Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karena Lengah
“Astaga Hyung senang sekali membuat kami khawatir,” timpah Hae.
“Hyung dari mana saja ?” tanya Gino.
“Sorry aku dan Gibela ketiduran di ujung pegunungan sana,” jawabnya menunjuk arah saat dia datang.
“Apa tidur ? kalian tidur bersama ?” nada sangat terkejut, semua orang langsung menatap kearahnya.
“Ehh kami tidak melakukan apapun hanya tidur bersebelahan saja,” Gibela dengan cepat menjawab.
“Ck ck ck sungguh tidak menyangka,” Yeni menggelengkan kepala meledek Gibela sambil meminum kopi.
“Aku serius tidak ada yang terjadi diantara kami,” Gibela meyakinkan semuanya.
“Benarkah ?” muka Clara berada dekat dengan muka Gibela.
“Ah kalian ini …” Gibela kesal lalu pergi.
“Ehh Gi kami hanya bercanda ko,” Clara segera menyusul Gibela.
“Tunggu aku !!!” menyimpan cangkir lalu berlari mengejar mereka.
“Apa adik kecil benar-benar marah ?”
“Tidak, dia pergi sambil tersenyum.”
“Syukurlah …” Fohe mengelus dadanya.
“Kamu yakin tidak melakukan sesuatu Yoon ?”
“Kalau mau mungkin aku sudah melakukannya sejak awal,” jawab Siyoon menginggalkan Nijie.
“Kamu mau kemana ?”
“Gosok gigi.”
“Hah ??”
“Kita jadi ke air terjun ?” tanya Boy.
“Jadi …” jawab semuanya serentak.
“Ahh baiklah,” berjalan pergi.
‘krewuuukk’ suara perut Joong “Harus kah kita memasak sesuatu ?” nyengir.
“Benar udah saatnya sarapan, kita terlalu sibuk mengurus kadal itu.”
“Kamu bilang adik kecil itu kadal ?”
“Bukan begitu maksudku,” Rayhan nampak kesal.
“Kalau sedang lapar Joong pasti seperti itu,” ucap Nijie melangkah ke dapur mengikuti Rayhan.
Tidak lama Rayhan, Gino, Nijie dan Jimie selesai membuat sarapan sederhana untuk semuanya.
“Ayoo sarapan !!” teriak Nijie. Gibela, Yeni, dan Clara datang bersama dari arah tenda mereka.
“Siyoon hyung dimana ?” tanya Fohe melihat sekeliling.
“Siyoon Hyuuunggg …..” teriak Jimie seperti toa (pengeras suara volume full).
“Haist Jimie ini …” keluh Siyoon.
“Lapar atau demen ?” Boy terkejut melihat Joong yang menghabiskan sarapannya dengan waktu sekejap.
“Hahahaha kalau lomba makan sudah pasti Joong pemenangnya,”Joong semakin bangga di fuji Hae.
“Kalau dengan Gibela bertanding makan siapa yang jadi pemenangnya ?” mendengar ucapakan Yeni Gibela tersedak.
“Ini diminum dulu Gi !” Clara menyodorkan air.
“Yeni kamu mau tau siapa yang bakalan menang ?” Gibela memasang muka mencurigakan.
“Siapa ?” Yeni merasa curiga.
“Sahabatku namanya Yeni, dia terus mengatakan kalau aku suka makan padahal kenyataannya dia juga sama bahkan melebihi aku.”
“Gi …”
“Apa ??”
“Tidak ada.”
“Haha berniat menjatuhkan Gibela malah terjebak sendiri,” tawa Clara.
“Kegiatan apa selanjutnya?” tanya Gibela.
“Bermain di air terjun ,” Joong dengan
semangat langsung melepas bajunya.
“Woyyy pelanggaran …” Jimie segera memeluk Joong untuk menutupi badannya.
“Waw rotinya luar biasa …” Clara menatapnya tanpa berkedip.
“Adik kecil ??” ucap Nijie meliriknya, Gibela asik menyantap sarapannya tanpa melihat sedikitpun kearah Joong.
“Syukurlah, lakukan itu di air terjun Joong jangan disini apa kamu tidak lihat disini masih ada para gadis,” Nijie mengomel.
“Para gadis gak ikut ke air terjun ?” tanya Joong.
“Mana mungkin kami melewatkannya iya kan ?”
“Hemn ..” jawab Gibela.
“Lalu apa bedanya ?”
“Beda,” jawab Siyoon mematahkan semangat Joong.
“Sudahlah ayo kita berangkat lebih dulu,” ajak Boy merangkul pundak Joong.
“Joom !!” Joong semangat kembali.
“Yen kamu mau pakai baju itu ?” tanya Clara.
“Iya emangnya kenapa ?”
“Mau diganti gak ? aku bawa 3 baju renang loh,” Clara mengedipkan matanya.
“Ngak gak kamu aja yang pakai.”
“Bagaimana denganmu Gi ?”
“Gak tertarik ...”
“Okey aku aja berarti boleh kan ?”
“Gak boleh,” jawab Gibela dan Yeni berbarengan, Clara bingung menatap Gibela dan Yeni.
“Jadi ikut gak ?” tanya Siyoon.
“Jadi ayo pergi !” Gibela menarik tangan Clara.
“Bentar,” Yeni berlari ke dalam tenda untuk mengambil tas jingjing yang berisi handuk dan pakaian ganti mereka bertiga.
Setibanya di air terjun Joong dan Boy langsung meloncat ke air yang dalam, cipratan airnya mengenai Gibela.
“Uah seger sekali airnya,” ucap Joong mengapung.
Boy tidak terlihat kepermukaan, ternyata dia berniat menjahili Joong perlahan tangannya meraih kaki Joong lalu menariknya.
“Aaaaaahhhh apa itu …” Joong berteriak ketakutan.
“Awas ada buaya !!” Hae mendukung Boy.
“Dimana itu ??” Joong langsung berenang ketepi.
“Hahahaaaaaaa …..” Boy muncul tertawa puas berhasil menjahili Joong.
“Kurang ajar kalian,” Joong kesal menarik Hae hingga terjatuh ke air.
Mereka bercanda bersama saling melempar air dan tertawa.
“Kamu gak mungkin takut air kan ?” tanya Gibela yang melihat Siyoon tidak turun.
“Emangnya aku kucing.”
“Siapa tau aja iya kan,” pergi menyusul Clara dan Yeni yang berada di sisi lain air terjun.
“Hati-hati banyak buaya,” teriak Siyoon.
“Buayanya juga ada disana tidak perlu khawatir,” senyum menyindir.
“Lihatlah Hyung adik kecil kesayanganmu itu dia baru saja menyamakan kita dengan buaya,” adu Siyoon.
“Tidak masalah aku bisa menjadi buaya demi adik kecilku itu.”
“Oh jadi sekarang lebih sayang padanya dari padaku ? Hyung benar-benar keterlaluan,” Siyoon merajuk.
“Tentu aku menyayanginya tapi aku juga menyayangimu karena kalian adalah adikku.”
“Terserah Hyunglah,” melepas jaket yang dikenakannya.
“Kamu cemburu padanya Yoon ?”
“Untuk apa cemburu padanya tidak ada untungnya bagiku,” berenang mendekati Fohe yang sedang bermain dengan Jimie.
“Yoon Yoon kamu itu suka adik kecilku tapi selalu bertengkar dengannya,” Nijie geleng-geleng kepala lalu menyusul berenang.
“Dimana ponselku ? ah ini dia …” mengambil case HP waterproof yang terapung di belakangnya.
“Cepat bantu aku mengambil foto,” tambah Hae memberikan ponselnya pada Joong.
“Hae berdiri di dalam air terjun itu, aku akan mengambil gambar yang bagus untukmu.
“Disini ?”
“Bergaya lah satu dua tiga,” ponselnya mengeluarkan suara ‘cekrek’.
“Apa hasilnya bagus ?”
“Cukup bagus,” Joong memeriksa hasil
jepretannya.
“Apanya yang cukup bagus ?”
“Permandangannya hahahahaaaa ….”
“Maksudnya air terjun ?”
“Benar sekali,” Fohe mengedipkan mata sebelah kanannya.
“Apa ? jadi aku tidak bagus begitu ?”
“Bisa dibilang seperti itu ups salah ngomong,” Fohe berenang menjauh.
Joong mengambil foto Fohe dan Hae yang saling mengejar di air selain itu dia mengambil gambar semua orang yang berada disana kecuali para gadis. Para gadis memisahkan diri dari para pria, tempat mereka tidak jauh dari para pria hanya saja terhalang batu besar. Yeni mencari tempat untuk berenang yang tidak terlihat para pria, bentuk tubuh mereka akan terlihat jelas begitu terkena air karena itu Yeni melakukannya meski sebelumnya dia harus berdebat dengan Clara yang ingin berenang bersama dengan para pria apalagi diantara mereka adalah idolanya.
“Karena kita disini mari lakukan,” Clara senyum mencurigakan.
“Apa yang mau kamu lakukan ?” Yeni langsung menutupi dadanya dengan tangan.
“Tara ini dia …” Clara mengeluarkan sabun, mata Gibela membulat penasaran dengan apa yang akan dilakukan temannya itu.
“Ahh aku tau itu, bikin kaget saja ….” mengambil sabun dari tangan Clara.
“Stoooppp jangan lakukan itu. Kita ada di sini untuk belibur bukan untuk merusak alam dan makluk hidup disekitarnya, jika kalian menggunakan sabun itu ikan-ikan yang ada di sepanjang air terjun ini bisa mabuk dan mungkin bisa mati.”
“Jangan khawatir Gi bahan sabun ini aman digunakan karena terbuat dari bahan alami.”
“Benar yang dikatakan Clara aku juga punya sabun ini di rumah,” sambung Yeni.
“Jadi kita bisa bersenang-senang tanpa merusaknya,” Clara tersenyum.
“Sabunnya bagus dan baunya harum,” mencium sabun berwarna hijau.
“Jadi boleh apa tidak ?”
“Hemnn ..” Gibela memberikan sabunnya kembali.
“Aseeekkk ayo Yen …”
“Ada apa Gi ?” tanya Yeni melihat Gibela yang tiba-tiba terdiam.
“Tidak ada kalian lanjutkan saja,” sebenarnya Gibela merasakan aura kekuatan hitam, sembari duduk Gibela mempokuskan indranya untuk mendengarkan setiap suara di sekelilingnya tiba-tiba ….
“Fohe awas dibelakangmu,” terlambat kini Fohe terjatuh ke dalam air karena terkejut digigit ular.
“Foheee …” teman-temannya meneriakan namanya, Siyoon yang berada tidak jauh dari Fohe segera membantunya naik dari air.
“Tidak …” Gibela tergesa-gesa pergi.
“Gi ada apa ?” tanya Yeni.
“Eiits bagaimana bisa aku kecolongan,” memegang kakinya.
Gibela berjalan terburu-buru dan tidak memperhatikan langkahnya, kakinya menginjak batu kecil berlumut yang licin sehingga dia terpeleset saat jatuh kakinya mengenai bagian batu yang tajam. Clara dan Yeni langsung naik mengejar Gibela. Saat pagi hari Gibela datang ke tenda bersama Siyoon ada seseorang yang terus mengawasinya, orang itu terus bersembunyi cukup jauh dari Gibela. Setiap gerak geriknya terus diperhatikan orang itu ternyata dia mencari kesempatan untuk melancarkan aksi jahatnya, dari semalam kekuatan Gibela sedang melemah karena pemikirannya yang sedang kacaw. Dengan kepintaran orang itu dia terus bersembunyi tanpa diketahui Gibela.
“Fohe bangunlah …” Siyoon menepuk pipinya agar tersadar.
Gibela yang sudah tiba langsung menyobek ujung bajunya, dia menggunakan kain itu untuk mengikat tangan Fohe.
“Yen cepat bantu dia !” pinta Gibela.
“Baik,” Yeni maju lalu memegang tangan Fohe tepat di tempat ular itu mematuknya.
“Ikat talinya lebih kencang jangan biarkan racunnya semakin menyebar,” pinta Gibela pada Siyoon.
“Fohe bangunlah…” Nijie menyipratkan air di muka Fohe berharap dia sadar.
“Gi ular itu sepertinya bukan ular biasa, racunnya terlalu kuat.”
“Tubuh Fohe menjadi hijau,” Jimie panik.
“Racunnya mulai menyebar,” ucap Rayhan.
Gibela mencoba membantu Yeni tiba-tiba ada seseorang dari belakang menyerangnya untungnya Boy segera menangkisnya.
“Siapa disana keluar kou,” teriak Boy geram.
“Hati-hati Boy !” serangannya muncul kembali untungnya Gibela tepat waktu membalikannya, cahaya hitam itupun terpental kebatu besar ‘boooom’ batunya hancur.
“Clara cepat panggil Senior Dion dan Guru !”
“Baik.”
“Ray …” Rayhan yang mendapat isyarat dari Gibela untuk melindungi member BBS dan Yeni yang sedang menghilangkan racun di tubuh Fohe mengangguk mode serius.
“Jangan sampai lengah !” Boy bersama Gibela memperhatikan sekeliling mereka.
“Gi disana banyak ular …” ular hitam bermata merah keluar dari sela-sela batu.
“Adik kecil hati-hati.”
“Kurang ajar beraninya main keroyokan,” Boy mengangkat pohon besar yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
“Habis kalian …” menyeret semua ular dengan pohon besar ditangannya.
“Mustahil tidak sedikitpun mengenai ularnya,” ujar Hae panik.
Tanda kekuatan Gibela mengeluarkan cahaya emas, kedua tangannya mengumpulkan kekuatan untuk menyerang ular-ular itu dan benar saja ketika mengenainya ular itu langsung hancur.
“Berhasil,” Joong semangat.
“Ularnya semakin banyak !!” Nijie terkejut melihat ular yang mati malah bertambah keluar lebih banyak lagi.
“Gunakan tongkat ini, ular itu hanya bisa dibunuh dengan sihir,” Gibela mengambil kayu panjang disampingnya untuk diisi sihir lalu diberikan pada Boy.
“Aku tidak mungkin bisa menghabisi ular itu sendirian !!” mengeluarkan pedang emas dari tangangnya.
“Huh ular itu terus bertambah,” Boy menggunakan tongkatnya untuk menyanggah dirinya.
“Dibelakang sini …” Gibela langsung menoleh menyerang ular dibelakang Nijie.
“Apa itu barusan ?” menelan ludahnya.
“Rey jaga bagian belakang !” Rayhan menganggukkan perintah Gibela, dia mengeluarkan cambuk miliknya yang sudah dipenuhi sihir.
“Tidak sia-sia menekuninya,” ucap Rayhan sambil menghajar ular yang mendekat dari arah belakang teman-temannya.
“Buset …” detak jantung Boy sangat cepat.
“Kalian baik-baik saja ?” tanya Gibela melihat Rayhan dan Boy.
“Kami okey.”
“Apa ini sudah berakhir ?” tanya Rayhan melihat ular-ular itu mati disekelilingnya.
Setelah Gibela, Rayhan dan Boy bekerja sama membunuh semua ular yang keluar kini tidak terlihat satupun ular disana. Ular-ular yang terbunuh tidak menyisakan tubuh atau bangkainya, ketika ular itu terbunuh langsung hilang.
“Aku harap begitu,” Boy duduk di batu.
“Racunnya sangat kuat, aku tidak bisa mengeluarkannya ...” Yeni melemah dan hampir saja pingsan, Gino yang berada dibelakangnya langsung menopang tubuh Yeni.
“Yennn …” Gibela mendekat.
“Bagaimana ini ? Hyuungg bangun hyungg …” Joong mencoba membangunkannya.
“Racunnya mulai menyebar,” ucap Siyoon melihat tangan Fohe berwarna hitam dan kini merambat ke tubuh lainnya.
“Kalau begitu biar aku yang mencobanya,” Gibela mengumpulkan kekuatan penyembuh miliknya.
“Di dii dii sana ada yang lebih besar !” Jimie menunjuk ular hitam besar bermata merah.
“Biar kami saja ayo Boy !!!” Rayhan dan Boy maju untuk melawan ular itu tapi kekuatan mereka bukanlah tandingan ular hitam besar itu, hanya dengan menepis mereka menggunakan ekornya Rayhan dan Boy terlempar jauh.
“Reyyy Boyyy ….” teriak teman-temannya.
Rey terlempar kedalam air terjun sedangkan Boy terlempar ke pohon besar.
“Kenapa Clara masih belum datang,” ucap Gibela.
“Hanya bocah tengik mau melawanku mana bisa hahahahahaaa ….”
“Ular itu bisa bicara ?” Hae terkejut mendengar binatang bisa berbicara.
“Hey tidak adakah yang lebih kuat dari anak tengik itu untuk melawanku ?” dengan sombongnya ular hitam besar itu berkata.
“Jika aku melawannya maka kita akan kehilangan Fohe, harus ada seseorang memperlambat pergerakan racun di tubuhnya,” Gibela bingung dengan situasinya.
“Sepertinya kalian tuli hah ?” Ular besar hitam mengeluarkan api dari mulutnya untuk menyerang.
“Sangat tidak sopan ….” Gibela melesat kedepan teman-temannya menghadang serangan ular hitam besar itu.
“Waw adik kecil pindah dalam sekejap,” Joong takjub.
“Menarik sesuai yang dikatakan tuanku,” seringai ular besar hitam.
“Katakan dimana penawarnya ?” Gibela menyerang balik.
“Ambillah ….” ular besar hitam menghindari serangan Gibela.
“Seluruh tubuhnya menjadi hitam,” Siyoon semakin panik.
“Apa ?” Gibela menoleh ke belakang, ular besar memanfaatkan kelengahan Gibela dengan menyerangnya dari belakang.
‘Doooaarrr’ tubuh Gibela terlempar ke batu besar sampai hancur ‘ohok ohookk’ dari mulutnya keluar darah.
“Adikkkk kecillllll !!!” semua orang terkejut.
“Aku lengah, Fohe Oppa aku mohon bertahanlah …” memuntahkan darah dari mulutnya.
“Ketua Gi ?” terdengar suara Dion.
“Gibela ?” suara Guru Hayeo dan Clara.
“Akhirnya kalian datang,” Gibela tersenyum dari kejauhan.
“Jangan khawatir serahkan temanmu padaku, fokuskan seranganmu ke ular besar hitam itu,” Guru Hayeo memberikan isyarat.
Gibela langsung bangkit dan mengelap mulutnya, dia melesat kedepan ular besar hitam itu.
“Begitu cara mainmu ???” Gibela menyeringai.
“Hahahahaa gadis kecil kamu bukan tandinganku. Sebentar lagi tuanku akan memujiku hahahaha ….”
“Gadis kecil, aist aku gak suka nama itu …”
ledek Gibela ekspresinya seperti kucing.
“Lancang …” kekuatan penuh dikeluarkan ular besar hitam itu untuk menyerang Gibela.
“Ups maaf ….” menghadang serangannya hanya dengan satu tangan.
Ular hitam besar itu murka, semburan api tingkat atas di luncurkannya. Pertarungan keduanya berlangsung begitu sengit.
“Ini jenis racun bisa hijau hanya pemilik racun yang memiliki penawarnya,” ucap Dion mengecek kondisi Fohe.
“Itu artinya ular-ular kecil tadi …” Nijie hampir menyelesaikan kalimatnya tapi Guru Hayeo memotongnya.
“Bukan pemilik racunnya adalah ular itu,” menunjuk ular hitam besar yang sedang bertarung dengan Gibela.
“Kenapa kalian lama sekali,” keluh Boy yang datang sambil memegangi lengannya.
“Sorry,” ucap Clara.
“Yen bagaimana keadaanmu ?”
“Aku baik-baik saja.”
“Syukurlah.”
“Ular itu akan aku jadikan sate,” sela Rayhan kesal dengan tubuhnya yang basah kuyup.
“Emang mau kamu memakannya ?” tanya Clara.
“Tidak.”
“Lah terus buat apa ?”
“Lempar ke laut untuk makanan hiu.”
“Racunnya mulai mendekati jantung,” Dion kewalahan.
Situasi menjadi mencengkam karena keadaan Fohe semakin memburuk disisi lain Gibela sudah hampir kewalahan melawan ular besar hitam itu, dan lagi Gibela lengah saat Dion mengatakannya dia mendengar dan kehilangan kefokusan.
“Gibela hati-hati !!” teriak Siyoon yang tidak sengaja melihat Gibela kehilangan kefokusan dan ingin berbalik melihat keadaan Fohe.
“Kematianmu sudah tiba,” ular besar hitam itu menggigit tangan Gibela tepat di tanda kekuatannya. Gibela kehilangan kesadaran dan terjatuh, semua orang berteriak namanya.
“Gibela …..”
“Adik kecilll ..”
“Sekarang giliran kalian …” ular hitam besar mendekati mereka.
Clara, Ray dan Boy maju kedepan untuk melindungi guru dan teman-temannya itu.
“Lewati kami dulu,” ucap Boy.
“Hahahahahahaa mati sana,” ekornya menghempas semua orang sampai terjatuh.
“Percayalah percayalah …” kata-kata itu terus teringiang di telinga dan otak Gibela yang masih belum sadar, detak jantung Gibela yang awalnya lemah mulai berdetak kencang.
“Tidaaaakkkk,” semua orang berteriak dan menutup mata melihat ular besar hitam yang akan membunuh mereka.
“Apa ?” ular hitam besar terkejut melihat Gibela yang menahan serangannya.
“Jangan sentuh mereka !!!” membanting tubuh ular itu ke tebing.
Gibela melesat lalu mengambil ekornya, seketika tubuhnya di bontang-banting Gibela ke tebing lalu ke pohon terakhir ke batu.
“Gii ambil mutiara merah didalam matanya,” teriak Guru Hayeo.
“Bagaimana mungkin kamu bisa selamat dari racun mematikanku ?” ular besar hitam sudah tidak berdaya ditangan Gibela.
“Ini sebagai balasan karena telah melukai Fohe Oppa,” Gibela mencopot mata ular besar itu lalu mengambil mutiara merahnya.
“Ini karena membuat luka temanku,” menusuknya berkali-kali menggunakan pedang sihir.
“Dan ini karena berani menyentuh keluargaku,” melempar tubuh ular itu lalu menghancurkannya menggunakan kekuatan miliknya.
Tubuh ular itu hancur berkeping-keping, Gibela berbalik meninggalkannya.
“Ini Guru,” memberikan mutiara merah yang berlumuran darah.
“Ambilkan air !” pinta Guru Hayeo.
“Ini Guru ..” Nijie membawa air dari batok kelapa. Mutiara merah itu di cuci bersih lalu Guru Hayeo menghancurkannya.
“Kamu membawanya Dion ?”
“Tentu Guru,” Dion mengeluarkan mangkuk perak berisi air jernih.
Bubuk mutiara itu disatukan kedalam mangkok lalu meminumkannya pada Fohe, semua orang dibuat tegang menyaksikannya. Tubuh fohe mulai berubah warna kulit aslinya dan perlahan membuka mata.
“Berhasil.”
“Adik kecil, Hyung, teman-teman …” nada suara Fohe masih lemah.
“Syukurlah,” Gibela senang karena Fohe sekarang baik-baik saja tapi tiba-tiba dia pingsan.
“Gibela …” Siyoon menangkapnya.
“Gawat Ketua Gi terkena racun tingkat atas,” Dion mengecek bekas gigitan ular di lengan Gibela.
“Berikan penawarnya !”
“Tunggu …” cegah Siyoon.
“Ada apa Hyung ? jika tidak segera di berikan adik kecil bisa mati,” sela Jimie.
“Lihatlah meski Gibela terkena racun warna tubuhnya tidak berubah,” jawab Siyoon.
“Bawa Gibela ke Gedung Pod,” Dion mengangguk sebagai tanda setuju.
“Guru ijinkan kami ikut,” pinta Nijie.
“Baiklah.”
Clara dan Yeni saling berpegangan, Boy dan Rayhan saling berpegangan dengan member BBS sedangkan Guru Hayeo dan Dion membawa Gibela. Tidak lama mereka tiba di gedung pod yaitu di kamar 3F, Guru Hayeo meminta pemilik anugrah penyembuh tingkat atas untuk datang. Sambil menunggu kedatangan pemilik anugrah datang Boy diminta mengganti bajunya yang basah.
“Guru apa yang terjadi ?” Erik dan Dimas datang.
“Ketua Gi ?” Dimas melihat Gibela terbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur.
“Nanti aku jelaskan, sekarang dimana pendeta itu ?”
“Sebentar lagi mereka datang Guru,” jawab Erik.
“Guru suhu tubuh ketua Gi menurun,” Dion terkejut ketika memegang dahi Gibela.
“Apa ?”
“Adik kecil …” Fohe berkaca-kaca, didalam hatinya Fohe sangat sakit melihat adik kecil kesayangannya terluka parah demi menyelamatkan hidupnya yang kedua kalinya.
“Kenapa mereka masih belum datang juga ?” teriak Guru Hayeo marah.
“Aku akan menyusulnya …” Dimas hendak keluar pintu tapi ternyata para pendeta sudah datang.
“Pendeta besar kami sudah menunggumu, cepatlah …!” kedua pendeta itu mempercepat langkahnya.
“Ketua Gi terkena racun ular sihir tingat tinggi,” ucap Dion.
“Dimana letak gigitannya ?” tanya pendeta besar.
“Tepat di tangan tanda kekuatannya,” saat Guru Hayeo mengangkat tangan Gibela bekas gigitannya tidak ada.
“Tadi ada disini,” tambah Guru Hayeo bingung.
Pendeta mulai paham dengan apa yang terjadi pada Gibela sehingga dia hanya tersenyum lalu bangkit.
“Dia tidak apa-apa, bahkan tidak ada sedikitpun racun didalam tubuhnya,” jelas pendeta.
“Bagaimana mungkin ? aku melihat dengan jelas ular itu mengigit adik kecilku bahkan adik kecil tidak sadarkan diri waktu itu,” ucap Nijie.
“Guru jenis ular apa yang menggigit gadis ini ?” tanya salah satu pendeta.
“Ular hitam mata merah.”
“Apa dia yang mengambil mutiara merah milik ular itu ?”
“Benar.”
“Jangan khawatir sebentar lagi gadis kecil ini akan segera siuman. Menurut legenda racun ular hitam dengan tingkat tinggi tidak bisa dikalahkan kecuali orang itu adalah penakluk dunia magis.”
“Aku baru tau soal itu,” ucap Dion.
“Kalau begitu kami pamit dulu.”
“Baik, terima kasih pendeta.”
“Bersihkan diri kalian dulu, biar aku dan Dion yang berjaga disini.”
“Tidak apa-apa Guru.”
“Pergilah jika Gibela tau aku tidak merawat kalian dengan baik dia pasti memarahiku.”
“Baiklah Guru.”
“Kalian pakai ini saja,” Dion menyodorkan pakaian untuk member BBS.
Boy, Rayhan, Clara, Yeni dan member BBS pergi mengganti pakaian mereka. Karena kekuatan Yeni yang masih lemah pendeta tadilah yang membantu menyembuhkan luka Boy dan Rayhan.
“Dimana ini ?” perlahan Gibela terbangun.
“Gi ?” Guru Hayeo langsung mendekat disusul Dion.
“Ketua Gi apa ada yang sakit ?” tanya Dion memeriksa.
“Tidak ada.”
“Syukurlah untungnya pendeta tadi membantu menyembuhkan luka ketua Gi dan tentunya dengan teman-temanmu yang terluka.”
“Gibela …” Yeni datang langsung berlari memeluk Gibela.
“Beneran kamu kan !” Clara ikut memeluk Gibela.