NovelToon NovelToon
Kembalinya Ayah Anakku

Kembalinya Ayah Anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: DENAMZKIN

Celia adalah seorang ibu tunggal yang menjalani kehidupan sederhana di kota Bandung. Setiap hari, dia bekerja keras di toko perkakas milik ayahnya dan bekerja di bengkel milik seorang kenalan. Celia dikenal sebagai wanita tangguh, tapi ada sisi dirinya yang jarang diketahui orang, sebuah rahasia yang telah dia sembunyikan selama bertahun-tahun.

Suatu hari, teman dekatnya membawa kabar menarik bahwa seorang bintang basket terkenal akan datang ke kota mereka untuk diberi kehormatan oleh walikota dan menjalani terapi pemulihan setelah mengalami cedera kaki. Kehebohan mulai menyelimuti, tapi bagi Celia, kabar itu adalah awal dari kekhawatirannya. Sosok bintang basket tersebut, Ethan Aditya Pratama, bukan hanya seorang selebriti bagi Celia—dia adalah bagian dari masa lalu yang telah berusaha dia hindari.

Kedatangan Ethan mengancam untuk membuka rahasia yang selama ini Celia sembunyikan, rahasia yang dapat mengubah hidupnya dan hidup putra kecilnya yang telah dia besarkan seorang diri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENAMZKIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ETHAN, CELIA DAN RION

(Maaf telat update, selamat membaca.)

Celia mendengarkan suara tawa kecil dari ujung lorong sambil memperhatikan Ethan dan Dina tertawa mendengar sesuatu yang dikatakan Rian.

"Mungkin hidup mereka memang sempurna di dunia itu," Celia bergumam pelan sambil menutup loker.

Dina mengenakan seragam pemandu soraknya, dengan rambut yang dikepang menjadi dua kuncir. Dia terlihat seperti sosok yang diambil langsung dari iklan yang mempromosikan masa muda dengan pesona memikat. Dina berpindah-pindah berat tubuhnya dari satu kaki ke kaki lain sambil memutar-mutar rambutnya, mendengarkan Ethan berbicara. Dia adalah tipe gadis yang mampu mempertahankan seseorang seperti Ethan Pratama di sisinya. Meskipun tingkahnya menjengkelkan dan sering mencari perhatian secara berlebihan, Ethan tetap bersamanya—semua itu karena dia terlihat menarik dalam seragamnya. Dina mungkin gadis bodoh, tapi Celia iri padanya karena dia mungkin memiliki sesuatu yang bisa di perlihatkan di depan umum yang tidak bisa Celia tunjukan.

Seolah-olah malam tadi tidak pernah terjadi, seakan rasa sakit di tubuhnya hanyalah imajinasi, bukan kenangan akan Ethan. Terdengar lagi ledakan tawa, dan Celia memperhatikan Ethan. Tawanya tidak sampai ke matanya, tidak membuat bahunya bergerak, dan tidak secerah tawa yang dia berikan saat bersama Celia.

"Senang sekali menguping pembicaraan orang?" suara salah satu pemandu sorak Dina terdengar saat dia melewati Celia.

Celia tersentak dan segera mengalihkan pandangannya dari sekelompok remaja di ujung lorong. Melirik sekilas itu biasa, tapi tertangkap sedang menatap, itu hal lain.

Dengan pipi yang sedikit memerah, dia bergegas berjalan menyusuri lorong. Lagipula, apa yang dia harapkan dari Ethan? Tidak setiap hari seseorang mendaftar untuk menjadi “wanita lain” untuknya. Tidak setiap hari gadis seperti Celia bisa mengatakan bahwa seseorang seperti Ethan Pratama menghabiskan waktu luangnya bersamanya, dengan sukarela.

Celia berbelok ke kamar mandi terdekat dan memeluk buku-bukunya erat-erat, memikirkan sentuhan tangan Ethan di pipinya.

Ethan tidak mencintainya. Jika dia mencintai Celia, dia akan berada di depan lokernya, tertawa bersama mendengar leluconnya. Celia menghapus air mata di pipinya. Pada akhirnya, dia hanya gadis SMA biasa yang berdiri di luar, melihat ke dalam kehidupan orang lain.

Celia memandangi piring di tangannya, suara pintu depan membawanya kembali dari kenangan lama yang menghantui pikirannya. Rion sedang duduk di ruang tamu menonton televisi saat dia berjalan melewatinya menuju pintu depan. Apakah dia benar-benar akan melakukan ini? Membiarkan Ethan tinggal di rumahnya selama dua minggu? Dia harus menjaga jarak dan menghindarinya. Dia akan mengurung diri di kamarnya dan menyibukkan diri di toko. Celia merasakan sensasi dingin menjalar di lengannya ketika tangannya meraih kenop pintu—ini pertanda buruk. Ini ide yang buruk.

"Halo," kata Ethan begitu Celia membuka pintu, berdiri terpaku menatapnya.

"Hai," balasnya sambil bergerak ke samping, memberi jalan untuk Ethan masuk.

Ethan tersenyum saat meletakkan tasnya di lantai. Ini mungkin ide terbaik yang pernah dia miliki. Meskipun, rasanya seperti dia memanfaatkan Celia yang sedang terpuruk, tetapi dia harus melakukan apa pun untuk membuatnya kembali percaya padanya. Ethan melihat-lihat ruang depan dan sedikit meringis melihat kondisinya—semuanya berdebu, dan cat mulai mengelupas.

"Rumah yang bagus," komentarnya, menatap colokan listrik yang menggantung dari dinding.

"Aku jarang di rumah untuk memperbaikinya, aku juga tidak punya uang, dan ayah hanya duduk di kursinya sepanjang hari menonton TV," jawab Celia sambil menutup pintu.

"Kami punya banyak masalah, tapi kami bertahan dengan kondisi ini. Aku memang berencana memperbaiki rumah ini suatu hari nanti."

Ethan mengangguk sambil melihat ke atas dan mencoba menyalakan lampu, tapi tidak berhasil. Dia harus membiasakan diri dengan keadaan ini.

"Rion di mana?" tanyanya.

"Dia di ruang tamu, dia tahu kamu akan datang, dia tahu tentang kesepakatannya," jawab Celia sambil menepuk-nepuk tangannya di celana dan berjalan menjauh dari Ethan ke ruangan lain.

Ethan mengerutkan kening, mengangkat alis, dan mengikuti Celia. Sisa rumah itu kondisinya sama—barang-barang rusak atau dibiarkan tergeletak begitu saja. Perasaan mual di perut Ethan semakin parah. Dia selama ini tinggal nyaman di suite penthouse, sementara anaknya dan ibu dari anaknya hidup seperti ini. Ethan menghela napas panjang, menyadari dirinya sudah berada di dapur.

Celia sedang mencuci piring. Celana jinsnya robek di bagian lutut, kaus tanpa lengan yang melekat di tubuhnya tampak seperti baju kerja yang lama karena ada noda minyak di sana. Rambutnya diikat ke belakang membentuk sanggul, dan Ethan memalingkan wajah dari tubuhnya, menatap meja. Ada tumpukan surat yang diikat dengan karet gelang. Dia meraih salah satu surat itu dan melihat pemberitahuan terakhir dari perusahaan gas.

"Celia, kenapa kamu tidak bilang kalau keadaannya seburuk ini?"

"Keadaan tidak seburuk itu. Aku bisa mengatasinya," jawab Celia sambil mencuci sebuah gelas.

Ethan mengangkat surat itu dan melambai kecil.

"Tapi surat ini menyatakan sebaliknya."

Celia meletakkan spons dan menaruh gelas di rak pengering.

"Ethan, jika kamu hanya ingin menggurui dan mengikutiku, maka kesepakatannya batal. Aku bisa mencari pekerjaan lain, aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri."

Ethan meletakkan surat itu di meja dan berjalan ke arah tempat cuci piring.

"Maaf," ucapnya pelan, menatap mata cokelat Celia yang menghindari tatapan abu-abu miliknya.

"Aku ingin membantu," tambahnya sambil menyelipkan sehelai rambut yang terlepas ke belakang telinga Celia.

"Kalau begitu bantu aku dengan menjauh dariku," jawab Celia sambil melangkah mundur.

"Perhatikan Rion dan gunakan waktu ini untuk mendekatkan diri dengan anakmu." Celia mengangkat panci berisi air dari kompor dan berjalan ke wastafel untuk membuang airnya.

Ethan kembali menghela napas dan meninggalkan ruangan itu menuju ruang tamu, di mana Rion sedang duduk di sofa menonton kartun.

"Hai, Rion," sapanya.

"Hai, Om Ethan," jawab Rion dengan suara datar.

Ethan mendongak lalu mengusap bagian belakang lehernya, mulai merasa bahwa ini akan jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan.

"Kamu sedang menonton apa?"

"Scoobidoo," jawab Rion tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.

"Baiklah," Ethan duduk di ujung sofa yang lain, menatap Rion lalu kembali menatap TV. "Boleh kalau aku ikut menonton denganmu?"

"Boleh, lagipula acaranya sudah selesai," kata Rion sambil bangkit dari sofa.

"Aku ingin ke kamar."

Rion berdiri, dan Ethan menghela napas.

"Rion, bisakah kita bicara?"

Rion berhenti dan menatap Ethan dengan ragu.

"Tentang apa?"

"Tentang aku, apa pendapatmu soal aku sebagai ayahmu?" Ethan terdiam sejenak.

"Atau apa saja yang ingin kamu bicarakan."

"Kamu ingin menikahi Mommy?"

1
ashieeechan
hai ka mampir yuk ke karya aku/Drool//Pray/
Harrypotterlovers
Perasaan Celia bener-bener kerasa, Transisi antara masa lalu sama masa sekarang udah oke, Bagian perjuangan Celia sebagai ibu tunggal juga ngena banget, terutama hubungannya sama Rion yang manis banget. Semangat terus nulisnya!!!😍
semakin penasaran /Determined/
Oyen manis
duh penasaran reaksi celia dan ethan
Oyen manis
keren sih, biasanya bakal di aborsi kalau udah kaya gitu.Tapi yang ini di rawat sampai gede
Oyen manis
nyesek si jadi celia tapi lebih nyesek jadi dina ;)
Grindelwald1
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Dálvaca
Jangan lupa terus update ya, author!
DENAMZKIN: siap. terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!