⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️
Pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta memang sangat sulit untuk dijalani. Apalagi dengan seorang yang sudah dianggap sebagai musuh sendiri. Seperti itulah kisah Cassie dan Gavino. Dua orang yang harus terjebak dalam status suami-istri karena perjanjian keluarga mereka. Mampukah mereka mewujudkan pernikahan yang bahagia?
Cassie hanya ingin mengukir kebahagiaan nya.Namun apakah ia bisa di tengah kehidupan yang begitu kejam? Bisakan ia bertahan dengan Gavino Zachary Bramasta?
Start: 8 Juli 2024
End:
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11 - Bullying
Hari pertama kuliah benar-benar tak sesuai dengan bayang Cassie. Hari yang ia pikir bisa berjalan dengan lancar ternyata harus dilalui dengan hal memalukan itu. Namun ia sudah tak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Ia pun kembali pada barisannya diikuti oleh Lily dan wanita gempal itu yang terus mengekorinya.
Gadis polos itu memegang lengan Cassie, "Cas, maaf ya Lily nggak bisa bantuin lo," ucapnya merasa bersalah.
Wanita itu sama sekali tak menjawab ucapan Lily dan membuat gadis polos itu semakin merasa bersalah. Ia bukannya marah pada sahabat yang tak bisa membantunya. Ia juga tau jika Lily terlampau lembut hingga tak bisa menyakiti orang lain. Ia hanya sedang bergelut dengan pikirannya sendiri tentang apa yang baru saja terjadi.
Setelah kejadian itu semuanya masih mengikuti acara ospek hingga selesai. Cassie sudah memiliki muka tembok yang akan biasa saja ketika indra pendengarannya menangkap suara-suara yang membicarakannya. Entah mengapa berita dengan cepat menyebar hingga orang-orang mengecapnya sebagai seorang perundung.
Ospek selesai pada pukul lima sore. Namun Cassie belum juga pulang karena hukuman yang harus ia jalani. Wanita itu tetap melaksanakan tanggung jawabnya untuk membersihkan lapangan walaupun ia tak salah. Untung saja Celline dan Lily ikut membantunya sehingga tak begitu sulit menjalani hukumannya.
Aktivitas ketiganya terhenti karena kedatangan wanita gempal yang menjadi korban sebenarnya dari kejahatan Grizelle dan genk nya tadi. Wanita itu terlihat malu-malu dan terus menunduk.
"Cassie, maaf ya," ucapnya pelan nyaris tak dapat terdengar.
"Lo ngomong apa? Natep orangnya kalau mau ngomong," tegur Cassie membuat wanita itu semakin takut namun tetap berusaha menatap mata tajam Cassie.
"Maaf ya udah bikin kamu susah," ucapnya meminta maaf.
Cassie tak menjawab. Ia menatap wanita itu dari ujung kepala hingga kaki seakan mengamati. Ia jadi mengerti alasan kenapa gadis baik ini dirundung.
Ia pun mengulurkan tangannya, "Gue Cassie, siapa nama lo?"
Wanita gempal itu tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia kira Cassie masih marah padanya tetapi wanita itu malah tersenyum dan mengulurkan tangannya. Sangat berbeda dengan yang orang lain katakan tentang Cassie. Ia pun ikut tersenyum dan membalas uluran tangan Cassie.
"Olive."
...-+++-...
"Kenapa Cassie bisa ngebully lo?”
Setelah ospek selesai, Gavino pergi bersama dengan Grizelle ke sebuah kafe yang terletak tak jauh dari kampus mereka. Jujur pria itu sudah penasaran sejak tadi hanya saja waktunya baru pas untuk bertanya sekarang.
Grizzele Anastasya. Wanita yang dari luar terlihat lemah itu merupakan wanita yang ditolong Gavino tempo hari. Wanita itulah yang Gavino kira sebagai gadis polos.
Sikap yang ditunjukkan Grizelle kepadanya membuat Gavino menyimpulkan bahwa Cassie lah yang bersalah. Sikap dominan Cassie sangat berbeda dengan sikap Grizelle yang Gavino kenal.
“Gavin maaf ya aku udah ngerepotin kamu lagi,” ucap Grizelle seakan merasa bersalah atas semua yang telah terjadi.
“Jadi tadi itu aku sama dua temen aku pergi ke toilet buat ngerapihin baju kami. Terus kita ketemu sama Cassie. Aku nggak sengaja nyenggol bahu Cassie waktu jalan. Habis itu dia...”
Bukannya melanjutkan cerita, Grizelle malah menangis tersedu-sedu. Membuatnya kembali mendapatkan pelukan hangat dari Gavino. Pria itu berusaha menenangkan Grizelle dengan berbagai macam pikiran di otaknya.
Gavino rasa, ia memang harus memberikan pelajaran pada istrinya agar bersikap lebih baik lagi kepada orang lain. Cassie memang harus dididik agar bisa menghargai orang lain.
...-+++-...
Setelah memastikan seluruh penjuru lapangan bersih, Cassie dan ketiga temannya memutuskan untuk makan di kafe yang tak jauh dari kampus mereka. Namun kedatangan mereka tertangkap oleh netra Grizelle yang sedang mendapatkan pelukan Gavino.
Wanita itu semakin menelusupkan wajahnya pada dada bidang Gavino, “Gav... aku takut...”
Di sisi lain, Cassie masih mengedarkan pandangnya untuk mencari meja yang kosong. Ia sama sekali tak menyadari kehadiran Gavino dan Grizelle. Namun Lily yang polos malah memberitahu Cassie dan membuat wanita itu melihat adegan yang sama sekali tak ingin ia lihat.
Entah mengapa melihat suaminya bersama wanita lain membuat Cassie ingin mendatangi mereka dan menjambak wanita itu dengan kuat. Rasanya ia benar-benar marah sekarang. Untung saja rasa lelahnya menahan Cassie untuk meluapkan amarahnya.
“Kita ganti tempat aja,” putus Cassie yang langsung diangguki oleh ketiga sahabatnya.
Keempat wanita itu segera pergi dari kafe dan mencari tempat makan lain. Pada akhirnya mereka berhenti di sebuah tempat nasi padang yang letaknya tak jauh dari apartemen Cassie. Sekalian mengantarkan Cassie yang sudah lelah.
Di meja pojok yang mereka pilih, obrolan pun dimulai oleh Lily yang sudah sangat penasaran dengan Grizelle,
“Live, jadi kenapa lo bisa dibully sama cewek yang sama Gavin tadi?” tanya Lily penasaran.
“Emmm... sebenernya kita dari SMA yang sama. Mereka mulai bully aku sejak kelas sepuluh. Aku juga nggak tau kenapa mereka bully aku mungkin karena aku gemuk kali ya. Atau nggak karena waktu itu aku nggak sengaja nabrak Grizelle pas lagi di kantin dan buat seragamnya kena kuah bakso gara-gara aku.”
Ketiga wanita itu mengangguk paham setelah mendengar cerita Olive. Mereka tau betul sifat perundung bermuka dua macam Grizelle. Hanya saja pertanyaan Cassie yang masih belum terjawab adalah kenapa wanita itu bisa dekat sekali dengan suaminya?
“Gue jadi pusing banget. Mau kobam nggak?” tawar Celline.
“Kobam apa ya?”
Pertanyaan Olive membuat Celline tersenyum getir. Ia pun menatap Cassie, “Yah nambah lagi nih jobdesk baby sitter kita,” ucapnya yang hanya diangguki oleh Cassie.
Mengajarkan Lily tentang kehidupan yang lebih dewasa saja sudah sangat menyusahkan. Apalagi Olive yang terlihat lebih polos dari Lily. Namun tak apa, Cassie dan Celline sudah siap akan hal itu.
Cassie pun menatap Olive dengan serius, "Kobam itu kebalikan dari mabuk, kayak pelesetan anak-anak aja."
Gadis polos itu pun langsung membulatkan netranya, "Kalian mau mabuk?!"
"Nggak, Live... Celine tadi cuma bercanda aja kok nggak usah dipikirin," elak Cassie agar membuat gadis itu tenang.
Sejujurnya Cassie sedikit kasihan dengan gadis polos itu. Kepolosan gadis itu tentu tak bisa diperlihatkan di kota besar yang penuh pergaulan bebas. Kepolosan Olive pasti akan membuat banyak orang berniat memanfaatkan gadis itu.
Tentu saja Cassie tak bisa membiarkan hal itu terjadi. Ia pun mulai berpikir untuk mengubah penampilan dan sifat Olive. Ia ingin gadis itu bisa membalas perbuatan wanita murahan yang telah bersembunyi di balik suaminya.
"Oke, gue udah mutusin sekarang," seru Cassie yang membuat semua orang menatapnya.
"Olive harus training mulai besok."
Dekripsi suasana hati, tempat baik nya lebih di perjelas. Jangan hanya menekankan emosi perkarakternya saja.
Ceritanya sebetulnya Menarik, bisa dinikmati. Cuma sayang aja penggambarannya kurang jelas, Dari bab sekian yg udah kubaca, tiap muncul problem selalunya udah segitu aja, gak di perpanjang. Jadi kesannya kaya kurang pas gitu, lebih di olah lagi biar Kita yg baca beneran geregetan. /Pray//Smile/
dekripsi, alur, gaya menulis, sama peran perkarakternya itu bagus lohh.
Kulihat, ini tipikal novel yg alurnya cepat yaa.
Lanjutin Terus semangat /Good//Smile/