Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Tekanan.
HAPPY READING...
***
Rehan duduk di sofa panjang. di depannya beberapa minuman telah berjajar rapi beserta gelas kecil yang masih terlihat bersih menandakan belum ada yang menggunkannya.
Di lantai bawah tempat itu, musik berputar keras memekakan telinga. semua orang mengoyangkan tubuhnya seirama dengan alunan musik Dj. tapi Rehan memilih tempat yang tertutup karena merasa lebih nyaman.
1 jam berlalu, tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Rehan kembali mengisi gelas kecilnya dengan minuman bening berbau keras di atas meja. menenggaknya tanpa ragu hingga sensasi panas itu menjalar melewati pangkal tenggorokannya. menyisakan rasa pahit dan bau yang menusuk indra penciumannya.
"Ada masalah apa?". sebuah pertanyaan diiringi dengan derap langkah kaki seseorang mengalihkan perhatian Rehan. membuat pria itu menengok ke arah sumber suara, yang ternyata adalah Sandi.
pria itu datang sendiri, membuat Rehan penasaran.
"Kau datang sendiri? dimana Rio?" ucap Rehan. padahal kedatangan Rio sangat ia nantikan. karena pria itu lebih bijak dibandingkan dengan sahabat Rehan yang satu ini.
"Entah... dia memintaku datang lebih dulu..." jawab Sandi mengatakan apa yang Rio katakan lewat telepon beberapa saat yang lalu.
Berbeda dengan Sandi. Rio telah berkeluarga dan baru menjadi seorang Ayah. jadi tentu saja ada momen dimana Rio lebih suka berada di dekat anaknya saat ini.
"Kau terlihat kacau..." keluh Sandi. melihat Rehan yang tidak seperti biasanya. pria itu terlihat tertekan akan suatu hal.
"Benarkah?" Rehan tak yakin dengan ucapan Sandi barusan.
"Kalian bertengkar?" selidik Sandi. karena ia tau bagaimana hubungan Rehan dan istri barunya itu. mungkin saja saat ini Rehan telah bertengkar dengan Mika.
"Tidak..." jawab Rehan.
Ia memang tak bertengkar dengan Mika. toh apa yang harus dipertengkarkan? mereka tidak saling menggunakan perasaan satu sama lain.
pernikahannya juga sebatas bisnis saja. dimana semua itu keinginan Kakek. Ya.. walaupun baik Rehan maupun Mika tak pernah tau bagaimana akhirnya nanti. tapi yang jelas, unyuk saat ini mereka masih baik-baik saja.
"Kau tidak minum?" tanya Rehan. tanpa mendapat persetujuan dari Sandi, pria itu langsung menuang isi minuman ke gelas kecil dan memberikannya pada Sandi untuk segera diminum.
"Ponselmu bunyi, Rey..." ucap Sandi memberitahu setelah tak sengaja melihat layar ponsel sahabatnya berkedip beberapa kali. menandakan ada sebuah panggilan masuk.
Rehan hanya sekilas melihat siapa yang meneleponnya. "Biarin..." ucapnya tak berniat untuk menerima telepon untuk saat ini.
dan pembicaraan antara Sandi dan Rehan pun berlanjut.
Rio pada akhirnya datang. walaupun sangat terlambat dari waktu yang mereka sepakati.
"Cukup Rey, kau sudah terlalu banyak minum.." ucap seorang sahabat yang benar-benar peduli pada keadaan Rehan.
terlihat 2 botol minuman telah habis. dan mungkin saja pelakunya adalah Rehan sendiri. mengingat diantara mereka hanya wajah Rehan yang terlihat memerah karena mabuk.
"Aku baik-baik saja..." jawab Rehan. bahkan jauh lebih baik saat ini dibandingkan hari-hari sebelumnya.
"Kalian tau, aku ingin meninggalkan negara ini dan kembali ke Luar negeri..." ungkap Rehan. entah itu sebuah gurauan atau memang keinginan pria itu.
"Bukankah orang tuamu menginginkan kau menetap disini?". Rio mendengar semua yang terjadi di keluarga besar Rehan.
dan Rio yakin kalau Rehan tak akan pernah diijinkan untuk kembali ke Luar negeri, ditambah dengan Rehan yang sudah menikah.
"Agghhh.. aku benci kondisi seperti ini..." umpat Rehan meluapkan rasa kekesalan hatinya.
semua yang terjadi benar-benar membuat dirinya merasa tidak nyaman.
"Bagaimana dengan Istrimu?".
"Mika maksudmu?" tanya Rehan. Mika... memang siapa dia sampai aku harus mengingatnya? aku tidak peduli padanya!
"Entahlah..".
Tak banyak pertanyaan yang bisa Rio ajukan. mengingat saat ini Rehan terlihat tidak baik-baik saja.
"Ayo aku antar pulang..." ucap Rio.
akan lebih baik jika Rehan pulang sekarang. pria itu bisa beristirahat lebih awal.
"Nanti saja.." tolak Rehan. membuat Rio yang tadinya sudah berdiri kembali mendudukkan tubuhnya.
Berhenti untuk mencampuri urusanku Ren! kau itu bukan siapa-siapa ku!
Ucapan Mika beberapa saat yang lalu kembali terngiang di kepala Rehan. ucapan Mika yang benar-benar kasar dan menyakiti egonya. padahal Rehan hanya mengingatkan Mika untuk tidak terlalu dekat dengan pria manapun. bukan Rehan melarang, hanya saja bagaimana jika ada yang melihat kedekatan Mika dengan pria lain. sedangkan secara fakta ia sudah menikah.
Rehan hanya mengingatkan untuk selalu waspada. apalagi anak buah Kakek tentu saja tersebar dimana-mana.
Si*lan! umpat Rehan dalam hati.
"Ini sudah malam dan kasihan Mika jika harus menunggumu selarut ini..." ucap Rio. pria itu hanya membayangkan akan sekhawatir apa istri di rumah. Rio juga punya seorang istri. bahkan istrinya itu selalu khawatir jika dirinya pulang sampai larut malam.
"Dia pulang ke rumah orang tuanya..." ucap Rehan keceplosan.
"Apa? pulang? kalian bertengkar?" Sandi benar-benar terkejut mendengarnya. padahal tadi saat ia bertanya, Rehan menjawab tidak ada pertengkaran apapun yang terjadi. jadi semua itu hanya kebohongan saja?
Mika dan Rehan benar-benar bertengkah?
"Dia itu keras kepala... tidak bisa diatur... agghh... sudahlah, aku malas membahasnya..." kesal Rehan. bahkan amarahnya kembali meluap mengingat semuanya.
----
Sedangkan di tempat lain. Mika pulang sambil menangis. gadis pulang menggunakan Taxi. dimana kepulangannya itu tentu saja membuat orang tuanya terkejut. ditambah dengan putrinya yang pulang sendirian tanpa Rehan.
"Mika tidak bisa Yah... Mika tidak bisa menjalani semua ini... Mika tidak mau...".
mendengar sang putri menangis, hati orang tua mana yang sanggup? bahkan wajah Ayah Adam seketika memerah. walaupun tak melihat luka apapun di tubuh Mika, tapi Ayah tau sesakit hati apa putrinya sampai pulang semalam ini dengan keadaan menangis.
"Ayah akan menghubungi Mas Bima..." ucap Ayah dengan tegas. sedangkan Mika bersama Ibunya. menangis tersedu-sedu.
"Apa Rehan menyakitimu, Nak?". Ibu terus mengamati tubuh putrinya. dari wajah ke tangan sampai kaki. memastikan di area mana Mika mendapatkan perlakuan buruk dari pria itu.
"Tidak bu, Rehan tidak memukulku sama sekali.." ucap Mika. ia hanya menangis karena ucapan Rehan tadi.
Mika hanya sedih mendengar Rehan meninggikan suaranya.
Malam itu juga Papa Bima dan Mama Reta mendatangi kediaman Ayah Adam.
melihat keadaan Mika secara langsung. walaupun semua itu disembunyikan dari Kakek karena takut akan menggangu kesehatan beliau.
"Biar Papa yang bicara padanya nanti..." ucap Papa Bima.
"Jangan Mas.. ini sudah malam, besok saja... dan untuk Mika, biar tidur di sini malam ini..." ucap Ayah Adam. Mika akan lebih baik bersama orang tuanya disini.
"Jangan khawatir sayang, biar Mama yang bicara pada Rehan besok... jangan menangis lagi..." ucap Mama Reta.
karena pertengkaran dalam sebuah hubungan memanglah wajar.
asal ada penyelesaian dalam pertengkaran itu dan tidak berlarut-larut.
Mama Reta yakin kalau semuanya akan baik-baik saja nanti.
"Jangan terlalu keras pada Rehan, Mas..." ucap Ayah Adam. karena ia juga seorang ayah. dan menurutnya, didikan Kakaknya itu telalu keras. yang mana akan merugikan nantinya.
Papa Bima tersenyum sambil menyentuh pundak adiknya. seolah bilang tak usah mengkhawatirkan apapun.
"Aku pulang dulu Dam..." pamit Papa Bima.
"Iya.. Hati-hati Mas...".
Di perjalanan pulang.
Papa Bima menyetir mobil sendiri dengan Mama Reta duduk di sebelahnya.
"Mama heran dengan jalan pikiran Rehan..." keluh Mama Reta.
"Itu karena Mama terlalu memanjakannya..." keluh Papa juga.
Karena Mama Reta yang selalu memanjakan Rehan, pria itu tumbuh menjadi sosok yang begitu seenaknya.
***