NovelToon NovelToon
Cafe Memory

Cafe Memory

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Karir / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Fhadillah

​Kematian, tentu saja tidak ada seorang pun yang suka menghadapi kematian, namun hal ini dengan jelas tentu tak dapat terhindari. Namun bagaimana kamu akan menghadapi kematian tersebut? Terlebih kematian seseorang yang sangat berharga bagimu? Bagaimana kamu akan menghadapi kematian seseorang yang kamu harapkan tetap bersamamu untuk seluruh sisa hidupmu? ​Ethan tak pernah membayangkan dirinya akan berdiri di hadapan kuburan teman masa kecilnya yang juga merupakan cinta pertamanya, bahkan setelah bertahun-tahun kematian itu berlalu, Ethan masih tak percaya gadis itu telah pergi meninggalkannya sendirian disini. Satu hal yang selalu Ethan sesali bahkan setelah belasan tahun, dia menyesal tak bisa mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, karena sikap pengecutnya, dia tak pernah bisa memberitahukan perasaannya yang sudah lama ia pendam pada gadis itu. ​“Papa!” Ethan tersadar dari lamunannya, dia berbalik dari batu nisan itu kearah asal suara. Gadis kecil berusia 7 tahun yang imut dalam balutan dres bunga-bunga pink nya berlari dengan susah payah mendekati pria itu. “Jangan lari, nanti kamu jatuh” pria dewasa itu mengangkat tubuh gadis kecil itu lalu mengendongnya dalam pelukannya. Dia pergi mendekati wanita yang berdiri tak jauh dari sana, mereka bertiga berjalan semakin jauh meninggalkan kuburan itu lagi, meninggalkan batu nisan dan penghuni di dalamnya lagi, mungkin Ethan akan kembali kesini atau mungkin ini akan menjadi kali terakhir dia berdiri di hadapan sahabatnya yang sudah tertidur bertahun-tahun itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

​Ethan tengah berada di suatu ruang tertutup di bar bersama seorang wanita sewaan yang berpakaian terbuka secara berlebihan dan make up yang juga tidak kalah berlebihannya, mereka berdua tengah menikmati ganja saat suara sirine polisi terdengar samar-samar dan keadaan diluar tengah ribut dan kacau balau. Ethan terlalu mabuk untuk menyadari apa yang terjadi, dia sedang berhalusinasi sambil terus mengonsumsi narkotika itu bersama wanita yang bersandar disampingnya. Bahkan saat kekacauan itu masuk ke dalam ruangan itu Ethan tetap tidak sadar, beberapa orang berteriak-teriak sambil mengacungkan senjata, dia di borgol paksa dan dibawa dari sana.

​Saat sudah sadar 100% dari efek narkotika itu, Ethan tengah berada di jeruji penjara, dia tidak akan kaget dengan hal itu. pria itu hanya mendengus pelan lalu mendudukan dirinya sendiri, kepalanya masih berdenyut dengan hebat dan dia merasa cukup haus sampai tenggorokannya kering. Ethan memang sudah menebak hal ini, cepat atau lambat dia akan tertangkap juga, sama persis seperti ayahnya dulu, bagusnya dia belum menikah dan menelantarkan anak kecil yang masih tidak tau banyak tentang dunia yang cukup dingin. Fokus Ethan teralih saat seorang petugas datang mendekati nya dan membuka jeruji itu, dia di bawa ke ruang interogasi yang hanya memiliki penerangan redup, sudah ada seorang pria berumur sekitar 30 tahunan yang duduk disana dan Ethan dengan tenang langsung duduk di depannya. pria itu mulai buka suara, berbicara dengan tenang dan berwibawa memperkenalkan dirinya dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan seperti apa alasan Ethan mengonsumsi barang haram itu? sudah berapa lama dia mengonsumsinya? Dari mana dia mendapatkannya? Dan pertanyaan-pertanyaan lain sejenis. Ethan merasa aneh karena tidak gugup padahal tau dengan pasti sekarang hidupnya benar-benar hancur, dia pasti akan dikeluarkan dari kampusnya dan dia akan sulit mencari pekerjaan karena dia kini sudah masuk dalam catatan hitam, namun entahlah Ethan menganggapnya terlalu biasa mungkin karena setidak berharga lagi hidup untuk Ethan, dia bahkan mampu mati sekarang.

​Setelah sesi tanya jawab yang terasa cukup lama itu berakhir, Ethan kembali di kawal kedalam sel tahanannya. Dia melihat beberapa orang lainnya disana yang menggunakan seragam yang sama seperti dirinya, ada sekitar 5 orang disana dan salah satu dari mereka bertubuh besar dengan lemak tebal dan hampir seluruh tubuhnya di penuhi tattoo, pria tua itu bahkan botak sampai tak ada sehelai rambut pun di kepalanya. Mereka memperhatikan Ethan dengan lekat, beberapa orang mulai berbisik-bisik. Dengan tenang Ethan berjalan ke sisi lain dinding dan duduk disana sambil memperhatikan seisi ruangan itu, ruangan persegi yang sempit itu terasa sangat sesak karena dihuni oleh 6 pria dewasa.

“hei anak baru, kasusmu apa?” tanya salah satu orang yang bertubuh tinggi dan sangat kurus, Ethan membayangkan pria itu sangat rapuh dan khawatir sendiri tulangnya akan patah kapanpun saking kurusnya dia. Ethan tidak menjawab pertanyaan itu dan memilih untuk menyandarkan kepalanya di dinding dan menutup matanya rapat. Pria yang bertanya tadi terdengar berang dan mengumpat, dengan rusuh dia bangkit dan mendekati Ethan yang masih menutup matanya dan sedang mengingat-ingat momen terbaik dalam hidupnya di tempat kotor semacam ini.

“kalau ditanya itu jawab sialan” kata pria kurus itu lalu meraih kerah Ethan dan hampir meninju dirinya namun teriakan petugas menghentikan gerakannya, petugas itu memanggil Ethan untuk keluar.

​Ethan kini duduk dengan kaku di dalam ruangan kecil dengan petugas yang membawanya tadi berdiri dengan siaga di belakangnya, tepat di samping pintu keluar. Di depan Ethan ada kaca transparan yang kedap suara dengan Viola yang duduk disisi lain sambil terus menangis. Wanita itu hanya datang bersama Jacob tanpa anak mereka, namun mereka berdua hanya diam saja dengan Viola yang terus menangis sedari tadi, mungkin ini sudah lebih dari 5 menit namun wanita itu belum juga selesai menangis, Ethan berpikir mungkin waktu kunjungan akan berakhir dengan tangisan tanpa henti Viola juga, benar-benar berakhir dengan tangisan tanpa ada percakapan apapun sama sekali. Namun dugaan Ethan salah saat tangan ramping wanita itu mulai mengangkat telepon yang mereka sediakan disana untuk berkomunikasi, melihat hal itu Ethan langsung menempelkan telepon pada sisi dirinya di telinga.

“Ethan… aku… maafkan aku, pasti kamu merasa sangat sakit dan buruk, kamu pasti merasa sangat kesepian…” Viola kembali menangis dan Jacob hanya mengusap lembut punggung istrinya sambil menatap Ethan, Ethan menebak pasti Jacob kecewa padanya sedangkan istrinya tengah menyesali kesalahan yang bahkan tidak ia lakukan.

“aku paham, ini bukan salahmu kak, aku hanya… aku sedikit…hanya tengah merasa sedikit buruk” Ethan bahkan tidak yakin kalimat apa yang bisa dia gunakan untuk menenangkan wanita yang sudah dianggap seperti kakak kandungnya sendiri.

“bertahan disana sebentar ya kami akan mencari pengacara untuk meringankan hukumanmu” kata Viola memberi keyakinan penuh dengan Jacob yang mengangguk pelan.

“kami akan memperhatikanmu lebih lagi, menjagamu lebih baik lagi, kamu jangan khawatir dan jangan menyerah ya, semua pasti akan membaik, semua pasti akan baik-baik saja” Ethan tidak yakin kalimat itu ditunjukan Viola untuk menenangkan Ethan atau dirinya sendiri, namun apapun itu Ethan tidak lagi percaya dengan kata-kata menenangkan yang menghanyutkan itu, semua itu hanya omong kosong sama seperti saat ibunya meninggal dan sama seperti saat Jihan tersayangnya meninggal.

Semua akan baik-baik saja!

Nyatanya tak ada satupun yang akan membaik dalam hidupnya, Ethan merasa sudah cukup membohongi dirinya dengan semua kata-kata harapan itu dan kini dia merasa sudah cukup. Namun walaupun begitu dia tetap mengiyakan kata-kata Viola hanya untuk membuat wanita itu merasa lebih baik. Saat waktu kunjungan itu berakhir Ethan kembali dibawa ke dalam selnya untuk kembali bersama 5 pria asing lainnya.

​Hari pertama Ethan dalam tahanan, dia merasa kesulitan tidur, lantainya terasa begitu dingin menusuk ke dalam tulangnya dan dia harus bersebelahan dengan orang lain yang mendengkur terlalu kuat. Ethan bisa menebak dia pasti akan dibully oleh penghuni disini, dia pasti akan disiksa dan dijadikan babu, dan dia mempertimbangkan untuk tidak membalas dan terus membuat mereka marah agar mereka bisa terus menyiksanya sampai ini berakhir.

​Di persidangan pertama Ethan, benar saja keluarga Jacob menyewa seorang pengacara handal untuk membantunya. Setelah melewati proses persidangan yang teramat panjang, hakim memutuskan hukuman Ethan adalah penjara selama 4 tahun dan mengikuti rehabilitasi. Sebelum persidangan itu dimulai, pengacara sudah menjelaskan bahwa mereka bisa mengajukan pembebasan bersyarat jika Ethan bisa memenuhi syarat yang ada, dia harus berperilaku baik selama ditahan, mengikuti semua kegiatan dan sosialisasi dan yang paling penting tidak membuat keributan apapun, Ethan juga harus menghadiri rehabilitasinya dengan rajin dan tekun. Viola meyakinkan Ethan untuk bisa melakukan itu, jadi dirinya bisa bebas lebih awal.

​Hampir setiap malam Ethan mengingat-ingat surat yang ditulis Jihan terakhir kali untuk dirinya. Ethan tidak ingin melupakan surat itu namun kini dia mulai melupakan satu per satu kata di dalamnya. Kamu belum menemukan kebahagiaanmu! Kebahagiaan apa yang dimaksud Jihan, tidak ada kebahagiaan apapun disini. Apa Jihan tahu hal ini? apa dia bisa mengamati Ethan dari suatu tempat disana? Ethan bertanya-tanya jika benar hal itu bagaimana perasaan Jihan saat ini? apa yang sedang ibunya pikirkan melihat anak satu-satunya yang dia punya sama sampahnya seperti suami yang sangat dia benci? Apa ibu Ethan juga akan membenci dirinya?! Ethan lupa bagimana gambaran senyum ibunya dan dia mulai merindukan pelukan hangat wanita yang hampir setengah hidupnya di dedikasikan dengan bekerja keras untuk menghidupkan anak tak berguna seperti Ethan.

​Ethan tidak begitu menganggap serius tentang pembebasan bersyarat itu, dia tidak peduli akan seberapa lama dia di penjara, 2 tahun, 4 tahun, atau seumur hidup. Semua tempat di dunia ini bahkan penjara sekalipun sama saja bagi Ethan. Saat ini dirinya sedang duduk sendirian di pinggir lapangan sambil memperhatikan para tahanan lain bermain voli di lapangan, beberapa orang lainnya melakukan kegiatan mereka sendiri (merundung tahanan lemah dan sejenisnya). Sekilas Ethan jadi memikirkan bagaimana kehidupan ayahnya saat dipenjara, apa dia orang yang dirundung atau orang yang merundung? Atau bahkan tidak keduanya, seperti makhluk transparan yang tak dapat dilihat orang-orang. Sama seperti Ethan, tak ada yang sepertinya menganggap keberadaannya, dia terkucilkan dan tak terusik. Namun tentu saja itu yang sangat diharapkan Ethan, ketenangan.

​Ethan tidak yakin sudah berapa lama dia berada di sini, tidak ada kalender, tidak ada smartphone. Dia hanya tau siang dan malam tanpa tau dengan pasti jam nya. Apa dia sudah cukup lama disini? Sebulan kah? 5 bulan? Atau mungkin ini sudah setahun? Viola dan Jacob dengan rutin mengunjungi dirinya setidaknya seminggu sekali sambil membawa berbagai masakan khas rumahan agar Ethan tak begitu merindukan rumah kata wanita itu. namun, apa Ethan sungguh masih memiliki rumah? Dia bahkan sudah lupa bagaimana rasa rumah itu. Jacob bilang dia sudah di keluarkan dari kampusnya namun saat Ethan keluar dia bisa memasukan Ethan ke kampus lain karena Jacob punya beberapa koneksi. Ethan tak begitu yakin tentang itu namun dirinya tetap berterima kasih dengan sopan. Hal yang paling membosankan dari semua rangkaian ini adalah setiap kunjungan yang harus dia lakukan ke rehabilitasi dan menjalani berbagai terapi penyembuhan untuk ketergantungannya pada narkotika, dan dia juga harus mengikuti beberapa sesi konsultasi dengan psikiater, Ethan tau kejiwaannya tak stabil dan tekanan mental yang buruk namun dia tidak begitu membutuhkan psikiater, lagian hidupnya sungguh tak berguna, ada atau tidak ada nya konsultasi itu sama sekali tidak mengubah dirinya maupun hidupnya.

​Ethan kehilangan gairah untuk hidupnya, tak ada ambisi sedikitpun, tak ada harapan atau apapun itu sebutannya. Dia menjadi manusia setengah hidup yang sama persih seperti zombie, melakukan keseharian berulang dengan perasaan tak berarti. orang-orang yang berada di dalam sel yang sama dengannya terkadang mengolok-olok dan merundung Ethan namun pria itu tidak peduli, saat orang-orang itu ingin memukulnya, Ethan akan bergerak terlebih dahulu melayangkan tinjunya pada mereka dan tidak membiarkan mereka menyentuhnya. Entahlah, ingatannya akan masa kecilnya yang terus dirundung oleh anak-anak lainnya membuat Ethan muak dan amarah yang dari dulu selalu terpendam kini meledak tak tertahankan membuatnya menjadi orang yang kejam. Dia akan melepaskan orang yang tengah dipukulnya saat penjaga datang untuk merelai mereka, bahkan terkadang orang-orang itu sampai pingsan karena dirinya dan dia harus dikurung di ruang isolasi karena perbuatannya yang bahkan bukan dia yang memulainya. Tidak ada yang berani mendekatinya dan dia tidak ingin menjadi bos siapapun itu kenapa dia seperti bayangan yang tak terlihat, tak terusik sama sekali.

1
Bening Hijau
marathon loh aku bacanya..
kamu orangnya konstisten...
saya senang gayamu..
nanti akan ku baca cerita mu yang lain marathon juga dan komen di bagian akhir..
semangat terus..
Bening Hijau: tak langsung kamu buat q motivasi untuk menyelesaikan imajinasi ku sampai selesai
Nurul Fhadillah: Terima kasih banyak, senang sekali kalau kamu suka sama ceritanya😁
total 2 replies
mary dice
biasanya ada koma sebelum tanda petik
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, terima kasih untuk koreksi nya😁🙏🏻
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak...
S. M yanie: InsyaAllah, hhheee
Nurul Fhadillah: Iya kak, kakak juga semangat ngejalani hari2🦾
total 2 replies
cytoid
kakak bisa lihat novelku lewat profilku(^^
cytoid
kasian ethan🥺. Btw aku juga lagi buat novel baru nih kak, tolong disupport ya?🙏
todoroki shoto: semangat,kak/Smile/
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, semangat terus berkarya nya ya, terima kasih juga udah baca novel ini😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!