"Setelah menghancurkan hidupku, kau malah melupakan ku dan memilih bersama wanita lain! aku hamil anakmu!"
Ucapan lantang Enza membuat suasana pertunangan Orlando semakin kacau. Bahkan keluarga besar Gultom dan Arnold terkejut mendengar perkataan lantang Enza.
Kemunculan ayah kandung Enza secara tiba-tiba mengungkapkan satu rahasia besar yang selama ini keluarga besar Arnold maupun Gultom tutup-tutupi.
Enza tiba-tiba meminta cerai kepada Orlando karena suatu hal dan setelah perceraian itu. Enza tiba-tiba menghilangkan bagaikan di telan bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Saat terbangun di pagi hari. Enza menemukan dirinya terbangun di atas tempat tidur. Ia menguap beberapa kali sembari mengitari area kamarnya mencari keberadaan suaminya.
Tak beberapa lama seorang maid membawa sarapan untuk Enza.
"Nona muda. Tuan muda berpesan jangan lupa sarapan. Tuan muda sudah pergi ke mansion lama keluarga Gultom beberapa menit yang lalu." kata maid itu meletakkan sarapan pagi Enza di atas nakas.
Enza mengangguk mengerti sebelum melangkah menuju kamar mandi.
Disisi lain
Orlando masuk ke dalam salah satu lorong minim penerangan di area ruangan bawah tanah menggunakan pakaian serba hitam.
Di dalam ruangan bawah tanah itu terdapat sebuah sangkar besar ukuran 4x4 meter yang sudah dibatasi dengan teralis besi.
"Tuan!" sapa beberapa anggota Black Mamba yang berjaga di depan kamar itu.
"Bagaimana keadaan mereka? Aku harap mereka masih hidup." sahut Orlando dengan tatapan tajam.
"Mereka masih hidup, Tuan." kata anggota Black Mamba dengan wajah panik.
Orlando membuka pintu dan masuk ke dalam sangkar besi itu dan menemukan tiga orang wanita tergeletak di lantai dalam keadaan mengenaskan.
Dengan tubuh yang sudah dipenuhi luka, ketiga wanita itu serentak mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu besi.
Dengan wajah penuh harapan mereka ngesok ke arah Orlando.
"Orlando!"
"Mister Gultom."
"Mister Gultom."
Ucap mereka serentak saat melihat wajah Orlando. Terselip jutaan harapan pada ketiga pasangan bola mata berbeda warna itu.
Salah satu anggota Black Mamba meletakkan kursi berbahan besi di belakang Orlando. Orlando langsung duduk dan menatap ketiganya dengan wajah tenang.
"Akhirnya kamu datang! Tolong keluarkan kami dari sini, Orlando." pinta salah satu dari ketiga wanita itu dengan penuh harapan.
Wajah cantik itu terlihat sangat kotor dan dekil. Rambut dan pakaian mahal yang dikenakan wanita itu berubah kusut dan compang-camping.
Orlando tetap diam dan memperhatikan wajah antusias mereka saat melihat keberadaannya.
"Mister! Tolong kami! Mereka menyiksa kami selama tiga Minggu berturut-turut. Kami sudah tidak sanggup dengan penyiksaan ini."
Hiks
Hiks
Hiks
Dengan tangisan yang menyedihkan, wanita yang lain menatap Orlando dengan penuh harapan.
Orlando tiba-tiba tersenyum tipis dan menatap wajah menyedihkan mereka dengan wajah puas.
"Apa kalian Ingin keluar secepatnya?" tanya Orlando dengan wajah tenang mencengkram dagu kotor salah satu dari ketiga wanita itu.
"Bukankah tiga Minggu yang lalu mulut kotor ini yang sudah terang-terangan menghina istriku!"
Tatapan tajam pria itu membuat tubuh wanita itu bergetar.
PLAK
PLAK
Orlando menampar pipi wanita itu dengan keras.
Wanita itu merasa pipinya kebas, panas dan telinganya terasa berdenging.
"Aku belum puas bersenang-senang. Setelah aku puas, aku akan membebaskan kalian dari tempat ini."
Orlando mendorong wanita itu hingga tersungkur ke lantai.
Wanita itu dengan wajah takut ngesot kearah temannya dan memeluk temannya dengan wajah takut dan tubuh bergetar.
Kali ini Orlando melangkah kearah salah satu wanita yang menatapnya dengan tatapan penuh cinta.
"Orlando...." lirih wanita itu dengan mata berkaca-kaca. Ia berharap Orlando akan memperlakukannya berbeda dengan dua wanita lainnya.
"Cih! Aku paling tidak suka wanita lain menatapku dengan tatapan menjijikan seperti itu!"
Orlando tersenyum sinis menatap wajah menyedihkan wanita di depannya. Orlando berjongkok dan mencengkram dagu wanita itu dengan wajah enggan.
"Tidak usah pura-pura lemah di depanku! Aku sudah tahu siapa orang yang mengirim mu untuk mendekatiku! Aku juga tahu kalau kau yang diam-diam menyebarkan gosip tidak penting itu kepada para mahasiswa dan mahasiswi di kampus."
"Bahkan berani-beraninya kau bermain trik mempermainkan wanita ku hingga membuatnya salah paham! Tapi sayang rencana mu gagal! Dia terlalu mencintai ku hingga rencana besar mu menjadi berantakan!"
Raut wajah wanita itu tiba-tiba berubah menegang mendengar penuturan Orlando.
"Clarissa Aniston...." bisik Orlando tersenyum lebar.
"Aku akan membuatmu hidup dalam neraka."
Orlando tersenyum menyeringai sebelum memanggil beberapa anggota Black Mamba masuk ke dalam sangkar besi itu.
"Aku tahu kalian sangat ingin bersenang-senang. Khusus untuk hari ini. Kalian yang akan bersenang-senang dengan ketiga wanita kotor ini." kata Orlando keluar dari sangkar besi itu.
Anggota Black Mamba yang mengerti dengan maksud ucapan Orlando. Langsung melaksanakan perintah pria itu. Para anggota Black Mamba secara bergantian menyiksa ketiga wanita itu dengan kejam.
Suara erangan dan teriakan kesakitan itu seakan memberikan sensasi kebahagiaan di hati Orlando.
Orlando memutuskan pergi dari sana setelah ketiganya pingsan tidak sadarkan diri.
Orlando memutuskan berkutik dengan pekerjaannya selama berjam-jam di dalam ruang kerjanya. Secara diam-diam Orlando membuka bisnis Club dan Entertainment tanpa sepengetahuan keluarganya.
Waktu terus berjalan, bahkan hari sudah mulai gelap. Namun, Orlando masih betah duduk di kursi kerjanya tanpa berniat beranjak semenit pun.
WhatsApp dari nomor mertuanya mengalihkan atensinya dari layar komputernya. Orlando membaca pesan itu sekilas sebelum menyudahi pekerjanya.
Orlando memutuskan membersihkan diri sebelum pergi ke mansion minimalis Sean. Ia tidak ingin debu-debu yang menempel di tubuhnya mempengaruhi kesehatan Sean dan Daniella.
"Aku mau mengunjungi Sean. Lanjutkan rencana selanjutnya! Jangan sampai meninggalkan jejak!" perintah Orlando sebelum pergi dari mansion lama Gultom.
Setibanya di kediaman Sean. Orlando langsung masuk ke dalam rumah. Ia terkejut saat mendengar suara tangisan menyedihkan dua orang berbeda dari kamar utama.
Karena takut terjadi apa-apa, Orlando bergegas masuk ke dalam kamar. Ia terkejut saat mendapati keberadaan Zayan dan Xavi disana.
Mata Ocean terlihat merah dan sembab seperti orang yang habis menangis.
Terkadang Orlando merasa sedih saat melihat tubuh kurus ayahnya. Rambut hitam yang dulu tebal sekarang sudah botak. Tubuh kekar yang dulu berisi sudah kurus kering.
Ayahnya terlihat seperti mayat hidup. Tatapan bersalah dan penuh penyesalan itu selalu terpampang jelas di kedua bola mata biru itu. Orlando merasa bersalah karena sudah mengabaikan ayahnya selama tiga tahun lamanya.
"Mengapa kalian ada disini?" tanya Orlando mencairkan suasana sedih itu. Ia takut kondisi Sean dan Daniella mempengaruhi psikis kedua keponakannya.
"Uncle! Mommy dan Daddy! Mengapa mereka berakhir seperti ini! Apa mereka akan meninggalkan Zayana dan Xavi?"tanya Zayana dengan mata sembab.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Orlando langsung memeluk tubuh keponakannya.
"Mereka pasti akan sadar dalam waktu dekat. Jangan khawatir. Kita doakan mereka cepat bangun dan kembali berkumpul bersama kita." nasehat Orlando mengelus kepala keponakannya dengan lembur.
Tatapan Orlando bertemu pandang dengan tatapan ayahnya. Ia tersenyum tipis seakan sudah lupa dengan pertengkaran mereka.
Zayana mulai merasa tenang setelah mendengar nasehat Orlando. Orlando mengangkat tubuh Zayana dan membiarkannya duduk di pangkuannya.
"Kata dokter Robert kalian harus sering-sering mengajak mereka mengobrol agar cepat sadar. Kalian bisa menceritakan keseharian kalian agar otak mereka bisa merespon suara familiar kalian."
"Benarkah?" tanya Zayana dengan antusias.
"Tentu saja."
Orlando tersenyum gemas mencubit pipi cabi keponakannya.
Tiba-tiba perut Orlando berbunyi.
Kriuk
Kriuk
Kriuk
"Apa Uncle belum makan malam?" tanya Zayana mengangkat kepalanya menatap wajah Orlando.
Orlando tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.
"Kami juga belum makan malam." ujar Zayana.
"Nonno akan meminta Uncle Oscar membeli makan malam untuk kita." celetuk Ocean berniat menghubungi Oscar.
"Tidak usah, Padre. Orlando akan masak makan malam untuk kita. Kebetulan Orlando sudah beli bahan pokok makanan sebelum kesini." sahut Orlando menurunkan Zayana dari pangkuannya.
Orlando mendorong kursi roda ayahnya keluar dari kamar utama. Zayana mengikuti mereka dari belakang.
Setelah mereka keluar, tinggal lah Xavi seorang diri di dalam kamar utama. Xavi melangkah mendekati tempat tidur kedua orangtuanya dengan mata berkaca-kaca.
"Mengapa kalian sangat betah tidur. Apa kalian tidak ingin berkumpul dengan kami lagi?"
"Kami melalui hari-hari kami dengan perasaan hampa tanpa kehadiran sosok kalian berdua. Bahkan tiga tahun telah berlalu. Mengapa kita belum bisa berkumpul bersama! Apa Tuhan sangat ingin memisahkan kita hingga membuat kalian berakhir seperti ini!"
"Mommy, Daddy! Cepatlah sadar. Kami sangat membutuhkan kalian. Hari-hari kami terasa hampa tanpa sosok kalian."
"Sebentar lagi usia kami menginjak 8 tahun. Xavi maupun Zayana berharap tahun ini kami bisa merayakan ulang tahun kami bersama kalian."
Air mata Xavi menetes mengenai punggung tangan Sean.
"Mom, Dad. Kami sangat mencintai kalian."
Xavi mengecup punggung tangan Daniella dan Sean bergantian sebelum keluar dari kamar utama.
Tanpa Xavi sadar, salah satu dari mereka merespon ucapannya dengan gerakan singkat salah satu jemari telunjuknya.
aku kalau suka sama ceritanya gak nanggung nanggung ngasih hadiah tapi author pilih kasih ngasih cetrita nya nanggung muluk😌😌
setelah dewasa bukannya Orlando menikahi lupa nama istrinya tp bkn Enza bahkan istri Orlando hamil kembar 5. Sean kembarannya tdk menikah n kembaran perempuan Orlando terjebak urusan dg mafia lain saat menjauh dari keluarganya.
jk bener maka kemana istri Orlando n anak-anaknya g salah Elle nama istri Orlando klo g salah y, dah lama sih bacanya