REVENGE

Suasana betul-betul kacau balau, padahal yang mengamuk hanya Delila. Banyak barang pecah berantakan dan pengawal ada yang luka. Delila seperti kesurupan, ntah sengaja atau tidak, yang jelas Alex dibuat sibuk dan menjadi tempat amukan Delila.

"B*nuh saja aku, b*jingan!" teriak Delila sambil menangis.

"Aku sudah tidak sanggup hidup, biar aku m4ti saja!"

Kata-kata yang di ucapkan oleh Delila sanggup membuat Alex kebingungan dan ia pun memeluk Delila serta berusaha menenangkannya. Bagaimanapun juga Delila pernah singgah di hatinya, menjadi alat pemuas nafsunya dan bahkan kini ia sudah bertunangan.

"Tenanglah Delila, kita duduk berbicara. Jangan begini caranya, kau seperti s3tan mengamuk tidak karuan."

"Aku memang sudah gil4, karena kau telah menduakan diriku. Aku tidak rela dirimu di kuasai perempuan mur4han itu."

"Delila, kita keluar dulu, supaya pelayan membersihkan tempat ini. Tenanglah."

"Aku tidak bisa tenang sebelum kau menikahiku dan mengusir j4l4ng itu dari rumah ini."

Alex menarik nafas panjang, ia berusaha sabar. Tanpa berpikir panjang, ia lalu menggendong Delila keluar. Wanita itu merasa bangga dan ia memanfaatkan situasi ini sebaik mungkin, dengan sigap memeluk leher Alex.

"Aku ingin menikah..." ucapan itu terus di kumandangkan oleh Delila.

"Kita duduk disini, aku ingin bicara berdua denganmu." kata Alex menùrunkan Delila dari gendongannya.

Alex sengaja mengajak Delila duduk di lobby, karena tempatnya terbuka. Ia tidak mau mengajaknya ke kamar, takut Delila m3mbuk4 pakaiannya. Tentu Delila punya banyak rencana busuk.

"Pelayan bawakan minum kesini." perintah Alex kepada Tusty yang dari tadi ada di dekatnya.

"Siap tuan."

"Delila, duduk yang benar, kita bicara face to face, kau ngertiin omonganku."

Alex berusaha menguasai keadaan, ia belum sadar kalau Kitsune sudah hilang dari rumah. Dia masih santai, bisa tertawa dan bercanda

"Biarkan aku dekat denganmu, aku rindu aroma tubuhmu. Aku ingin menikmati hari ini berdua denganmu."

"Duduk dulu...."

Alex berusaha lepas dari pelukan Delila wanita itu duduk dipangkuannya dan memeluk lehernya.

"Aku ingin mengulangi masa-masa indah dimana kau sangat medamba padaku. Kau terg1la-g1la padaku." ucapnya lirih seraya m3ncium pipi Alex.

"Duduk yang benar Delila. Aku tidak bisa semanis dulu lagi. bukankah kita pernah berjanji akan menjalin hubungan, tapi kita akan tetap selingkuh. Aku bebas mencari wanita dan kau bebas mencari laki-laki. Itu sudah kita lakukan bertahun-tahun, tanpa ada protes dariku. Aku tidak pernah protes kau tidur dengan siapa, kenapa kau sekarang mengamuk."

"Karena kau tidak mencintaiku?" tanya Delila ragu? kenapa ia tiba-tiba insecure? Pikir wanita itu menghapus sisa-sisa air matanya.

"Disitulah kesalahan kita, sebenarnya kita tidak saling mencintai, tapi cuma n4fsu. Aku baru merasakan jatuh cinta kepada Kitsune, wanita yang membuat hidup ku berwarna, yang membuat aku bergairah."

Keterus terangan Alex membuat Delila meradang. Ia langsung berdiri menatap laki-laki yang sering menid*rinya.

"Aku tidak terima pernyataanmu, aku jatuh cinta padamu. Tidak mungkin aku mau tidur kalau tidak cinta padamu."

"Kalau kau mencintai ku tidak mungkin kau tidur dengan kaki-laki lain." sahut Alex menohok.

Delila terdiam, ia tidak mau tahu masalah cinta. Ia benci dengan Kitsune yang merampas Alex darinya. Ia bersumpah akan membuat hidup Kitsune hancur.

"Jadi kau mengerti sekarang? Kita tidak mungkin menikah, karena pernikahan itu harus dilandasi dengan cinta."

"Aku tidak mau, kau tetap milikku. Kita harus menikah."

"Tidak bisa Delila, aku mencintai Kitsune. Nanti aku akan memberikanmu rumah, mobil dan uang."

Buat apa, seharusnya akulah yang memiliki semua hartamu. Bathin Delila.

"Keluargaku akan hancur dan kami malu besar. Semua orang akan menghinaku." mata Delila kembali berkaca-kaca.

"Jika aku menikahimu, banyak lelaki akan mengejekku karena kamu ......."

"Tuan...tuan...nona hilang, kami sudah mencari keliling, tapi nona hilang."

Alex terlonjak kaget, ia cepat berlari keluar. Delila mengedikan dagunya sambil menyeringai. Dalam hati ia bersyukur dan berharap Kitsune tidak dapat ditemukan.

"Kalian g0blok! Sampai dia hilang aku bunuh kalian semua!" teriak Alex lantang. Ia memukul pengawal yang berada di dekatnya.

"Panggil polisi..."

"Tapi tuan, nona tawanan.. "

Alex terhenyak, ia baru sadar, Kitsune seorang tawanan. Air mata lelakinya jatuh bergulir. Ia seakan terhempas dan tidak mampu menahan kesedihannya.

"Kumpul kalian!" perintahnya dengan suara serak.

Semua pengawal dan pelayan ketakutan, mereka juga merasakan kesedihan yang dialami tuannya.

Jantung Delila berdebar, ia cepat-cepat menghilang dari rumah itu. Ada rasa takut kalau Alex akan membunuhnya. ia harus cepat menghindar.

Ia setengah berlari menuju Carport, Delila buru-buru naik ke mobil. Untung semua pengawal dan pelayan sedang berkumpul, jadi tidak ada yang melarangnya pergi.

Tidak sia-sia mengamuk, ujung-ujungnya Kitsune kabur. Semoga p3l4k0r itu m4ti saja. Umpat Delila sambil memacu BMW kesayangannya keluar dari desa Samurai.

"Kemana saja kalian sudah mencari?" suara Alex parau. Ia todak malu menangis sesekali ia menyeka air matanya.

"Kami mencari keliling di rumah ini, tidak ada tanda-tanda nona berada di rumah ini yang membuat saya tidak habis pikir, Ria. Ratih, Sri, juga tidak ada. Seolah mereka melarikan diri." ucap Nyoman hati-hati.

"Menurut kalian mereka bersekongkol, ini sudah direncanakan, begitukah? Berarti mereka menipu aku selama ini. Beraninya mereka melakukan ini kepadaku." ujar Alek dengan kemarahan terpancar dari wajahnya.

"Bibi juga menghilang, tuan. Mungkin tuan sudah di kasi tahu. Saya berpikir ada musuh di dalam selimut. Apa yang harus di kakukan?"

"Panggil Delila, aku yakin dia sengaja membuat keributan supaya Kitsune bisa berlari. Bisa jadi dia otak kericuhan ini." perintah Alek dengan suara tinggi.

"Saya melihat nona Kitsune seperti orang bingung, kemudian Sri menarik tangannya dan mengajaknya keluar."

"Aku heran kenapa kalian tidak melarang Sri mengajak Kitsune. Kita tidak.mungkin melaporkan atau mengakui pernah ada Kitsune disini. Aku sungguh menyesal."

"Sebaiknya tuan menyewa agen rahasia untuk mencari nona. Untuk sementara saya dan teman-teman akan mencarinya di rumah Sri, Ratih, Ria atau ke rumah bibi dan ke tempat keluarga nona Kitsune."

"Baiklah, kita saling menghubungi, kalian cepat mengerahkan semua pengawal."

Alex terus marah-marah, memaki semua orang. Dia marah sejadi-jadinya.

"Tuan, silahkan minum dulu. Sebaiknya tuan menelepon tuan Ary atau Saka." usul Tusty.

"Tusty, apa kau melihat Sri menarik tangan Kitsune?"

"Tidak tuan." Tusty menggeleng.

Alex menatap pelayannya penuh harap, ia putus asa ketika mengalami musibah ini. Ia berharap seseorang bisa menolongnya.

Tusty menunduk, ia tidak berani bicara, walaupun ia tahu rahasia itu, karena Sri adalah teman satu kamarnya.

Ia juga tahu bibi sengaja dibakar oleh tuan Ary. Sri juga yang memberitahukannya. Tapi kalau ia membuka rahasia itu, tuan Ary akan membunuhnya.

"Maaf tuan saya tidak tahu apa-apa."

"Ya, tidak apa-apa." sahut Alex datar.

Ia berharap ini sebuah mimpi, tapi kenyataan tetap menampar dirinya. Ingin sekali ia memb*nuh semua orang yang tidak memperhatikan saat Kitsune di ajak lari.

*****