Terlahir cantik, kaya raya, cerdas, tapi selalu gagal jika berhubungan dengan percintaan, gadis baik-baik tapi selalu disakiti deretan pria yang pernah jadi pacarnya, dengan berbagai macam alasan, mulai dari yang masuk akal sampai yang paling menyakitkan.
Sampai akhirnya sesuatu yang rasanya tidak masuk akal pun terjadi, bagaimana bisa seorang wanita biasa, meskipun memang ia kaya, tapi tidak masuk akal dikejar-kejar oleh seorang selebriti papan atas.
Happy reading yeorobun 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Sejak ia mengenal The Prince, meski cara perkenalannya agak dramatis, Kiara terlihat lebih bahagia, lebih luwes dari biasanya.
"Perasaan itu bibir elastis amat, senyooom teroooss...", ledek Alexandra. Kiara hanya menanggapinya dengan memanyunkan bibirnya.
"Siapa? Pasti The Prince kan? Ngaku lu... cepetan? yang mana? mereka semua cakep dan care banget sama lu, jujur nyet, yang mana...!", seru Alexandra dengan mata dilebar-lebarkan.
Kiara pun tersenyum kembali.
" Tommy." serunya pelan.
Alexandra sampai menutup mulutnya, benarkah sahabatnya ini serius sedang dekat dengan Tommy? Manusia berwajah unreal, visualnya The Prince.
"Udah sejauh apa? Pegangan tangan? Pelukan? Ciuman? Kerja kelompok? Yang mana? Yang mana anjir? Gua kepo? Woah kayaknya kerja kelompok nih, apalagi lu pernah se rumah sama dia."
"Apaan sih lu kunti, lu kira gua cewe apaan? Cewe mahal nih."
"Iya deh, si paling mahal. Gua serius nanya."
"Lex, percaya deh sama nona boss lu ini, Tommy itu cowo yang kalem dan sopan banget, dia tahu batasannya, dia sadar kita belum kenal sejauh itu, jadi dia akan tetap berlaku sopan ke gua."
"Yakin lu?."
"Hmm mmm gua yakin."
"Hhmmh...", Alexandra menghempas napas yang baru saja dihirupnya. " Lu berhak bahagia, kali ini gua berharap lu bener-bener menjalin hubungan yang bener Kia, hubungan yang hangat, dan bertahan lama. Gua selalu dukung lu."
"Iya sayang gua tahu, lu pengen tas Di*r yang baru di rilis kan? Iya gua udah pesen khusus buat lu. Jijik gua denger puisi lu."
"Beneran anjir? Ahhh ga sia-sia gua hafal kata-kata gua semalaman. Thank's ya nyet, tau aja lu... hehehe.."
"Dasar aneh." celetuk Kiara, lalu mereka melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Lu, Gua, Nyet, Setang, Kunti dan panggilan aneh lainnya hanya berlaku jika mereka hanya berdua, jika ada orang lain mereka akan kembali menjadi sekertaris dan atasannya, berikut semua kalimat dan panggilan formalnya demi menjaga wibawa masing-masing, padahal aslinya woahhh.
🌼🌼🌼
Sementara jauh di kota lain, The Prince sibuk mempersiapkan diri mereka dengan berlatih, disela-sela kesibukan itu, masih ada pria yang mulai kasmaran yang sibuk mengirimi pesan pada wanita incarannya.
"Kayaknya diantara kita ada yang ngga jomblo lagi nih. Siapa nih siapa? Wanita beruntung mana yang berhasil meruntuhkan hatimu mas?." goda Shane sambil menyenderkan kepalanya di bahu Tommy.
Deg... ia teringat chat randomnya dengan Kiara yang menyebutnya 'mas'.
Sappp...
Tommy spontan mengantongi ponselnya karena tangan Shane terkadang gerak cepatnya melebihi kecepatan cahaya.
"Yee... pelit amat lu kak, dikit aja. Kasih Clue kek apa kek."
"Gua bukan kakek kakek."
"Ka Juan lu tahu ngga dia pacaran sama siapa?", tanya Shane lagi. Juan hanya meliriknya sekilas dan bodo amat.
" Lu tanya aja sendiri, buka urusan gua." juteknya dan kembali mempermainkan gitarnya.
"Kita malam ini free kan. Gua pengen healing kak."
"Healing apaan lu Shane, konser udah deket lu healing-healing." celetuk Juan.
"Yaa healing yang halal dan direstui, engga bikin repot agensi pokoknya."
"Emang ada?" kepo Tommy.
"Ada dong, istananya nona muda Kiara Levin. Ada yang mau ikut gua ngga? Malem ini pokoknya gua mau main ke rumah mba Kia. Kangen gua kak." rengeknya.
"Bisa sih bisa, tapi lu seenak jidat mau ngedatengin rumah orang. Dia juga punya privasi." saran Juan.
"Mau ikut kaga lu berdua? Pokoknya gua harus kesana malam ini, gua cape, udah muak gua liat tangga nada di partitur itu, syaraf gua keriting semua. Lagian gua udah izin sama mba Kia. Dia malah seneng, dan kita udah ditungguin bibi." songong Shane. Mendengar hal itu Juan dan Tommy saling berpandangan.
"Mau ngga? Kalo ngga mau yaudah gua pergi sendiri aja." hendak beranjak.
"Maa mau...", ucap Juan dan Tommy serentak.
" Dari tadi kek, lama amat. Gua tahu kak, lu berdua sebenernya kesenengan, ngga usah sok gengsi lu, sok privasi, sok inilah itulah, gua juga kalo gak make sure duluan, mana berani gua ngomong begitu."
"Iya bontot. Udah kayak emak gua aja lu. Yuk Cabut."
🌼🌼🌼
Beberapa waktu berlalu akhirnya mereka sampai di komplek perumahan elit itu. Mereka langsung disambut bibi ART dengan girangnya. Shane malah sampai memeluk si bibi saking senangnya, Juan dan Tommy sudah geleng-geleng kepala.
"Lu berasa pulang kampung aja deh kayaknya." seru Tommy, dan hanya tanggapi cengiran oleh Shane.
"Ohh.. hmm Kiara dimana bi? Didalem ya?", tanya Juan penasaran.
" Non Kia mungkin masih di kantor, paling lama sejam lagi juga udah balik tuan. Ayo kita masuk, bibi sudah masak banyak. Kolam renang juga udah bibi bersihin, kata non Kia, si bontot pasti langsung mau nyemplung. Si bontot itu yang mana ya tuan?".
"Aku bi... aku...", semangat Shane, bibi hanya tertawa kecil menanggapi si bontot berbadan kekar itu.
Benar saja, tidak lama setelah menyantap makan malam yang tersedia, Shane pun kembali meriuhkan rumah itu dengan suara byar byur byar byurnya. Tommy masih sibuk di meja makan dengan buah pencuci mulut dan ponselnya, dan Juan memilih untuk berendam di bath tub yang sudah diisi bibi dengan air hangat.
Fix, rumah Kiara tempat staycation idaman.
"Lama banget si pulangnya." ringis Tommy dalam hati.
Krasak krusuk pun terdengar di kamar Kiara, karena tadi bibi masuk ke dalam, mungkin sedang membersihkan.
"Bi...", Tommy muncul didepan pintu kamar Kiara.
" Iya, Tuan. Ada perlu apa? Mau bibi buatkan apa?", sigap bibi.
"Ohh ngga bi. Saya cuma mau liat kamarnya Kiara, boleh kan bi?".
" Boleh boleh aja sih tuan, non Kia bukan tipe yang terlalu berlebihan soal privasi kalo dirumah, asal jangan di publik, bibi juga pernah nemenin non Kia tidur disini."
Tommy agak terkejut mendengar penjelasan bibi, selagi masih dibersihkan, ia melangkah perlahan ke sudut lain di kamar yang luas itu. Dihias dengan warna terang, membuat kamar itu cerah ceria. Tersusun rapi foto-foto masa kecil, remaja, hingga dewasa gadis yang sedang didekatinya itu.
"Cantik." seru Tommy.
"Iya tuan, non Kia emang cantik banget kan. Tapi kadang bibi kasihan."
"Kasihan kenapa bi?"
"Anak sebaik itu, anak cantik itu selalu kesepian tuan. Non Kia emang hidup berkecukupan, tapi dia lebih banyak menghabiskan hidupnya sendirian. Sejak kecil ia tidak terlalu diperhatikan orang tuanya, bibi sudah merawatnya sejak kecil. Ahhh bibi jadi curhat. Pokoknya, semenjak kalian bertiga datang ke rumah ini, non Kia jadi lebih ceria, lebih banyak bicara, lebih tenang, jadi tuan, bibi harap kalian bertiga sering-seringlah mampir kesini, untuk anak cantik itu. Dia ngga pantes hidup terlalu sunyi." jelas bibi dengan mata sedikit berkaca-kaca.
"Bi... saya suka Kiara, saya suka dia sebagai perempuan, bukan sebagai teman. Saya juga punya luka, yang tanpa saya sadari, menyembuh dengan sendirinya setelah saya ketemu dia. Jadi saya akan berusaha, supaya dia tidak merasa terlalu sunyi, ada Shane dan Juan juga. Kami semua senang mengenal dia."
mendengar Tommy, bibi hanya tersenyum dan menepuk-nepuk punggung tangan Tommy.
Byarrr byurrr byarr byurr... Shane benar-benar seperti anak kecil yang tak pernah melihat kolam renang.
"Hallooooo The Prince.....", teriak seseorang dengan girangny menenteng banyak kopi ditangannya.
" Mba Alexa, ada kopi? Sini mba... mau...", semangat Shane.
"Duh itu anak bikin malu aja." celetuk Tommy yang duduk rebahan di kursi santai pinggir kolam. Ia yang melihat kedatangan Alexandra celingak celinguk memastikan Kiara disana juga, tapi yang ditunggu tak kunjung datang.
"Alexa...", seru Tommy.
" Kiara dimana?"
"Ohh masih digarasi mungkin, tadi masih nelpon." jawa Alexandra yang sudah duduk di pinggir kolam disamping Shane sambil menyedot kopi mereka.
Tanpa banyak intro, Tommy segera melangkah keluar, Alexandra yang paham pun mengulum senyumnya.
Terdengar suara obrolan di teras dekat garasi, seperti dua orang yang sedang mendebatkan sesuatu.
"Kamu klik ini aja, pake kode ini, mmm... trus kesini..."
"Ohh gitu, kirain tadi sulit banget loh."
"Ngga, gampang kok. Berapa orang tadi?"
" Dua orang."
"Okay."
"Kamu ada data diri mereka ngga?."
"Ohh ada, sebentar skip yang itu."
Bla bla bla bla.... tangan Kiara dan tangan Juan saling bertumpu untuk menadah sebuah Ipad, terlihat Kiara sedang membuka website resmi The Prince, karena foto ketiga pria tampan itu terpampang paling depan.
"Okay, kamu berhasil pesen."
"Wahh... makasih ya, enak ya punya orang dalam, ga ribet. Fix sih mereka berdua besok pasti auto salto, auto tantrum, auto segalanya deh. Karena mereka se nge-fans itu tau ga sama The prince."
"Oh yaa??"
"Iya Juan, sumpah deh. Foto kamu dijadiin wallpaper komputernya, ada satu foto kamu dibingkai kecil di mejanya, yang satu malah lebih parah, selimut ukuran king size itu muka kamu semua tau ngga. Bisa-bisanya dia bawa itu selimut ke kantor buat dipamerin ke temennya. Udah gitu doang. Karyawan aku emang rada lain sih. Hahahah..."
"Kamu ngga komplain atau apa gitu?"
"Komplain? Kenapa harus komplain? Itu kesenengan mereka, kenapa harus dilarang. Ya biarin aja, toh mereka ngga ganggu siapapun. Tapi makasih banget loh ya, udah dibantuin."
"Makasih balik, tiket kita laku dua beberapa menit yang lalu. Win win hahahaha....", mereka tertawa bersama, tanpa menyadari kehadiran seseorang.
.
.
.
Tbc... 💜
.
.
.
Masih adakah yang baca cerita ini yeorobun?
Kalau ada tinggalin jejak ya 🥲