Lanjutan My Kindergarten Teacher dan The Five Brothers
Bagaimana jika kamu adalah putri dan cucu pemilik salah satu bank terbesar di Indonesia tapi dikira miskin oleh duda kaya hingga menawarkan menjadi Sugar Daddy nya supaya bisa berdekatan karena pria itu mengalami gynophobia.
Salasika Hadiyanto tidak menyangka jiwa gabutnya membuat dirinya memiliki Sugar Daddy bernama Lingga Xavier Horance. Part konyolnya, anak Xavier, Xander sangat dekat dan mendukung ayahnya tinggal bersama Sasa.
Bagaimana reaksi Dewa dan Sagara Hadiyanto saat tahu cucu dan putrinya memiliki Sugar Daddy akibat salah paham?
Generasi ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boleh Tidak ... ?
"Sasa ...."
"Ya Xander?" jawab Sasa yang sedang memarinasi ayam dan daging untuk besok sarapan dan makan malam.
"Apa Sasa biasa memasak di kontrakan?" tanya Xander sambil ngemil Oreo.
"Kalau di kontrakan ya kadang malas lah. Wong yang makan aku doang. Kalau disini kan ada kamu ada papa kamu. Ya masa aku tidak masakin."
Xander mengangguk. "Besok mau masak apa?"
"Kita sarapan ayam goreng ala Sasa. Terus daging sapinya akan dibuat grilled untuk makan malam. Xander besok ikut papa kan? Apa papamu di rumah saja?"
"Aku di rumah saja, Sasa. Kamu kasih tahu saja apa yang sudah kamu siapkan. Bisa jadi dagingnya buat makan siang kita," sahut Xavier yang keluar dari kamar mandi.
"Kamu bisa masak, Xavier ?" tanya Sasa.
"Bisa lah tapi memang bukan model masakan kamu yang ribet." Xavier menghampiri Sasa yang menyimpan daging dan ayam dalam kotak kedap udara.
"Kalau begitu, ini daging sudah aku marinasi dan bisa diolah macam-macam sesuai selera." Sasa menunjukkan ke Xavier. "Terus disini ada udang, ada ...."
Xavier memperhatikan gadis itu sudah membongkar susunan bahan makanan di kulkas menjadi sistematis. Memang deh sugar baby aku ini berbeda!
"Kalau begitu, aku bersih-bersih dulu dan bersiap tidur. Xander, jangan tidur malam-malam!" tegur Sasa sambil mencuci tangannya dan memasukkan kotak-kotak itu sesuai dengan tempatnya.
"Oke Sasa." Xander menyimpan Oreo yang masih tersisa ke dalam kotak khusus camilan dan memeluk Sasa. "Goodnight Sasa."
Sasa membalas pelukan Xander. "Goodnight Xander. Jangan lupa sikat gigi."
Xander memberikan sikap hormat. "Aye aye teacher !" Bocah laki-laki itu berjalan menuju ke ayahnya dan memeluknya. "God natt pappa."
"God natt sønn." Xavier mencium kening Xander seperti kebiasaannya.
Xander pun berjalan menuju kamarnya. "Sasa, kalau mimpi buruk, panggil aku saja," cengirnya membuat Sasa mendelik.
"Dih bocah satu ini," kekeh Sasa. "Jangan lupa berdoa sebelum tidur."
"Oke !" Xander pun masuk ke dalam kamar.
Sasa tersenyum ke arah Xavier. "Aku tilem heula ye ...."
"Hah?"
"Daku tidur dulu. Besok ada list panjang wali murid yang mau wawancara," jawab Sasa.
"Kamu besok naik apa? Biasanya ke sekolah naik apa?" tanya Xavier.
"Naik motor tapi kan aku kesini kemarin pakai ojek online. Jadi besok aku juga naik ojek online. Soal transportasi, itu gampang. Don't worry be happy." Sasa berjalan menuju kamarnya namun menghentikan langkahnya ketika Xavier memanggilnya.
"Sasa, terima kasih sudah mau tinggal bersama kami."
Sasa mengangguk. "Iya. Goodnight Xavier." Gadis itu pun masuk ke dalam kamarnya.
Xavier memandang pintu kamar Sasa yang tertutup. Entah mengapa Sasa itu seperti bukan sugar baby biasa. Xavier tahu yang namanya sugar baby tidak hanya melulu soal s3ks tapi kenyamanan masing-masing pihak. Tapi kalau Sasa dengan cepat bisa membuat aku dan Xander nyaman, apa bisa kita tidak merasa kehilangan kalau sudah kembali ke Oslo?
Xavier menggelengkan kepalanya. Que Sera Sera deh! Pria itu pun masuk ke dalam kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Sasa.
***
Kamar Sasa
"Tutorial menjadi sugar baby .... " Sasa membuka iPadnya. "Elu juga sih Sa. Pede aja mau jadi sugar baby tanpa tahu job desk nya."
Gadis itu lalu membaca semua tentang Sugar Baby dan tertawa kecil karena latar belakangnya adalah rata-rata ekonomi demi gaya hidup. Plus kurang kasih sayang orang tua terutama sosok ayah.
"Lha, kalau di gue kan karena gabut ! Alhamdulillah papa dan mama orang tua terbaik, eyang Kakung dan putri yang awesome. Asli, ini kalau di kasus aku ... Gabut yang berfaedah buat nambah tabungan. Hasil studinya tidak relevan di Salasika Hadiyanto!" kekeh Sasa. "Kacau lu Sa ! Bisa diruqyah ramai-ramai di Bivak ini kalau pada tahu !"
***
Keesokan paginya, Xavier terbangun saat mendengar suara di dapur dan pria itu pun keluar dari kamar. Harum kopi tercium di apartemen mereka dan Xavier melihat Sasa memakai kaos hitam dan celana legging sedang asyik membuat sarapan.
"Pagi Xavier," sapa Sasa.
"Pagi Sasa. Ini jam berapa ?" Xavier melihat jam di dinding. "Baru setengah enam pagi?"
"Iya. Aku kan harus sampai kantor jam tujuh pagi jadi aku siapkan dulu semuanya buat kalian baru aku ke kantor," jawab Sasa.
"Aku subuhan dulu." Xavier pun berbalik masuk kamar.
Sasa menghela nafas panjang. Ya ampun Mr Duda, apa sampeyan tidak sadar kalau cuma pakai celana pendek? Eh? Ada tattoonya di tengkuk? Kok macam Oom Lucky ya? Muka macam orang benar, ternyata ada tattoo.
Sasa sendiri tidak terlalu ambil pusing soal Tattoo karena dia juga punya Oom yang tattoonya nauzubillah sebadan. Saudara sepupunya juga ada tattoonya jadi bukan hal yang aneh.
Suara pintu kamar Xander pun terbuka dan bocah itu masih di fase menyatukan nyawanya. "Pagi Sasa," sapanya sambil tiduran lagi di sofa.
"Pagi Xander. Mau susu coklat, susu putih atau teh ?" tawar Sasa.
"Gampang. Aku masih ngantuk," gumam Xander sambil merem lagi.
"Ayam goreng, tahu goreng, tumis sawi dan sambal ya menu sarapannya. Sudah siap tinggal kalian sarapan. Ada roti, ada cereal. Aku harus pergi kerja." Sasa mencuci tangan setelah meletakkan semua makanan yang sudah dibuatnya di meja makan.
Gadis itu masuk ke dalam kamarnya dan lima belas menit kemudian sudah siap dengan baju bernuansa coklat. Xavier keluar dengan kaos serta celana panjang dan melihat Sasa memakai baju yang dia duga adalah Burberry.
Gadis ini kapan beli Burberry? Apa ....
"Ini bukan Burberry asli, Xavier kalau kamu mau tahu." Sasa menoleh ke arah pria itu. "Belum sempat beli."
Xavier tersenyum smirk. "Kita harus belanja banyak, Sasa."
"Gampang. Yang pertama, aku mau sarapan dulu!" jawab Sasa sambil menuju meja makan. "Biar tetap waras."
Xavier tertawa kecil mendengar ucapan gadis itu. "Apakah kamu terkadang merasa gila?"
"Sometimes," jawab Sasa. "Xander, besok kalau masuk sekolah, nggak boleh gitu lho ya."
Xander hanya menjawab sambil melambaikan tangannya ke Sasa. "Noted miss !"
***
Ditinggal Sasa kerja, Xavier dan Xander yang sudah mandi karena wajib di rumahnya, menikmati masakan Sasa. Ayah dan anak itu mengakui bahwa masakan Sasa sangat enak.
"Pa, kalau kita pulang ke Oslo, apa Sasa bisa ikut sama kita ?" tanya Xander.
"Memang kenapa?"
"Aku suka Sasa. Cantik, pintar dan kocak. Kadang bisa jadi mama, malah kadang macam teman. Memang Sasa baru semalam disini tapi aku sudah suka saja. Rumah jadi ramai."
Xavier tertegun. "Kita lihat dulu perkembangannya, Boy. Oke?"
"Oke papa."
Papa juga suka ada Sasa disini karena membuat suasana menjadi ramai.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
Laahhh.....tau aja tu para dktr jagal,smp rbut pda mau ikut smua....myan lh dpt dnor bnyak....🤣🤣🤣
pengen tau gimana keadaan onderdil tubuh dri org2 yg jahat tuh😅😅😅