Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.
Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.
Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.
Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.
Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 : MEMBELI PAKAIAN UNTUKMU
Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan antara Adrian dan Naomi. Adrian memilih fokus mengemudi sementara Naomi terkurung dalam pikiran buruk. Sekarang dia benar-benar jatuh ke dalam lubang yang tak terlihat ujungnya. Dan entah monster macam apa yang menunggunya dalam kegelapan.
Sesekali gadis itu melirik Adrian. Pria datar dan misterius yang sudah merebut satu-satunya harta paling berharga dalam dirinya.
Adrian sadar sejak tadi Naomi sesekali memandangnya. Namun, dia seakan tak peduli.
“Ayo turun!” perintah Adrian.
Naomi menatap bangunan besar di hadapannya. Sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota itu.
“Kita mau apa di sini, Tuan?” Naomi memberanikan diri bertanya.
“Membeli pakaian untukmu.”
Adrian turun lebih dulu, kemudian disusul Naomi di belakang punggungnya. Naomi harus berlari kecil mengikuti langkah Adrian yang cepat. Dia cukup kesulitan berjalan, sebab aktivitas berat semalam masih menyisakan rasa aneh pada pangkal pahanya.
“Kenapa jalanmu lamban sekali?”
“Maaf, Tuan.”
Tiba di sebuah toko pakaian, Naomi terheran karena dirinya langsung dilayani bagaikan seorang putri. Sedangkan Adrian memilih duduk di sofa. Menunggu di depan ruang fitting sambil memainkan ponselnya.
“Saya bisa mengganti pakaian sendiri, Nona. Tidak usah dibantu,” ucap Naomi pada wanita yang melayaninya.
“Panggil saja saya, Carmen, Nona. Tidak apa-apa. Ini sudah tugas saya untuk melayani Anda.”
“Ta-tapi—” Naomi memeluk kuat-kuat blazer milik Adrian yang digunakan untuk menutupi bagian dadanya yang terbuka.
“Sudah, tidak apa-apa, Nona. Kalau saya tidak melayani Anda dengan baik, saya pasti akan dipecat,” ucapnya sedikit memaksa.
Sontak mulut wanita itu ternganga saat menatap bagian dada Naomi yang dipenuhi tanda merah. Membuat Naomi menunduk malu.
Wanita ini sampai heran begitu melihat tanda merah di tubuhku. Aaa rasanya aku mau bersembunyi saja. Anda keterlaluan, Tuan Adrian.
“Ma-af, tanda ini ....” ucap Naomi malu-malu.
“Ah, tidak apa-apa, Nona. Saya mengerti,” potong wanita itu cepat. Dia hanya bertanya-tanya dalam hati tanpa berani mengeluarkan dari bibirnya. Salah bicara sedikit saja bisa tamat riwayatnya di tangan Tuan Adrian Marx.
Sebenarnya gadis ini siapanya Tuan Marx? Apa mereka baru saja menghabiskan malam bersama? Oh, ya ampun!
............
“Tuan Marx, bagaimana penampilannya?”
Adrian menatap Naomi dari ujung kaki ke ujung kepala. Dress selutut berwarna lembut itu membuat penampilan Naomi tampak elegan.
Dia lumayan manis kalau menggunakan pakaian yang bagus.
“Bagaimana, Tuan?” Sang karyawati toko mengulang pertanyaannya ketika Adrian tak kunjung menjawab.
“Jelek! Aku tidak suka!” ketusnya. “Ganti yang lain!”
Naomi dan wanita yang melayaninya tampak saling lirik dengan heran, sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam ruang fitting untuk mencoba pakaian lain.
“Kalau yang ini bagaimana, Tuan?”
Adrian kembali memandangi Naomi tanpa berkedip. Kali ini gadis itu tampak glamor dengan dress pendek yang memamerkan lekukan tubuhnya.
“Ini lebih jelek dari yang tadi? Kenapa seleramu seburuk ini?”
"Ma-afkan saya, Tuan!" Wanita itu membungkukkan kepala cepat. "Saya akan memilihkan yang lain. Mari, Nona. Masih banyak pilihan lainnya."
Naomi menghembuskan napas panjang. Kemudian kembali menyeret kakinya memasuki ruang fitting dengan pasrah. Bahkan hingga beberapa kali mengganti pakaian dengan gaya berbeda, tak ada satu pun yang disukai Adrian.
"Nona Carmen, biar saya saja yang memilih."
"Ta-pi ...."
"Tidak apa-apa. Sepertinya selera Tuan Adrian itu cukup aneh," ucap Naomi.
Heh, berani sekali dia berkata seperti itu tentang Tuan Marx. Kalau dia sampai mendengarnya, habis kamu! batin Carmen.
Naomi lalu memilih pakaian sesuai seleranya. Dia yakin Adrian tidak akan menyukainya penampilannya kali ini. Dan mungkin, pria itu akan membuangnya saat itu juga.
"Jangan, Nona. Saya mohon jangan berpakaian seperti ini di hadapan Tuan Marx. Saya bisa dipecat oleh bos saya kalau Tuan Marx sampai marah."
Namun, Naomi tak memerdulikan ucapan Carmen. Ia berjalan dengan santai keluar dari ruang fitting.
Tamat riwataku. batin Carmen.
“Tu-tuan Marx ... Ka-lau yang sekarang bagaimana?” tanya wanita itu sedikit takut.
Adrian melongo tak percaya memandangi Naomi dari ujung kaki ke ujung kepala. Gadis itu tampak sangat culun dengan perpaduan mini skirt dan atasan berbahan rajut yang diselip ke dalam. Sangat culun.
“Bagus, aku lebih suka yang ini. Seleramu lumayan keren.”
Hah?
“Terima kasih, Tuan. Anda terlalu berlebihan memuji,” jawab wanita itu dengan menunjukkan senyum.
Apanya yang keren? Nona ini jadi terlihat semakin culun. gerutunya dalam hati.
"Berikan beberapa stel pakaian seperti itu," perintah Adrian.
"Baik, Tuan. Mari Nona, saya akan memilihkan beberapa motif dan warna yang berbeda."
Naomi mengangguk pasrah, lalu berjalan di belakang karyawati toko itu tanpa suara.
Ada apa ini? Aku pikir dia akan langsung membuangku ke jalan. Kenapa dia malah bilang ini bagus? batin Naomi.
Sementara Adrian menutupi seringainya dengan jari kala mendapati ekspresi kesal yang terpancar jelas dari wajah Naomi, meskipun berusaha ditutupinya.
“Kenapa gadis kecil ini jadi sangat menggemaskan?”
............
“Tidak usah terlalu banyak. Saya akan ambil beberapa lembar saja.”
Naomi melihat tumpukan belanjaan di meja kasir.
“Tidak apa-apa, Nona. Tuan Marx yang meminta. Silahkan memilih yang lain lagi.”
"Sudah cukup, Nona Carmen. Terima kasih."
“Hey lihat, siapa yang kutemui di sini?” Suara tak asing yang tiba-tiba hadir berhasil mengalihkan perhatian Naomi. Tampak seorang wanita anggun dan cantik berdiri tepat di hadapannya dengan tatapan meremehkan.
"Nona Haylea?"
Naomi mematung menatap wanita yang merupakan mantan majikannya itu. Beberapa tahun lalu, Naomi dipecat secara tidak terhormat karena dituduh mencuri. Meskipun Naomi mati-matian menolak tuduhan itu.
“Naomi Claire. Sedang apa kamu di sini, gadis kampungan?”
Naomi memilih untuk diam dan menghindar. Membuat Haylea menatap meja kasir yang penuh dengan belanjaan.
“Wah, sugar daddy mana yang berhasil kamu rayu sampai bisa berbelanja sebanyak ini? Gadis miskin sepertimu tidak mungkin bisa membeli pakaian di sini bahkan walaupun hanya dalaman saja, kan?”
"Maaf, Nona. Tolong jangan membuat keributan di sini." Carmen mencoba memperingatkan Haylea. Namun, wanita itu tak mengindahkan sama sekali.
"Haha .. tentu saja, aku akan pergi setelah membayar belanjaanku. Kalian tahu, aku pikir tempat ini hanya untuk kalangan kelas atas. Tapi sepertinya aku salah, karena gadis kampungan sepertinya bisa berbelanja di sini."
Haylea memberikan kartu tanpa batas miliknya pada kasir dengan gaya sombong. Masih dengan tatapan yang sangat merendahkan Naomi. Dia akan membayar belanjaannya lalu pergi setelah mempermalukan Naomi.
“Maaf, Nona. Kartunya tidak bisa digunakan,” ucap sang kasir seraya mengembalikan kartu.
“Apa maksudmu? Kemarin aku masih bisa berbelanja dengan menggunakan kartu itu.” Haylea kemudian mengeluarkan kartu lainnya. “Coba yang ini saja!”
Sang kasir pun mencoba menggunakan kartu lainnya. “Maaf, tapi ini juga tidak bisa.”
Sepasang mata biru milik Haylea membulat. Ia menatap kasir dengan wajah merah padam.
“Apa Adrian memblokir semua kartunya?”
............