Pernikahan Pewaris Tunggal

Semua para pengawal langsung berlari mengambil alih berderet di depan pintu rumah menunggu kedatangan tamu spesial dari tuan rumah mereka. bahkan semua makanan di meja sudah tersaji begitu banyak, semua itu mama Delia juga pelayan menyiapkan makanannya. Ia begitu tidak sabar menunggu kehadiran calon mantunya.

Tidak cukup lama terdengar suara rombongan mobil jemputan tuan Zeen memasuki gerbang rumah yang telah terbuka.

Pak Hamid datang menghampiri, "Tuan, nyonya rombongan tuan Zeen telah sampai." Pak Hamid menyampaikan.

Zafano kala itu berdiri merapihkan dasinya. "kalau begitu kita bersiap - siap untuk menyambut mereka." ujar Zafano.

"Terus Darren kok gak ada keliatan dari tadi pagi...." ujar Delia mencari keberadaan putranya tidak ia temukan sama sekali sedari sepulang sekolah.

"Biar Ryan yang memanggil Darren." Ryan pun memutuskan untuk berjalan menaiki tangga menuju kamar sepupunya.

sementara diluar Zeen juga yang lainnya keluar dari mobilnya. Penampilan pakaian mereka sederhana tetapi begitu elegan.

Zafano dan Delia menyambut mereka dengan antusias, mereka saling menjambak tangan juga berpelukan. sedangkan nenek Ayse tiada hentinya menatap pada gadis yang berdiri dibelakang ayahnya.

"Saya begitu senang kalian mengundang saya ke perjamuan makan malam dirumah tuan sama nyonya." ujar Zeen tersenyum penuh kebahagiaan.

"ya sudah kalau begitu kita masuk, tidak enak ngobrol diluar terlalu lama..." Zafano mempersilahkan Zeen masuk ke dalam rumahnya yang besar dan mewah.

"ayo Anna." Delia menarik lengan putrinya.

Anna berjalan masuk ke dalam rumah beriringan, matanya tiada hentinya menatap ruangan itu. "besar banget, gak kayak di rumah kecil sempit cuma ada empat ruangan.. kalau ini tinggal sekampung mah cukup malahan. andai kedua orang tua gue kayak gini..." gumam Anna mengagumi rumah semewah yang ia lihat.

"Ayo silahkan duduk," ucap nenek Ayse.

"Ini ya pengantin wanitanya, cantik banget suamiku benar benar pintar memilih calon mantu udah baik, cantik lagi.." nenek Ayse memuji Anna , mengelus lembut rambut gadis itu.

Anna hanya terkekeh dengan pujian nenek Ayse padanya. "Makasih nek, sebelumnya baru pertama kali saya di puji apalagi itu seorang nenek." ujar Anna.

Anna pun kembali duduk di antara ayah dan mamanya, ia mendekat dan berbisik di telinga ayahnya. "Yg, emangnya ini acara makan malam ya?" bisik Anna mengundang perhatian disekitarnya.

"Kamu beneran pengen tahu?" tanya mama Ratna yang memang mendengar bisikan putrinya.

Anna pun mengangguk.

"Masa kamu gak tahu ini acara pertunangan mu dengan orang yang mau dijodohin sama kamu." ujar mama Ratna lebih baik jujur ketimbang membuat Anna penasaran.

"whatt? tapi Anna, belum setuju mama, ayah kenapa harus secepat ini..." bisik Anna terkejut dengan apa yang ia dengar.

"sudah kamu diam aja, gak usah protes." tegas ayah Zeen.

...

Darren belum saja keluar dari kamarnya, ia begitu gugup hari ini akan bertemu dengan calon istri nya. Padahal ia sudah tahu siapa wanita yang akan menjadi istrinya itu.

"tok, tok," suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Ia menatap pada pintu siapa yang mengetuk pintunya.

"Darren ini gue, buka pintunya!" Darren mendegar siapa pemilik suara itu segera berjalan membuka pintu.

"Ada apa?" tanya Darren.

"lah malah balik nanya, gimana sih. udah ditungguin di bawah, malah diam di kamar."

"ya,"

"ya apa?"

"gak ada apa-apa, ya udah gue keluar sekarang...tunggu dulu gue ambil sesuatu dulu..." Darren pun kembali mengambil kotak yang ditinggalkannya di atas meja lalu ia kembali keluar sebelum pergi menutup pintu kamarnya.

Mereka berdua pun menuruni tangga bersamaan, seketika dari arah bawah pandangan Anna terhenti pada dua orang yang dia sangat kenalinya.

"Darren, Ryan."

•

•

Jangan lupa like jempolnya dan dukung terus karya aku sekian terima kasih banyak 🌼