NovelToon NovelToon
Sarjana Terakhir

Sarjana Terakhir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Andi Budiman

Siang ini udara panas berembus terasa membakar di ruas jalan depan gerbang Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Matahari meninggi mendekati kulminasi. Suara gaduh di sekeliling menderu. Pekikan bersahut-sahutan, riuh gemuruh. Derap langkah, dentuman marching band dan melodi-melodi bersahutan diiringi nyanyian-nyanyian semarak berpadu dengan suara mesin-mesin kendaraan.

Rudi salah satu laki-laki yang sudah tercatat sebagai mahasiswa Unsil selama hampir 7 tahun hadir tak jauh dari parade wisuda. Ia mengusap peluh dalam sebuah mobil. Cucuran keringat membasahi wajah pria berkaca mata berambut gondrong terikat ke belakang itu. Sudah setengah jam ia di tengah hiruk pikuk. Namun tidak seperti mahasiswa lain. Pria umur 28 tahun itu bukan salah satu wisudawan, tetapi di sana ia hanya seorang sopir angkot yang terjebak beberapa meter di belakang parade.

Rudi adalah sopir angkot. Mahasiswa yang bekerja sebagai sopir angkot....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Budiman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Pertemuan Kedua

Dulu Kiyai Abdussalam tak hanya mengajarkan tauhid, namun berpesan pula pada santri-santri bahwa jangan sekali-kali meninggalkan sholat. Pesan beliau amat membekas di hidup Rudi. Meski tampak banyak penumpang, Rudi berusaha sekuat mungkin menolak godaan untuk menunda sholat. Bila adzan berkumandang, dan ada kesempatan, secepatnya Rudi akan mampir di masjid-masjid terdekat.

Seperti kali ini, usai menurunkan penumpang Rudi berhenti. Adzan berkumandang di mesjid Universitas Siliwangi. Rudi melangkah ke mesjid untuk melaksanakan sholat dzuhur. Mesjid itu ada di area kampus, namun tak jauh dari gerbang utama. Pintu masuknya sebelah dalam, Rudi pun mengambil jalan memutar, maka tampaklah siang itu area kampus Unsil yang luas.

Tak jauh dari mesjid gedung rektorat menjulang tinggi. Sejajar dengannya tampak gedung aula serba guna. Melihat gedung itu dada Rudi bergetar. Teringat kembali kala pertama mengikuti kuliah di gedung itu. Ialah kuliah umum yang diikuti ratusan mahasiswa baru dari tiap fakultas. Saat itu yang memberikan kuliah adalah seorang guru besar.

Profesor DR. Pardiman Saidi, begitu pria berkharisma penyaji kuliah umum itu diperkenalkan. Usianya enam puluh tahun lebih. Orangnya sudah beruban. Perkataannya singkat-singkat, namun memiliki makna yang dalam.

Saat itu Sang Profesor menggiring para mahasiswa untuk giat menuntut ilmu, bahkan mengaitkan setiap bidang ilmu dengan Tuhan, sebab hakikatnya setiap ilmu bertujuan untuk pengabdian, dan pengabdian tertinggi adalah pengabdian kepada Tuhan. Akan terasa pincang jika ilmu pengetahuan apa pun tidak dilandasi keimanan dan tujuan tersebut.

Begitulah Profesor Pardiman menanamkan prinsip kepada para mahasiswa baru saat itu. Membuat Rudi terinspirasi. Sedikit banyak, Sang Profesor memiliki kemiripan prinsip dengan Kiyai Abdussalam. Beliau dan Kiyai Abdussalam sama-sama memandang keterkaitan ilmu pengetahuan dengan pengabdian dan keimanan kepada Tuhan. Kuliah umum yang disampaikan Profesor Pardiman membuat Rudi semakin cinta akan pendidikan tinggi yang akan dijalaninya kala itu di Jurusan Pendidikan Biologi.

Waktu itu dalam sesi tanya jawab, muncullah seorang mahasiswa yang dengan berani bertanya. Di depan aula mahasiswa itu sempat berdiskusi dengan Sang Profesor dan si mahasiswa pun mengemukakan beberapa pendapat dalam suatu bidang ilmu seolah-olah sengaja menunjukkan bakat dan kemampuan di depan Sang Profesor dan seluruh mahasiswa.

Ada gurat tercengang dan kagum di wajah Sang Profesor kala menyaksikan mahasiswa ini berbicara dan berpendapat. Namun kala menangkap sedikit kesan pongah, ia tertunduk. Tetapi Sang Guru Besar berkharisma itu tetap menghargai. Maka ia pun menyambut baik setiap pendapat dan gagasan yang dikemukakan.

Sejak unjuk keberaniannya bertanya, berdiskusi dan mengemukakan pendapat di depan khalayak ratusan orang pada kuliah umum, mahasiswa itu mulai dikenal. Begitu pula dengan Rudi. Rudi mengenalnya. Bahkan kemudian satu jurusan dan sekelas dengan Rudi. Semakin lama memasuki masa-masa kuliah, mahasiswa itu pun semakin terkenal. Kecerdasannya memang di atas rata-rata. Selain itu ia begitu mendominasi dan menonjolkan diri.

Nama mahasiswa itu adalah Edgar. Sejak tingkat dua Edgar telah dipercaya beberapa dosen untuk membantu menjelaskan materi kepada teman-temannya, meski terkadang cepat dan tidak terkejar, bersikap tak sabar serta kerap menyudutkan kebodohan mahasiswa lain.

Ketika naik ke tingkat empat kabarnya Edgar sudah diangkat menjadi asisten dosen. Kemudian setelah lulus mengambil kuliah magister di luar negeri dan saat kembali pulang Edgar menjadi dosen di Unsil dengan berbagai predikat gemilang dan sederet prestasi akademik yang mampu mengharumkan nama baik universitas.

Demikian sekilas memori Rudi kala mengikuti kuliah umum. Kilasan memori yang juga membuat ia teringat kembali kepada perjuangan ayahnya saat mengantar Rudi daftar ke perguruan tinggi, sekalian pesan beliau sebelum meninggal.

Rudi menghela nafas panjang. Ada rasa berat di dada kala mengingat pesan almarhum ayahnya soal kuliah Rudi sebelum meninggal. Jangan putus kuliah, kejarlah terus mimpimu, jangan menyerah! kata-kata ayahnya itu selalu terngiang dalam ingatan.

Rudi segera masuk pelataran mesjid. Tanpa disadari seorang perempuan melihat kedatangannya. Perempuan itu terkejut seraya memeluk mukena di tangan, lalu mendekati jendela. Beberapa detik kemudian Rudi menghilang di tempat wudhu.

Di tempat wudhu terpasang cermin. Rudi melihat bayangannya sendiri: seorang pria usia 28 tahun yang lelah karena beban hidup. Sesaat kemudian ia mengucap istighfar kala menyadari hatinya mengeluh. Rudi segera mengambil air wudhu.

Dari tempat wudhu Rudi bergegas mengisi shaf karena sholat berjamaah sudah dimulai. Dirasakan olehnya kesejukan saat melaksanakan sholat itu, seolah semua masalah sirna dalam sekejap. Selesai melaksanakan sholat Rudi beristirahat sejenak di teras mesjid.

Mesjid Universitas Siliwangi memiliki teras yang luas, letaknya di bagian timur. Teras itu menghadap sebuah ruas jalan masuk dari gerbang samping universitas. Dari sana terlihat bangunan posko kesehatan mahasiswa, pos satpam dan sebuah bank.

Di area ibadah wanita, si perempuan gusar mencari-cari sambil melipat mukena. Ia tampak cemas karena kehilangan laki-laki yang tadi dilihatnya. Namun tak butuh waktu lama perempuan itu berhasil menemukan laki-laki itu kembali.

Rudi duduk menyandar tiang mesjid di tepi teras bertingkat seraya melempar pandang ke ruas jalan sekitar bank dan posko kesehatan mahasiswa. Tampak di ruas jalan itu beberapa mahasiswa hilir mudik keluar masuk gerbang. Ada rasa rindu dalam hati Rudi, ingin kembali seperti mereka, seperti dulu. Duduk di bangku kuliah menyimak pengajaran dari para dosen biologi. Belajar ilmu anatomi, bioteknologi atau biokimia.

Bagi Rudi, saat-saat seperti itu adalah saat yang mendebarkan, karena ia akan semakin sering mengenal kebesaran dan kebijaksanaan Tuhan. Semakin banyak ia mengetahui kehebatan ciptaan-Nya, hukum-hukum-Nya yang bertebaran di alam, dan semakin ia terkesan, maka semakin memuncaklah kerinduannya kepada Sang Penguasa Alam. Semakin membumbung cintanya kepada Sang Pencipta. Sekalian hal itu pun kian membuka pintu rasa syukur di dadanya atas kehidupan ini.

Rasanya tak pernah puas dahaga dirinya akan ilmu-ilmu pengetahuan itu. Maka Rudi tak pernah bosan bergelut dengan buku-buku, merasa bahwa itu adalah bagian dari hidupnya yang tak terpisahkan.

Mata Rudi terpejam mencipta hening. Mengingat itu semua membuat ia benar-benar ingin kembali menjalani hari di ruang-ruang kelas. Namun meski Rudi sangat ingin kembali ke kampus, Rudi tetap merasa tak akan pernah bisa melanjutkan kuliah. Meskipun ibunya berpesan kepada Rudi supaya tak putus kuliah, kembali mengikuti pengajaran para dosen adalah suatu harapan yang sangat mustahil tergapai.

Dalam hening itu tiba-tiba ada suara memanggil.

“Abang…?”

Rudi berbalik dan terkejut. Dilihatnya Intan telah berdiri beberapa hasta darinya. Tak salah lagi, itu Intan. Rudi dapat mengingat wajah dan nama gadis itu dengan baik.

“Adek…?”

Mereka beradu pandang. Intan tampak lebih cantik daripada saat pertama kali bertemu. Ada debaran perasaan aneh yang Rudi rasakan di pertemuan kedua ini.

Wajah Intan bersemu merah dan terlihat gugup. Gadis itu tampak malu sekaligus senang karena bertemu Rudi lagi. Semenjak pertemuan awal, sudah lebih dari seminggu mereka tidak bertemu.

Seperti Rudi, Intan pun duduk di teras bertingkat dengan memberi jarak. Gadis itu membawa buku dan menyandang tas. Sesaat kemudian si gadis berkata :

“Abang masih ingat saya?”

“Iya, masih! Adek yang waktu itu naik angkot berdua sama teman Adek kan?” tanya Rudi.

“Iya! Abang bagaimana kabarnya?”

“Alhamdulillah, baik Dek! Adek sendiri apa kabar?”

“Alhamdulillah baik!”

“Syukurlah kalau Adek baik-baik saja!”

“Abang kok ada di sini? Apa Abang masuk kuliah lagi? Sudah tidak cuti lagi?” tanya Intan.

Rudi ingat waktu itu ia bercerita soal kuliahnya yang sedang cuti kepada Intan dan Resti. Tidak disangka saat ini Intan masih mengingatnya.

“Belum Dek! Abang masih cuti!” jawab Rudi.

Mendengar jawaban Rudi wajah Intan tampak kecewa. Rudi menyadarinya, ia pun berkata :

“Abang sebenarnya… ingin lanjut, tapi belum bisa.” imbuh Rudi seraya tersenyum getir.

“Iya Bang, semoga saja segera bisa!”

Rudi terdiam ragu, kemudian menyahut :

“Aamiin!”

Intan tersenyum.

“Tidak disangka kita ketemu lagi ya Dek!”

“Iya!” sahut Intan

“Sudah selesai kuliahnya?” tanya Rudi.

“Sudah Bang, sekarang lagi nunggu temen! Tapi masih setengah jam lagi!” jawab Intan seraya melirik ke arah ruang sekretariat DKM.

Rudi mengangguk-angguk.

“Oh iya, rasanya kita belum sempat berkenalan!” kata Intan. “Perkenalkan, nama saya Intan, Intan Amelia Putri!”

“Nama Abang Rudi, Rudi Susanto! Salam kenal ya Dek” sambung Rudi.

Rudi tertunduk karena merasa malu dan tak pantas. Sejujurnya ia senang bisa berkenalan dengan Intan. Akhirnya Rudi mengetahui nama lengkap Intan, yang ternyata sangat Indah. Meski merasa tak akan mungkin bisa lebih dari ini, Rudi berpikir tak ada salahnya jika hanya sekedar ingin mengenal orang yang mengenalkan diri padanya, maka Rudi pun bertanya :

“Kamu ini sudah tingkat dua ya?”

“Iya, loh kok Abang tahu?”

“Iya, soalnya Abang ingat waktu itu kamu nanyain salah satu materi tingkat dua, buat presentasi kan? Oh iya gimana presentasinya, lancar?”

“Alhamdulillah Bang! Intan mau ucapin terimakasih lagi, berkat bantuan Abang kelompok Intan dapat nilai paling bagus waktu itu, Intan bersyukur sekali!” jawab Intan sumringah.

“Alhamdulillah… Abang juga ikut senang!”

Rudi bersyukur dan merasa tersanjung. Bantuan kecilnya waktu itu bisa membuat Intan dan teman-temannya mendapat nilai yang baik dalam perkuliahan. Untuk sesaat Rudi merasa jerih payahnya belajar selama ini kini terasa lebih memiliki arti.

Mereka berdua saling diam beberapa saat, kemudian Intan memulai lagi pembicaraan :

“Abang, Intan boleh nanya materi biologi lagi?”

“Boleh saja Dek! Semoga Abang masih inget!”

Intan membuka-buka buku yang dibawanya, kemudian ia menuju ke sebuah bab. Di bab itu ia menunjukkan gambar ilustrasi heliks ganda. Siang itu Intan membuka sesi diskusi bersama Rudi. Mereka terlibat tanya jawab yang detail dan rinci seputar ilmu genetika.

Dengan piawai Rudi menjelaskan apa saja yang tidak dipahami Intan. Seperti biasa untuk mendekatkan pemahaman abstrak yang umumnya sulit dipahami, Rudi selalu berusaha menyajikan analogi yang paling mudah dicerna. Analogi yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Meski terkadang dalam satu analogi ia harus menjelaskannya secara bertahap dan berlapis, supaya Intan dapat memahami fenomena yang ditanyakan dengan baik.

Sebetulnya itu adalah cara-cara yang biasa dilakukan para ilmuwan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu fenomena di alam, baik fenomena fisika, kimia maupun biologi.

Seperti saat membayangkan betapa timpang ukuran atom terhadap inti atom dan betapa besar persentase ruang kosong dalam atom yang dianalogikan dengan lapangan bola selaku atom dan kacang polong sebagai intinya, sementara ruang di antara kacang polong dan tepi lapangan ibarat ruang kosong dalam atom.

Atau seperti menjelaskan betapa banyaknya jumlah 3 miliar pasang basa dalam 23 pasang kromosom DNA manusia sehingga apabila kode-kode pasang basa itu ditulis dalam kertas A4 dengan ukuran huruf dan spasi standar, akan menghabiskan setidaknya 750.000 halaman dalam 375.000 lembar kertas. Ketika kertas-kertas itu ditumpuk maka tumpukannya dapat mencapai ketebalan hingga 37,5 meter setara tinggi gedung 10 lantai.

Rudi juga menjelaskan apa itu gen, genom, DNA, heliks ganda, kromosom, kode-kode DNA, RNA, replikasi DNA, ikatan basa DNA, serta hubungan dan hierarki di antara semuanya, sehingga Intan memiliki gambaran lebih jelas daripada sekedar pengertian-pengertian yang dihafal.

Semua itu membuat Intan kagum dan semakin mengerti. Semenjak didengarnya penjelasan Rudi dalam rekaman ponsel yang hampir selalu ia ulang-ulang setiap malam hingga penjelasan Rudi saat ini tentang heliks ganda dalam ilmu genetika, membuat Intan merasa semakin candu.

Pesona intelektual Rudi membuat gadis itu merasa semakin tertarik. Dirinya yang kritis bertanya tentang sederet fenomena khususnya dalam bidang ilmu biologi seolah mendapat tempat untuk menghilangkan dahaga intelektual. Apalagi kini ia semakin menyadari bahwa ada hal lain yang membuat ia betah berada di dekat Rudi.

1
Sera
kalau sudah jodoh pasti akan bertemu lagi
Sera
ayo sadar intan. abang sudah datang
Sera
semangat author
Sera
jadi inget angkot yang bersliweran
Sera
sampai di panggil fakultas karna kelamaan cuti ini
Was pray
demam panggung di rudi, jadi ngeblank...hilang semua ilmu kepalanya. sepintar apapun kalau kena mental duluan maka akan jadi orang bodoh rajanya bodoh termasuk si rudi itu pad sidang skripsi,
Fatkhur Kevin
lanjut thor. crazy up thor
Fatkhur Kevin
langkah awal kemenangan BR
Fatkhur Kevin
takdir yg tk pernah diduga
Was pray
takdir telah menyatukan intan dan rudi sejauh apapun tetap akan bersatu
Fatkhur Kevin
hei kpn kamu sadar intan
Fatkhur Kevin
intan seperti putri tidur
Was pray
takdir berjodoh intan dan rudi, skenario Allah itu. terbaik bagi manusia
Fatkhur Kevin
sangat mengharukan
Fatkhur Kevin
lanjut besokx🤣🤣🤣
Was pray
semoga saja prof. Pardiman saidi mau menyelidiki penyebab rudi du DO tiba-tiba dan mau membantu agar rudi bisa meraih gelarnya
Fatkhur Kevin
berjuang dapatkan intan
Fauzan Hi Ali
Luar biasa
Andi Budiman: Terimakasih buat bintanya
total 1 replies
Fatkhur Kevin
sama sama merendahkan diri 👍👍👍
Was pray
kesalahan rudi fatal karena membohongi diri sendiri, sehingga menyuruh intan menerima lamaran edgar, rudi cerdas otaknya tapi tidak cerdas hati dalam menilai perasaan seseorang, mau berkorban demi kebahagiaan intan tujuannya, tapi hasilnya membuat intan tersiksa lahir batin, intan wanita yg santun jadi tidak mungkin menyuruh langsung untuk melamarnya, permintaan intan disampaikan ke rudi dengan sikap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!