Cahaya Hati Bintang

...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...

...Please kalau gak suka skip aja please...

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Bintang baru saja memutuskan panggilan telpon dari Zayyan ketika ia melihat Laras keluar dari kamar. Pria itu pun terpana, Laras terlihat sangat cantik menggunakan dress panjang dibawah lutut berwarna dark blue. Rambut ia biarkan tergerai dengan riasan wajah natural, sungguh gadis itu terlihat bersinar dimata Bintang.

Laras terlihat malu saat Bintang memandangnya tak berkedip. Bintang sengaja membelikan Laras dress untuk baju ganti gadis itu karna baju Laras sudah robek dan tidak bisa dipakai lagi. Siapa sangka kecantikan Laras makin terpancar nyata.

"Apa baju nya bagus mas ?" tanya Laras grogi. Jujur ia belum pernah memakai pakaian seperti ini. Biasanya Laras akan menggunakan baju kaos lengan panjang dan rok dalam semata kaki.

"Bukan bagus tapi cantik yank" ucap Bintang yang membuat pipi Laras merona merah. Pria itupun tersenyum sambil berjalan mendekati Laras. Ia membelai lembut pipi Laras dan memberikan sesuatu ke tangan gadis itu. Laras kembali kaget saat ia menerima handphone mahal yang pernah ditolaknya dulu.

"Gunakan handphone ini sayang agar mas bisa menghubungimu. Jangan ditolak ya" ucap Bintang lembut.

"Maaf mas, Ara gak bisa"

"Mas mohon sayang, jika terjadi sesuatu kamu bisa segera memberitahu mas. Kejadian tadi malam membuat mas ketakutan Ara, bagaimana jika mas terlambat menolongmu ? Sungguh mas takut kehilanganmu, tolong mengertilah" ucap Bintang sendu sementara air mata sudah mengalir dipipi Laras.

"Maafkan aku mas, sejak awal aku sudah banyak merepotkanmu" isak Laras yang disambut pelukan hangat Bintang. Laras ingat dengan jelas pertemuan awalnya dengan Bintang dimana pria itu rela membeli semua kue dagangannya bahkan kue yang sudah rusak. Sejak saat itu mereka sering bertemu dan Bintang selalu menolongnya. Entah dengan apa ia akan membalas budi baik pria ini.

"Mas senang direpotkan apalagi hadiahnya pelukan hangat tapi kurang ciuman sayang" ucap Bintang genit sambil mengeratkan pelukan mereka.

"Aaauuuu...."

"Dasar genit, mesum" Laras mencubiti pinggang Bintang tanpa henti.

"Ampun sayang, sakit" iba Bintang, pria itu kembali memeluk erat tubuh Laras.

Hari ini Bintang melarang gadis itu pergi kuliah, ia pun sudah meminta izin secara langsung pada setiap dosen yang mengajar dikelas Laras. Tentu saja para dosen mengijinkan, siapa yang sanggup melawan sang pemilik bahkan nama Bintang dijadikan nama kampus tempat mereka mencari sesuap nasi. Laras pun tidak bisa protes, Bintang mengancam akan mengurung gadis itu seharian di apartemennya.

Bintang lalu mengajak Laras kesebuah cafe. Pemandangan dicafe ini sangat indah, banyak pepohonan dan bunga-bunga cantik bermekaran. Bintang menggenggam erat tangan Laras dan bersikap sangat posesif. Ia akan menatap marah pada setiap pria yang melirik Laras bahkan merengkuh pinggang Laras dengan mesra membuat gadis itu semakin gugup. Mereka pun memilih duduk didepan kolam yang berisi ikan dengan corak berwarna warni. Pelayan dengan sigap mengambil pesanan mereka.

"Ara, hari ini hari pertama kita jadian ya" ucap Bintang lebay dan tersenyum manis membuat Laras menghela nafasnya berat.

"Mas maaf, Ara tidak bisa" ujar Laras sangat pelan, bukannya Laras tak mencintai pria itu. Ia sangat mencintai Bintang namun sebenarnya Laras ingin memiliki hubungan yang jelas dengan Bintang, bukan hubungan pacaran. Status ini tidaklah kuat dan Bintang bisa memutuskannya kapan saja. Laras lebih memilih tidak menjalin pacaran dengan siapapun, ia ingin mencari laki-laki yang benar-benar serius mencintainya. Menghalalkannya bukan menjebaknya dalam ikatan palsu berazazkan cinta semu dan ia sangat berharap pria itu adalah Bintang namun tidak mungkin Laras berkata terus terang, ia sangat malu dan tak ingin di cap wanita murahan.

Bintang lagi-lagi terkaget mendengar jawaban Laras. Ia menatap wajah gadis itu sangat lama membuat jantung Laras berdetak tak menentu.

"A...ada apa mas ?" tanya Laras gugup, sejak tadi Bintang hanya diam dan menatapnya dengan pandangan bingung.

"Apa kau mencintaiku Ara ?" tanya Bintang dengan cemas, gadis itu pun mengangguk membuat hati Bintang seketika lega, ia sangat takut saat gadis itu menolak menjadi kekasihnya. Berbagai macam prasangka buruk menghantuinya bahkan ia berpikir Laras sedang mempermainkan perasaannya.

"Lalu kenapa Ara tidak mau menjadi kekasih mas ?"

"Ara ingin fokus kuliah dan belajar mas tidak sibuk pacaran dan membuang waktu dengan kesana sini gak jelas" ucap Laras yang membuat Bintang kembali bengong.

"Mas tidak akan mengganggu waktu belajarmu sayang bahkan mas akan membantu semua tugas yang Ara punya dan mas janji Ara akan mendapat nilai A+ disetiap mata kuliah" rayu Bintang agar Laras luluh dan mau menjadi kekasihnya. Bila perlu Bintang akan mengancam Rektor dan memecatnya jika keinginannya tidak dituruti.

Laras pun tersenyum mendengar ucapan pria itu.

"Apa bedanya dengan teman ? Lebih baik kita bersahabat saja mas" ujar Laras tanpa dosa. Lagi-lagi Bintang terkejut mendengar jawaban Laras, ia serasa mau menangis dan berteriak kencang. Bintang pun terdiam, ia sangat syok.

"Mas, Ara mau ke kos. Pasti Lina dan kak Heny cemas dari semalam Ara tidak pulang" rengek Laras membuat Bintang menghela nafasnya berat. Ia tidak menyangka begitu sulit mendapatkan gadis ini, padahal ia sudah memiliki hatinya.

"Kita minum dulu ya, gak enak sudah take order" ucap Bintang lembut, Laras pun menganggukkan kepalanya. Bintang sudah bertekad akan terus mendekati Laras. Gadis ini tidak boleh lepas darinya, hati Laras sudah ia miliki. Tinggal selangkah lagi maka Bintang bisa memiliki Laras sebagai kekasihnya, ia hanya harus banyak bersabar dan semakin kuat berusaha.

🌟🌟🌟

"Laras kemana aja loe ? Tau gak gue cemas minta ampun ampe gue mau lapor polisi kalau loe gak juga pulang sampai malam" cecar Lina saat Laras telah sampai dikos. Ia bahkan memeluk erat Laras.

"Maaf ya, aku udah buat kamu cemas" ucap Laras terharu.

"Loe sama kak Bintang ya ?" Lina to the point yang membuat Laras terkejut. Dari mana Lina tahu batinnya. Laras pun terdiam tanpa menjawab pertanyaan Lina.

"Gue harap sama siapa aja loe pacaran jangan lupa jaga diri ya. Kita sebagai perempuan wajib menjaga harta paling berharga di diri kita Laras dan hanya suami kita kelak yang berhak atas seluruh tubuh kita bukan pacar apalagi teman atau sahabat" nasehat Lina panjang lebar. Laras pun mengangguk, ia sangat setuju dengan prinsip Lina dan ia berdoa semoga Bintang yang menjadi jodohnya kelak.

Jam 4 sore pun menjelang, Lina sudah bersiap-siap namun Laras hanya berbaring ditempat tidur sambil membaca buku pegangan. Ia sudah menyalin materi apa saja yang tadi dipelajari dari buku catatan Lina.

"Loe gak kerja ?" tanya Lina melihat Laras hanya duduk sambil membaca dan belum bersiap-siap.

"Maaf Lina, aku sudah mengundurkan diri" ucap Laras membuat Lina kaget.

"Kenapa ?"

"Aku takut Lina" ucap Laras dengan suara bergetar, air mata kembali mengaliri pipinya saat mengingat kejadian percobaan pemerk*saan yang dilakukan Radit.

"Ada apa Laras ? Kalau ada masalah cerita sama gue jangan dipendam sendiri" ujar Lina lembut sambil mengusap bahu Laras. Laras pun menangis dan menceritakan semua yang ia alami tadi malam. Bagaimana Bintang menyelamatkannya dan membawanya ke apartemen untuk menenangkannya.

Lina kaget bukan kepalang, ia geram dan marah.

"Laras loe dikos aja aja ya biar gue yang ngelabrak tu orang, dasar bajing*n brengs*k kalau perlu kita lapor polisi" ucap Lina penuh amarah

"Jangan Lina, aku takut. Aku tidak mau memperpanjang masalah, yang terpenting aku baik-baik saja" ucap Laras dengan memohon. Lagi pula ia merasa tak akan ada gunanya jika mereka melapor polisi. Laporan seperti ini jarang yang akan diproses apalagi ia hanyalah mahasiswi miskin, tidak akan dianggap dan didengar.

"Loe istirahat aja ya, gue berangkat dulu" ucap Lina, ia pun segera berlalu.

Lina sedang menunggu ojol pesanan nya saat sebuah mobil berhenti tepat didepannya. Tiba-tiba debar jantung Lina semakin kencang, ia tahu jika itu adalah mobil Zayyan.

"Lina mau kemana ?" sapa Zayyan dengan senyum menawannya, lagi-lagi Lina terpana.

"Mau kerja kak" jawab Lina

"Kakak antar ya"

"Jangan kak, udah pesan ojol"

"Ayok" Zayyan menarik paksa tangan Lina dan mendudukkannya didalam mobil membuat gadis itu menghela nafas berat. Ia semakin grogi saat berdekatan dengan pria itu, Lina pun berusaha mengatur detak jantungnya.

"Laras sudah pulang ?" tanya Zayyan, Lina pun akhirnya menyadari jika Zayyan mengantarnya karna ingin mengetahui kabar tentang Laras.

"Sudah kak dan Laras sedang beristirahat" jawab Lina dengan lesu, semangatnya terbang entah kemana.

"Apa benar ia berpacaran dengan kak Bintang ?" Lina pun mengangguk membuat Zayyan kembali kecewa.

🌟🌟🌟

BaktiJaya Ltd

"Tuan ada tuan Toni menunggu diluar" ucap Beni asisten Pram.

"Suruh masuk"

"Baik tuan"

Tak lama Toni pun masuk kedalam ruangan Pram dan disambut hangat pria tersebut.

"Toni, silahkan duduk" ucap Pram ramah sambil tersenyum.

"Maaf mengganggu, kau pasti sangat sibuk Pram"

"Tidak, jangan sungkan. Ada apa Toni ? Kau terlihat khawatir"

"Mengenai perjodohan anak kita, bagaimana respon Bintang ?" Pram pun menghela nafasnya berat.

"Maaf Toni, anak itu keras kepala. Ia sangat menolak bahkan sampai sekarang telponku tidak diangkat" ucap Pram yang membuat wajah Toni merah menahan amarah.

"Pram, aku sangat berharap keluarga kita bersatu dengan ikatan pernikahan antara Bintang dan Tiara. Ingat aku memiliki saham sangat besar diperusahaan mu dan aku bisa menggulingkan mu dari jabatan CEO jika aku mau" ancam Toni yang membuat Pram kaget dan termenung.

...****************...