara yang datang menjenguk tanpa memberikan perhatian.
"Memang begitu sejak dulu." Danu mengembuskan napas secara kasar. "Dua kali Ara sakit parah bahkan sekarat, tetapi Om Soni dan Tante Yayuk hanya sibuk bekerja. Bahkan, dulu aku yang selalu menunggunya di rumah sakit."
Suara Danu melirih menahan tangis.
"Bisa kamu ceritakan padaku tentang Ara?" Rico memohon penuh harap. Rasa penasaran itu sungguh menghantui dirinya sejak lama. Namun, ia belum memiliki seorang pun yang bisa dipercaya untuk menceritakan tentang kehidupan Kinara dulu. Ia tidak mengetahui siapa saja orang yang dekat dengan istrinya selama ini. Sekarang, Rico sadar bahwa hanya Danu yang dekat dengan istrinya.
"Kamu tahu, kenapa aku ingin memastikan kalau kamu tidak akan menyakiti Ara. Asal kamu tahu, sejak dulu Ara selalu hidup malang."
Rico diam. Sengaja membiarkan Danu agar bisa bercerita semuanya.
"Sejak kecil aku dan Ara sudah bersahabat sangat baik. Bahkan, sejak aku dibuang oleh orang tuaku, Ara adalah gadis pertama yang menemuiku dan terus menemaniku. Ara bahkan pernah meminta Om Soni agar mau menerimaku, tapi justru hinaan yang kudapat. Akhirnya, Ara mengajakku tinggal di rumah neneknya. Selalu menemaniku dalam keadaan apa pun. Bahkan, ia rela dimarahi dan dipukul Om Soni karena membantuku."
"Kamu diam saja melihat Ara dipukul?" Rico memukul meja karena kesal.
"Kamu pikir aku bisa melakukan perlawanan? Bahkan, Ara tidak mau jujur kalau dia dipukul karena aku. Setiap kali aku melihat luka lebam di tubuhnya, dia selalu bilang karena terjatuh."
Hening.
Suasana hening. Ingatan masa lalu itu. Kembali meremukkan hati Danu. Nampak jelas sekali kalau lelaki tersebut menahan tangis. Luka yang hampir tertutup, seolah kembali terbuka.
"Ara pernah sakit parah. Bahkan, hampir mati. Dia dirawat di rumah sakit sampai sepuluh hari. Kamu tahu, yang dilakukan oleh Om Soni dan Tante Yayuk justru mengajak jalan-jalan Kinanti ke luar negeri karena gadis itu yang meminta. Menitipkan Ara yang sedang sekarat di rumah sakit bersama pelayan mereka. Bukankah menurutmu itu hal yang kejam?"
"Aku sungguh tidak tahu kalau dia mendapat perlakuan yang sangat menyedihkan. Kenapa dia harus terlahir dari keluarga seperti itu," ujar Rico geram. Membayangkan saja, rasanya sudah sangat emosi.
"Itulah. Dari dulu memang Om Soni dan Tante Yayuk terlalu memanjakan dan memprioritaskan Kinanti. Semua keinginan wanita itu akan dipenuhi walaupun harus bersimbah darah sekalipun. Berbeda dengan Ara yang harus berjuang sendiri. Padahal mereka adalah saudara kembar."
"Kamu bilang Ara dua kali sekarat di rumah sakit. Lalu satu lagi karena apa?" tanya Rico ingin tahu.
"Ini yang lebih memprihatinkan. Dan ini juga karena keteledoranku. Saat aku dan Ara pergi bersama. Aku meninggalkannya untuk ke toilet. Aku menyuruh dia untuk menunggu, tapi saat aku selesai, dia sudah tidak ada di tempatnya. Hal yang membuat hatiku hancur adalah Ara sudah tergeletak bersimbah darah dengan luka tusukan di perutnya."
Deg!
Jantung Rico seperti berhenti ketika mendengar ucapan Danu. Ia menatap lelaki itu dengan sangat dalam. Tatapan yang kaya akan makna.
"Lalu setelahnya bagaimana?" Rico bertanya dengan sangat memaksa. Seolah tidak ingin kelewatan satu hal sekalipun. "Apa kamu tahu kenapa dia ditusuk?"
Danu menggeleng cepat. "Sampai saat ini, aku tidak tahu. Bahkan, Ara tidak mau menceritakan apa pun. Dia hanya bilang kalau sedang jalan, tiba-tiba ada orang yang menusuknya. Tapi bagiku itu hal yang mustahil."
"Apa Om Soni menunggu di rumah sakit?"
"Hahaha. Sepertinya kalau memang iya, itu adalah sebuah lelucon. Aku yang menunggunya. Tentu saja bersama bibi pelayan."
"Lalu ke mana mereka? Bukankah luka tusukan itu parah?"
"Tentu saja. Ara harus menjalani operasi selama tiga jam. Tanpa ditunggu. Om Soni datang hanya untuk tanda tangan jika terjadi apa-apa pada Ara, dia sudah ikhlas. Sekali lagi, dia hanya sibuk dengan bisnis dan putri sulungnya saja."
Kali ini, tangan Rico yang mengepal sampai menonjolkan urat-uratnya. Saking kerasnya kepalan tangan itu. Emosi Rico seperti hendak memuncak, tetapi ia masih berusaha untuk mengendalikan diri.
Sungguh, Rico tidak menyangka jika Kinara mendapat perlakuan yang pilih kasih seperti itu. Rasanya ini sungguh tidak adil, dan Rico ingin membuat orang tua Kinara menerima balasan atas perbuatannya seperti ini.
"Apa kamu akan merebut Ara dariku?"
"Hahaha." Danu kembali tertawa. "Selama kamu tidak menyakiti Ara, aku tidak akan merebutnya."
"Bukankah kamu mencintainya?" tanya Rico mendesak.
"Secinta apa pun padanya. Bagiku, kebahagiaan Ara itu paling penting. Entah dengan siapa, selama dia bahagia maka aku hanya akan mengawasinya dari jauh. Tapi, siapa pun yang berusaha melukainya maka aku tidak akan tinggal diam. Bertaruh nyawa pun aku bersedia."
"Aku tidak menyangka kalau kamu sangat sayang pada Ara. Tapi walau begitu, aku tidak akan membiarkan kamu merebut Ara dariku." Rico tersenyum sinis.
Danu pun mendes*h kasar dan hampir memukul pria di depannya. Jika bukan karena Rico menunjukkan ada cctv di sana, Danu sudah pasti melakukannya.
"Pukul saja kalau memang kamu mau memukulku." Rico memancing sembari menunjukkan seringai licik.
"Ya, dan kamu akan bilang pada Ara bahwa aku memukulmu sampai babak belur. Lalu Ara akan membenciku. Bukan begitu ide licikmu!" sarkas Danu disertai helaan napas panjang.
"Pemikiranmu panjang juga."
"Tentu saja. Kamu pikir aku ini pria bodoh. Sekarang, katakan di mana alamat rumahmu." Danu mendekati Rico. Tangannya bersedekap kuat.
"Untuk apa?" tanya Rico. Tatapannya menajam seketika.
"Tentu saja untuk menjenguk wanita pujaan hatiku. Jika sampai lukanya parah, maka aku tidak akan segan-segan memotong burungmu!" ancam Danu setengah menggertak.
"Kamu memang sialan!" gerutu Rico. "Kalau mau datang berkunjung, jangan hanya membawa tangan kosong. Aku tidak menerima tamu yang tidak membawa bingkisan apa pun untuk istriku." Rico berbicara seperti itu sambil memberikan alamat rumahnya. "Ingat, walau aku tidak di rumah. Aku mengawasimu dari cctv."
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂