Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Axell berbalik badan sambil menunggu Hira selesai.
“Hehe syukur lah dia gak ngapa-ngapain aku, masih selamat,” Sambil mengusap dadanya.
Ekhem
Axell menoleh ketika Hira berdehem, “Sudah selesai?” Hira menganggukkan kepala.
Dengan cekatan Axell membopong nya lagi, walaupun merasa canggung , dia tak punya pilihan lain karena yang ada di kamar hanya Axell.
“Bentar ya tunggu sini dulu aku ambil jarum.”
“Iya” Netra nya melihat ke sekeliling kamar yang sangat terasa asing baginya. Tanpa sadar Axell sudah tiba di hadapan nya dengan membawa beberapa jarum.
“Loh, kamu gak ganti baju dulu?”
“Nanti saja, setelah obatin kamu,” Jawabnya sambil melihat-lihat ukuran jarum nya.
“Loh nanti masuk angin, gimana?”
“Anginnya takut sama aku, soalnya aku ganteng.”
“Lah kata siapa, menurutmu angin itu memandang fisik gitu, enggak kan. Udah sana ganti baju dulu, lagi pula aku gak akan kabur soalnya kan kaki ku belum bisa di gerakan.”
Menghela nafas panjang, menatap Hira sejenak dengan senyuman manisnya, “Baiklah ,aku akan berganti baju disini.”
“Gak! Jangan disini, diruang ganti aja sana”Hira menutup matanya dengan kedua tangan saat Axell hendak membuka handuk.
Namun tiba-tiba, “Bercanda kok Sayang,”Bisiknya yang terdengar sedikit menggoda dari nada bicara nya.
Perasaan nya seperti roller coaster, pipinya terasa menghangat ia yakin jika saat ini pipinya sudah merah merona.
“Lohh malah sembunyi aja nih hehe.” Seraya meraih tangan yang menutup muka Hira.
“Udah sana ganti baju dulu.”Mendorong tubuh Axell agar menjauh dari nya.
Namun tenaganya masih kalah dengan Axell yang tiba-tiba seperti mengerahkan sedikit tenaga langsung membuat nya tak bisa berkutik.
Axell mendekap Hira dengan erat ia mencium pucuk kepala istrinya lama , sembari mengusap rambut panjang terurai milik Istrinya.
Hira mencoba melepaskan diri namun pelukan itu makin erat hingga akhirnya ia pasrah. Wajah nya tepat di dalam dada bidang suaminya , dan tangan kanan nya tak sengaja menyentuh perut sixpack suaminya.
Ia meraba sedikit, terasa seperti roti sobek… dan aroma maskulin dari tubuh Axell menguar ke indra penciuman nya. Tak hanya aroma maskulin karena seperti ada campuran aroma bayi.
Sangat menenangkan pikiran dan melegakan nafas, bahkan ia sempat merasa kecanduan dengan menutup mata dan membenamkan wajah nya lagi, lagi, dan lagi.
Axell yang merasakan sentuhan Hira , ia memilih untuk diam agar istrinya itu menikmati aroma nya sampai dia bosan sendiri. Lama kelamaan Hira diam tak bergerak sedikitpun namun Axell mendengar dengkuran halus .
Meraih tubuh Hira untuk dilepaskan, “Eh malah tidur lagi, secandu itukah sampai kamu tidur,” Kekeh nya sedikit mengusap pelan pipi Hira.
Perlahan ia merebahkan tubuh Hira ke kasur setelah itu ia beranjak untuk berganti pakaian.
“Semoga kamu cepat kembali ingatan nya ya Hir.”
Ia berjalan gontai ke arah ruang ganti, dan masih mengenakan handuk sepinggang.
Ia berhenti sejenak di depan cermin setelah mengenakan kemeja serta celana tinggal memasang dasi , melihat pantulan tubuhnya sebentar lalu tangan nya mulai memakai dasi.
Tiba-tiba teleponnya berdering tertera nama Dirga, ia menekan tombol hijau lalu meloudspeker kebetulan ruang ganti itu kedap suara.
“Tuan saya sedang di kantor polisi , ingin menginformasikan jika nona Seli meminta waktu anda sebentar untuk berbicara.”
Pungkas nya dari telepon.
Axell berhenti sejenak memasang dasinya, “Lalu?” Singkatnya.
“Beliau ingin membicarakan hal penting , jika Tuan mau dia ingin ada jadwal temu di lapas pukul 10 pagi.”
“Satu jam lagi ya?”
“Benar sekali Tuan, bagaimana?”
“Baik, saya akan segera kesana, siapkan mobil sekarang!” Titahnya seraya merapikan Dasi.
“Baik!”
Sambungan telepon terputus , Axell meraih jas kerja nya lalu keluar dari ruang ganti. Ia menghentikan langkahnya sejenak, saat kedua netra nya melihat wajah damai Hira yang masih terlelap dalam mimpi.
“Manis,”Gumamnya , entah apa yang seakan menarik langkah kaki nya menghampiri Hira.
Ia mencium kening Hira lama, lalu ia mencium tangan kanan Hira.
“Aku berangkat dulu ya, Zaujati,” Beranjak dari duduk lalu melangkah kan kaki keluar dari kamar. Baru saja ia menutup pintu , sudah dikejutkan dengan kehadiran Umma dihadapan nya.
“Astaghfirullah Umma,” Mengusap dadanya pelan, “Jangan ngagetin lah, nanti Axell jantungan. Kasihan mantu Umma.”
“Halah, gitu aja kaget hmm, kamu mau kemana? Katanya mau jagain istri,” Ujarnya sambil menyenggol lengan Axell.
“Ada urusan Umma, aku titip Hira sebentar. Aku janji gak akan lama,aku pamit ya ” Lalu mencium punggung tangan umma.
“Iya hati-hati.”
Diiringi senyuman manis.
Axell keluar dari Rumah ndalem dan saat ditengah pintu aura tegas serta jiwa kepemimpinan nya terpampang nyata.
“Gus!Gus! Mau kemana?”
Axell melirik ke sumber suara tersebut, ia memutar bola matanya malas.
“Dirga, urus dia,” Axell langsung masuk kedalam mobil dan tak menghiraukan panggilan Ustadzah Nayla.
“Delin kamu turun,gantikan Dirga urus perempuan itu dan kamu bantu jaga istri saya juga !” Timpal Axell terhadap sekretaris nya itu.
“Baik Tuan,” Ia turun dari mobil dan Dirga masuk kedalam mobil.
Mobil BMW M760i xDrive mulai melaju meninggalkan area pesantren. Rumah ndalem dijaga ketat oleh beberapa bodyguard sehingga saat mobil yang ditumpangi Axell melaju ada bodyguard yang menunduk.
Tak butuh waktu lama ia tiba di kantor polisi. Dirga mengarahkan ke ruang besuk Seli.
Axell duduk dengan tegak dengan raut wajah dingin nya.
Seli datang digandeng seorang polisi wanita, ia duduk berhadapan dengan Axel. Kurang lebih sudah 1 bulan ia ditahan sedangkan Mela bebas begitu saja tanpa ada syarat yang mengikat nya.
“Terima kasih Tuan, bersedia hadir ke sini. Ini semua suatu kehormatan bagi saya.”
“Iya, langsung ke intinya saja, saya tidak punya waktu banyak!”
Seli tersenyum tipis, kedua manik matanya mulai berkaca-kaca , ia usap terlebih dahulu air mata yang mulai membasahi pipinya.
Meraup udara sebanyak-banyaknya sampai ia merasa tenang dan mulai berbicara.
“Saya ingin memohon dan mengajukan banding Tuan. Tolong pertimbangan tawaran saya.”
Axell menaikan satu alis nya, “Tawaran apa yang harus ku tawar?”
“Saya mohon keluarkan saya dari sini, saya bersumpah tidak pernah melakukan hal itu. Saya janji tidak akan hadir dikehidupan anda beserta istri anda asalkan keluar kan saya dari sini.”
Axell yang sedang mengetuk-ketuk jam tangan nya pun berhenti sejenak. Tersenyum tipis, “Kamu berani menjamin apa dengan kebebasan mu itu, kasus ini masih terus saya selidiki dan kamu harus Terima apapun hasilnya.”
“Saya mohon Tuan,Kedua orang tua saya masuk rumah sakit dan kondisi nya semakin menurun. Saya mohon bekas kasih Tuan, saya hanya lah sebiji selasih yang tidak punya banyak kekuatan.” Titahnya dengan tangis yang menderu.
“Apa kamu mau saya kirim ke luar negeri?”