Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Faiz dan Afra pun segera pulang karena hari sudah mulai siang, sesampainya mereka di pondok ternyata masih banyak santri yang berada di luar pondok. Ketika Faiz dan masuk ke area pondok, mereka dikejutkan dengan kedatangan beberapa santriwati.
"Ini ada hadiah buat Ning Afra, sebagai bentuk ucapan selamat datang di pondok Ning. Semoga Ning Afra menerimanya ya," ucap salah satu santriwati dengan memberikan paperbag pada Afra.
"Terimakasih, maaf merepotkan kalian," ucap Afra.
"Sama sekali tidak merepotkan Ning, kami justru senang bisa memberikannya pada Ning Afra, semoga Ning Afra suka ya dan maaf hadiahnya hanya itu," ucapnya.
"Jangan bilang kayak gitu, saya sangat senang menerima hadiah ini. Saya justru terharu karena mendapatkannya, apapun hadiahnya saya sangat menghargainya," ucap Afra.
"Terimakasih Ning," ucapnya.
"Sama-sama," jawab Afra.
"Terimakasih karena sudah menyambut hangat istri saya," ucap Faiz.
"Sama-sama Gus," jawabnya.
Setelah itu, Faiz dan Afra pun meninggalkan santriwati tersebut dan pulang ke rumah. "Kenapa gak bilang Icha kalau Ayah sama Bunda habis jalan-jalan?" tanya Icha.
"Icha tadi kan masih tidur," ucap Faiz.
"Icha kan mau jalan-jalan juga," ucap Icha.
"Yaudah besok ya," ucap Faiz.
"Beneran Ayah?" tanya Icha.
"Iya," jawab Faiz yang membuat Icha gembira.
Faiz dan Afra kembali ke kamar, "Aku hari ini langsung ke kantor, kalau kamu ada apa-apa kamu bisa panggil aku, aku di kantor depan kok," ucap Faiz dan mengambil buku di laci meja.
Afra pun mendekati Faiz yang masih membelakanginya, dan ketika ia hendak menyalami Faiz tiba-tiba saja Faiz membalikkan tubuhnya dan langsung berjalan sehingga menabrak tubuh Afra, namun untung saja Faiz dengan sigap menahan tubuh Afra sehingga Afra yang hampir jatuh berhasil selamat.
"Astaghfirullah, maaf. Mas gak tau kalau kamu ada di belakang Mas," ucap Faiz dan melihat keadaan Afra.
"Gapapa Mas, Afra yang salah," ucap Afra.
"Gak, kamu gak salah kok. Gak ada yang sakit kan?" tanya Faiz.
"Gak ada Mas, Afra baik-baik aja kok," ucap Afra.
"Syukurlah, Mas takut banget," ucap Faiz lalu tiba-tiba saja memeluk Afra hingga membuat detak jantung Afra tak beraturan.
Hanya hening yang menyelimuti mereka, pelukan tersebut begitu nyaman bagi keduanya, dimana baik Faiz ataupun Afra tidak melepaskannya.
"Kamu tau gak kalau sekarang jantungku rasanya mau lepas, dadaku begitu panas dan tanganku gemetar bahkan ketika pelukan ini terlepas sepertinya aku akan jatuh," ucap Faiz.
"Mas Faiz sakit?" tanya Afra.
"Aku gak sakit, kayaknya aku gak bisa pergi ke kantor," ucap Faiz dan memperdalam pelukannya.
Afra pun tanpa sadar mengangkat tangannya dan menepuk punggung kokoh Faiz mencoba menenangkan Faiz, "Mas Faiz gapapa?" tanya Afra.
"Aku kenapa-napa," ucap Faiz.
"Tadi katanya gak sakit," ucap Afra.
Faiz pun menjauhkan tubuhnya dari Afra kalau menatap lekat wajah cantik Afra, "Ada apa Mas?" tanya Afra yang salah tingkah ditatap intens oleh Faiz.
"kamu gak bisa dengar suara detak jantungku?" tanya Faiz dan mendapat gelengan dari Afra.
"Kok bisa padahal detak jantungku ini udah gak normal," ucap Faiz lalu dengan santainya Faiz membawa kepala Afra ke dada bidangnya dan membiarkan Afra mendengar secara langsung bagaimana detak jantungnya.
Tentu saja Afra merasakannya, namun ia tetap bersikap seolah tidak mendengarnya. Afra terlalu malu saat ini, ia masih belum terbiasa dengan sikap Faiz yang suka terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Afra.
"Bagaimana?" tanya Faiz.
"Gak gimana-gimana, Mas. Mas Faiz udah telat pasti," ucap Afra dan menjauh dari Faiz.
Faiz pun mengerti dan tersenyum, lalu mendekati Afra. "Kamu yang buat aku telat," ucap Faiz dengan mencubit pelan hidung Afra.
Setelah itu, Afra menyalami Faiz dan Faiz pun keluar dari kamar. Ketika Faiz sudah pergi, Afra pun bisa bernapas lega, "Astaghfirullah, kakiku rasanya kayak jelly, kenapa Mas Faiz harus terang-terangan kayak tadi sih, aku jadi gak tau harus kayak gimana menyikapinya," gumam Afra.
Afra terkejut ketika nada dering dari ponselnya menggema, Afra segera melihat siapa yang menghubunginya dan Afra terkejut ketika melihat nama Hilya disana.
"Astaghfirullah, aku lupa belum ngabarin Hilya," gumam Afra lalu mengangkat sambungan telepon tersebut.
^^^[Assalamualaikum]^^^
[Waalaikumsalam, kamu jahat banget sama aku, Ra]
^^^[Maaf Hilya, aku lupa. Aku lagi banyak pikiran sampai-sampai aku lupa gak ngabarin kamu]^^^
[Bisa-bisanya kamu lupa sama aku, Afra. Mana aku tau dari Mas Rizky, aku gak percaya dan aku ke rumah kamu, tapi Ibu kamu bilang kamu sekarang udah tinggal sama suami kamu, berarti sekarang kamu lagi di kota B, di rumahnya Gus Faiz?]
^^^[Iya, aku sekarang sudah ada di rumahnya Gus Faiz, aku benar-benar minta maaf. Ini semua jug terjadi secara mendadak, aku gak bisa berbuat apa-apa]^^^
[Kamu malam itu kan nolak Gus Faiz, kok kamu malah tiba-tiba nikah sama Gus Faiz?]
^^^[Aku masih belum bisa cerita soal itu Hilya, tapi aku menikah sama Gus Faiz benar-benar mendadak]^^^
[Yaudah, aku gak bisa maksa kamu buat cerita, tapi aku bakal ada disamping kamu kalau kamu pengen cerita apapun. Meskipun sekarang jarak kita jauh, tapi aku harap komunikasi kita masih berjalan lancar ya]
^^^[Pasti, kamu itu sahabatku satu-satunya dan aku gak mungkin lupain kamu. Nanti kalau kamu nikah, kamu harus kabarin aku ya, kalau aku bisa, aku pasti datang]^^^
[Pasti dong, aku pasti kabarin kamu. Kalau gitu, aku tutup ya, ada pembeli soalnya, assalamualaikum]
^^^[Waalaikumsalam]^^^
Afra pun mengembalikan ponselnya lalu, membersihkan kamarnya. "Kalau dipikir-pikir, kamarnya Mas Faiz ini besar juga ya gak kayak rumahku, Mas Faiz waktu tidur di kamarku rasanya pasti pegal-pegal secara kasurku gak seempuk kasurnya Mas Faiz, mana ranjangku agak sempit buat dua orang, tapi ranjang Mas Faiz bisa buat 3 orang ini mah," gumam Afra selama membersihkan kamarnya.
Setelah membersihkan kamar, Afra pun keluar kamar untuk membantu apa saja yang bisa ia bantu. "Mau kemana Ning?" tanya Bu Ida.
"Gak kemana-mana, Bu. Saya mau ke dapur barangkali ada yang bisa saya bantu," ucap Afra.
"Gak ada Ning, semuanya juga sedang istirahat," ucap Bu Ida.
"Afra," panggil Kak Hira.
"Iya, Kak," jawab Afra.
"Mau ke taman gak," ajak Kak Hira.
"Boleh, Kak. Tapi, mau ngapain ke taman?" tanya Afra.
"Mau jemput Icha, tadi Icha keluar sama santriwati dan katanya mereka ada di taman makanya Kakak ini mau ke taman, sekalian aja Kak ajak kamu biar tau aja taman disini," ucap Kak Hira.
"Boleh Kak, Afra jug udah bosan di rumah," ucap Afra.
"Yasudah ayo," ajak Kak Hira dan diangguki Afra.
.
.
.
Bersambung.....
mantaaaabh
lanjut ka elaaaa 👍🏻🌹🌹
semangaaaaaaats 💪🏻💪🏻🌹🌹
dasar cocote Ra pada ada akhlaknya
lanjut ka elaaaaa 👍🏻🌹🌹🌹
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻
senewen q jadinya
lanjut ka elaaaaaaa
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻