Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"
Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.
Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.
Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?
Temukan jawabannya hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-Gara Achel
"Gara-gara Achel nih, aku jadi dikeroyok sama teman-temannya. Punya sahabat satu di negara ini, nggak ada benarnya itu otaknya. Dari dulu nggak berubah,"
"Untung berhasil kabur. Kalau ketangkap, bisa jadi ayam geprek." gumam Susan yang kini merapikan seragam sekolahnya setelah berhasil lari dari kejaran penggemar couple goals Rachel dan Ronand.
Tak disangka oleh Susan, bahwa ada yang berpikiran bahwa Ronand dan Rachel pacaran. Bahkan sebelum Rachel datang, ia sudah mendengar semua itu. Ia sudah memberitahu dengan mengelak jika mereka berpacaran. Namun anehnya, mereka tak percaya dengan ucapannya.
"Apa yang dibuat sama si Rachel dan Ronand di sekolahnya itu? Kok bisa semua orang menyangka mereka berpacaran? Aneh sekali. Sepertinya ada yang berusaha mereka sembunyikan," gerutunya sambil menghela nafasnya kasar.
"Hapus itu keringat di dahimu, Nona." Ada sebuah sapu tangan di sodorkan di depan wajah Susan. Hal itu membuat Susan yang sedang menggerutu sangat terkejut. Bahkan ia langsung menatap ke arah sang pemberi sapu tangan itu.
"Ah... Iya, terimakasih." Susan menerima sapu tangan itu dan mengusapkannya pelan pada dahinya yang berkeringat.
"Jangan menggerutu di jalanan. Lihat depan, kanan, dan kiri. Fokus, khawatirnya ada kejahatan yang mengintai." peringat seorang remaja dengan menggunakan kemeja biru dan kemudian melangkahkan kakinya pergi.
"Siapa namamu Kakak sapu tangan?" seru Susan yang ingin tahu nama dari pemberi sapu tangan itu. Namun jaraknya sudah lumayan jauh sehingga kemungkinan laki-laki itu tak mendengarnya.
"Walaupun mukanya datar dan kaya ketus gitu, tapi dia perhatian sama sekitar."
"Ah... Andai Abang Ronand juga begitu. Pasti aku udah jingkrak-jingkrak kesenangan," ucap Susan yang berharap jika sosok laki-laki yang memberikannya sapu tangan ini adalah Ronand.
Eh...
"Kakak, Mas, Bapak... Ini sapu tangannya aku kembalikan kemana?" teriak Susan saat menyadari kalau dia bukannya malah tanya nama namun harus dikembalikan kemana sapu tangan ini.
"Wah... Nggak dengar dia. Tapi arahnya ke tempat olimpiade. Apa dia panitianya? Nggak mungkin sih, orang masih muda gitu. Juga kayanya seumuran denganku," gumamnya saat melihat kemana arah jalan dari pemuda itu.
"Biarlah. Nanti kalau ketemu lagi, aku kembalikan. Aku cuci dulu," lanjutnya yang kemudian memilih pulang ke rumah.
Rasanya Susan menikmati perjalanannya kali ini. Kembali ke tanah kelahirannya dengan perubahan kota yang sangat terasa. Jalanan macet, asap kendaraan, dan debu jalan semua menjadi satu. Berbeda dengan negara yang ia tinggali selama beberapa tahun terakhir.
"Tapi aku lebih nyaman di sini. Punya teman dan keluarga yang baik juga tidak egois," gumam Susan sambil memejamkan matanya. Ia sungguh merasakan kelegaan setelah kembali ke negaranya ini.
***
"Sorry... Aku telat,"
Huh... Huh...
Seorang pemuda dengan nafas terengah-engah karena sehabis berlari berhenti di depan Rachel dan Ronand. Dia adalah Gema yang berlari dari jalan besar ke gedung tempat olimpiade dilaksanakan karena motornya mogok. Malas mencari dan pesan ojek, akhirnya dia memilih berlari.
Gempa...
Mana ada gempa?
Mana? Ayo lari,
Hindari gedung dan bangunan,
Plakkk...
"Udah dibilang jangan panggil aku gempa di tempat umum. Jadi pada panik kan? Kasihan lho mereka," omel Gema pada Rachel yang hanya cengengesan tanpa rasa bersalah.
Padahal semua orang sudah berhamburan keluar gedung karena seruan Rachel itu. Namun kepanikan itu hanya sebentar saat Ronand meminta tolong Pak Bekti untuk konfirmasi bahwa tidak ada gempa. Hal itu membuat semua orang yang berlarian sangat kesal.
Huuu...
Bikin panik orang aja,
Bencana jangan buat bercandaan,
Siapa juga yang menjadikannya candaan? Orang benar dia namanya gempa kok,
"Abang, ayo pulang. Achel malu nih," Rachel langsung menyembunyikan wajahnya di balik punggung Ronand. Apalagi melihat tatapan semua orang yang mengarah padanya.
"Makanya jangan iseng jadi orang. Nyawa lho ini. Kasihan pada panik dan lari-larian. Kalau sampai ada yang jatuh, kan bahaya." tegur Ronand pada kembarannya itu.
"Ayo pulang," rengeknya pada sang kembaran. Ia tak mau terus disudutkan.
"Lho... Udah selesai olimpiadenya?" tanya Gema yang bingung dengan ajakan Rachel pada Ronand.
"Udah. Kamunya aja yang telat. Kemarin udah tak bilang buat ikutan datang pagi kan? Ini mah udah siang," omel Rachel membuat Gema hanya bisa menghela nafasnya pelan.
Gema menatap Ronand untuk meminta pertolongan. Apapun alasannya, pasti ia akan disalahkan oleh Rachel. Padahal ia juga tak bisa datang pagi karena harus bekerja, menggantikan Ronand. Bahkan ia saja hari ini sampai membolos sekolah untuk hadir dalam meeting penting.
"Gema gantikan Abang buat meeting penting. Ini biar duitnya ngalir terus ke rekening kamu," bisik Ronand pada Rachel. Ia tak mau ada orang mendengar bahwa ia sudah bekerja dan mempunyai asisten.
"Oke deh. Asal duit ngalir ke rekeningnya Rachel mah, semua aman." ucap Rachel dengan pelan.
Pada ngomongin apa mereka? Kok pada bisik-bisik,
Onty, Uncle... Mika kok ditindalin sih?
Ini Unclenya Achel,
Unclena Mika,
Achel...
Mika...
Achel...
Huaaaa...
Cengeng...
***
"Kamu culik dan bawa perempuan ini dalam waktu 24 jam. Aku mau dia sudah ada di sini paling lambat besok," ucap seseorang yang tengah menyuruh orang untuk menculik seorang perempuan sambil menyerahkan selembar foto.
"Keluarganya aman kan?" tanya orang yang disuruh menculik.
"Aman. Dia dari kalangan orang biasa. Walaupun kemarin sempat dijemput mobil mewah, tapi itu cuma sewaan aja." ucapnya dengan yakin.
Penculik itu tak mau ambil resiko untuk menculik seseorang yang keluarganya punya pengaruh besar. Yang ada mereka malah dalam bahaya. Bayarannya tak seberapa, namun akibatnya sangat besar.
"Bagus. Sepertinya ini perempuan lemah dan manja. Jadi mudah saja, 30 juta untuk menculik perempuan ini." ucap penculik itu yang setelah memikirkan bayaran yang pantas untuk penculikan ini.
"Oke, deal."
"Tapi kalau kalian gagal, harus kembalikan itu bayarannya." ucap seseorang itu.
"Ya nggak bisa dong. Paling enggak, kasih kita uang makan dan bensin." ucap penculik itu tak terima.
"Baiklah. Aku transfer sekarang,"
Ting...
Bunyi notifikasi masuk dari ponsel penculik itu membuat mereka tersenyum bahagia. Seseorang yang menculik itu sudah membayangkan jika dendamnya akan terbalaskan. Padahal belum tentu juga jika rencananya akan berhasil.
"Tapi hati-hati dengan pacarnya. Sepertinya pacarnya itu jago bela diri. Jadi pastikan kalian menculiknya saat sendiri," ucap seseorang itu memberikan peringatan.
"Dan satu hal, jika kalian tertangkap jangan pernah bawa-bawa namaku." lanjutnya.
"Siap... Asalkan bayaran sesuai," ucap penculik itu. Setelah semua deal, seseorang itu segera pergi dari sarang penculik dengan tersenyum penuh kemenangan.
"Dasar belagu. Aku pastikan kamu hancur dan semua orang menjauhimu," gumam seseorang itu yang kemudian masuk ke dalam mobil mewahnya.
lanjut thor...
SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...
JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃