Siena Alesha kehilangan ibunya ketika dia lahir. Lalu dibuang ke luar negeri oleh ayahnya sendiri ketika dia masih kecil. Sembilan belas tahun kemudian, ayahnya datang menemuinya dan membawanya pulang, dia dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi tunangannya yang menjadi lumpuh dan gila setelah kecelakaan mobil.
Ayah : “Ketahuilah tempatmu. Kamu akan menikah Abhie Yilmaz untuk menggantikan adikmu. Kamu tidak berhak untuk menolak, ingatlah statusmu.”
Alara: “Terima kasih karena bersedia mengorbankan dirimu demi cintaku~”
Siena tersenyum tipis: “Baiklah. Tapi kalian harus menyetujui dua syaratku, aku akan dengan senang hati menikah dengannya.”
Setelah itu, Siena masuk ke rumah keluarga Yilmaz tanpa membawa apapun. Didalam sebuah kamar yang gelap, tampak seorang pria yang duduk di kursi roda dengan marah membentaknya. “Enyahlah!”
Siena menyalakan lampu, membuka tirai jendela, dan mengulurkan tangan ke arah pria itu, "Halo. Ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku istrimu, Siena.”
Saat pria itu melihatnya pertama kali, dia bersikap dingin. Seiring berjalannya waktu, dia menghargai wanita itu. Abhie menatap wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Wanita itu menggunakan segala kekuatannya untuk menjinakkan adik laki-lakinya yang liar dan kurang ajar.
Siena yang sabar dan penuh kasih menyembuhkan adik perempuannya yang penakut dan tertutup. Menggunakan semua yang dia miliki untuk mendukung keluarga dingin ini…Dia berdiri dengan angkuh menghadapi tekanan dan merebut kembali apa yang menjadi haknya.
Kemudian, Siena jatuh ke dalam jebakan. Sebelum dia tenggelam dalam kegelapan, dia melihat pria yang seharusnya berada di kursi roda berlari ke arahnya dengan cemas. Pria itu mencintainya dan memanjakannya. Saat dua orang yang bertemu karena takdir, cinta tumbuh tanpa harus diucapkan dengan kata-kata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12.
Reyhan tertawa dengan marah. “Jadi salah kalau aku membelamu?”
Jika Wilson tidak pulang dari sekolah sambil menangis dan mengatakan dia diintimidasi dan dipukuli oleh Siena, apakah dia akan menelepon Siena untuk menanyakan hal itu?
“Bukankah akhirnya kamu juga gagal?” Wilson berkata sambil mengerucutkan bibirnya. Memikirkan bagaimana Siena membela Jimmy dan memukulinya, dia membandingkan tindakan wanita itu dengan tindakan kakak laki-lakinya. “Coba kamu lihatlah kakak ipar Jimmy, dan sekarang lihat dirimu…Pergi, pergi, pergi menjauhlah dariku sejauh mungkin!”
Alis Reyhan melonjak liar saat Wilson mengusirnya. “Jika kamu melibatkanku dalam masalahmu lagi nanti, aku akan menulis nama ku terbalik!”
Di rumah kediaman keluarga Yilmaz…..Setelah Siena mengusir Jimmy, Siena mendorong kursi roda Abhie menuju ke lantai atas. “Apakah kamu ingin aku membantumu mandi?”
Saat Siena mengatakan ini, dia masih tersenyum. Matanya penuh kebahagiaan, dan tatapannya tidak dipenuhi rasa kasihan atau keintiman yang dipaksakan. Sebaliknya, itu seperti pertanyaan biasa antara suami dan istri. Abhie menatapnya lama sebelum dia mengalihkan pandangannya dan berkata, “Tidak perlu.”
"Tuan Abhie." Sekretaris Calvin mengetuk pintu dengan nampan di tangannya. “Sudah waktunya kamu minum obat.”
Mata Abhie tiba-tiba berubah menjadi dingin, dan pupil matanya yang hitam pekat menjadi semakin gelap. “Letakkan saja di sana.”
Calvin ingin mengatakan sesuatu tetapi merasa ragu-ragu. Siena merasakan ada sesuatu yang tidak beres di antara mereka. Dia mengambil nampan dan berkata sambil tersenyum, “Sekretaris Calvin benar. Ini sudah larut. Semakin cepat kamu meminum obat, semakin cepat pula kamu beristirahat.”
Siena membungkukkan tubuhnya sedikit. Garis leher pada baju tidur sutranya rendah, jadi ketika dia membungkuk, dia tanpa sadar memperlihatkan tulang selangka dan dadanya yang indah...Abhie tiba-tiba menoleh dan secara naluriah mengangkat tangannya, "Kubilang biarkan saja di sana sekarang."
PRANK…Punggung tangannya membentur nampan, menjatuhkan pil putih dan segelas air ke lantai. Gelas kaca itu pecah ke lantai dengan suara yang tajam. Tatapan mata Abhie sedikit membeku, dan ada sedikit rasa permusuhan dan kebencian pada diri sendiri tiba-tiba muncul di matanya. Dia meninggikan suaranya dan meraung dengan marah, “Keluar! Kalian semua keluar!”
Siena tetap tenang dan tak bergeming. Meskipun Abhie terlihat menjijikkan saat ini, dia masih membungkuk, menatapnya dengan tenang, dan menggoda, “Tuan.Abhie, jangan bilang kalau kamu takut minum obat? Kamu ini sudah dewasa, bukan anak kecil lagi yang takut minum obat.”
Sambil bicara, Siena mengeluarkan permen lolipop berwarna mewah dari saku bajunya dan berbicara kepadanya dengan nada lembut dan merdu, “Makan obatmu, dan aku akan memberimu permen lolipop, oke? Permen ini manis sekali.” Seolah-olah Siena sedang membujuk seorang anak kecil.
Abhie secara reflek mengangkat matanya untuk menatapnya. Rambut panjangnya yang keriting alami tergerai hingga ke bahunya, membuat kulitnya terlihat seperti sepotong batu giok putih. Wajah lembutnya penuh dengan senyuman seolah dia adalah iblis yang memiliki pesona yang menyihir.
Siena ini seorang gadis yang sangat cantik, masih muda, memiliki temperamen yang baik, dan memiliki kepribadian yang baik. Dia pantas mendapatkan yang terbaik di dunia, bukan menderita bersamanya...Wajah Abhie tiba-tiba menjadi pucat. Telapak tangannya yang besar mencengkeram erat pegangan kursi rodanya dan butiran keringat dingin menetes ke dahinya.
“Abhie!” Siena adalah orang pertama yang menyadari bahwa kondisinya tidak tepat untuk membujuknya. Dia segera meraih pergelangan tangannya yang tegang, dan bertanya dengan cemas, “Abhie, ada apa? Apakah kamu merasa tidak enak badan?”
Calvin juga ikut merasa cemas sekarang. “Apakah kakimu sakit?”
Dia bergegas kearah nakas dan segera membuka laci dan mengeluarkan botol obat kecil. Dia menuangkan segenggam pil putih kecil. “Tuan, cepat minum pilnya.”
Siena melirik botol itu dan segera mengambilnya. Setelah membaca kata-kata di botol itu, matanya membelalak tak percaya. “Kamu ingin memberinya ini?”
Pil ini bisa membuat ketagihan jika diminum dalam jangka waktu lama. Abhie tidak meminum obatnya dengan benar, tetapi harus meminum pil berbahaya ini?
Setelah meminum pil tersebut, Abhie sepertinya kehilangan seluruh kekuatannya. Wajahnya pucat saat dia bersandar di kursi rodanya. Nada suara Calvin terdengar pahit. "Apa yang bisa dia lakukan? Ketika kakinya mulai sakit, itu sangat menyakitkan hingga bisa membunuhnya.”
Meminum pil bisa meringankan sebagian rasa sakit. Jika rasa sakitnya terus berlanjut, siapa yang tahu jika Abhie masih memiliki kesempatan untuk bertahan hidup? Wajah Seina berubah muram. Dia memandang pria yang kemejanya sudah basah oleh keringat dingin dan tidak bisa berkata apa pun untuk membantahnya.
Keputusasaan dan rasa sakit menyelimuti tubuh Abhie seperti jurang yang gelap. Rasa kekerasan dan rasa jijik yang kuat tumbuh di lubuk hatinya. Dia lumpuh sekarang. Dia menderita kesakitan siang dan malam dan menantikan kelegaan dari sebuah kematian. Dia pikir dia tidak akan pernah melihat matahari lagi, tapi matahari muncul.
Bagaikan titik embun pertama di pagi hari, bagaikan mawar pertama yang mekar di gurun pasir, penuh vitalitas, menghadap matahari. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Mataharinya tepat di depannya, mawarnya tepat di tangannya, tapi dia bahkan tidak berani menyentuhnya.
Tidak, dia tidak pantas mendapatkannya, dia tidak bisa. Jantungnya serasa terkoyak dan darah muncrat, mengeluarkan bau berbahaya yang membuat jantung berdebar-debar. Saat itu, ujung hidungnya mencium aroma mawar yang familiar. Dia membuka matanya tanpa sadar. Siena setengah jongkok di depan kursi rodanya, bulu matanya yang indah sedikit melengkung.
Jari-jarinya yang cantik membuka bungkus permen lolipop dan menyerahkannya ke bibirnya. “Pahit sekali bukan? Makanlah permen lolipopnya untuk menghilangkan rasa pahit dimulutmu.”
Abhie tidak bisa berkata-kata, tapi entah kenapa, dia membuka mulutnya dan menghisap permen lolipop. Lolipopnya terasa seperti dibuat dengan pemanis buatan yang kualitasnya lebih rendah. Rasanya tidak enak, namun entah mengapa rasa manis permen masih menjalar dari pangkal lidah hingga ke lubuk hatinya.
Siena memegang botol kecil di tangannya, dan dengan senyuman tipis, dia berdiskusi dengannya, “Meskipun obat penghilang rasa sakit dapat secara efektif menekan rasa sakit, jika kamu meminumnya terlalu banyak, kamu akan menjadi kecanduan, itu menghambat pemulihanmu. Tuan Abhie, bisakah kita meminum lebih sedikit pil ini di masa depan? Sebaiknya kita konsultasikan dengan dokter dan berusaha sebaik mungkin untuk bekerja sama dalam pengobatan, oke?”
Abhie mengangkat matanya, pancaran mata Siena yang berbinar mencerminkan wajah kurus dan pucatnya. Siena membuka mulutnya sedikit dan berkata, “Kamu adalah pilar pendukung kami. Jika kamu jatuh, apa yang akan kami lakukan?”
'Kami...' Ujung jari Abhie melengkung. Dia merasa bahwa Siena seperti seorang penyihir yang berburu di malam hari dan berspesialisasi dalam menyihir orang. Dia juga seperti sirene yang cantik dan mempesona yang memanggil dengan kelembutan. Siena seolah berdiri di bawah sinar bulan dan mengulurkan tangannya yang menggoda padanya, menggunakan suara nyanyiannya yang indah untuk menarik perhatiannya, merayunya.
Dia... tidak bisa menolak. Menutup matanya, suara Abhie sangat serak. Dia menjawab, “Oke.”
mau main² ditenggelamkan lah kalian diair got🤭🤭🤭