Sekuat apa pun aku bertahan, nyatanya aku tidak bisa sekuat itu," ucap Vira.
Dunia Vira seakan runtuh saat tahu jika suami yang sangat ia cintai sudah menikah siri secara diam-diam dengan sahabatnya sendiri. Faktor belum dikaruniai keturunan yang membuat Yusuf tega mengkhianati cinta Vira.
Akankah Vira bertahan dengan pernikahannya atau kah memilih menyerah dan melanjutkan hidup sesuai takdir yang sudah dituliskan oleh Allah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Air Mata Di Ujung Sajadah
Semalaman Vira dan Yusuf sama-sama tidak bisa tidur. Hingga pagi menjelang, Yusuf pun segera bersiap-siap untuk menemui Vira. Yusuf berharap Vira mau memaafkannya dan kembali pulang ke rumah.
Aisyah menghampiri Vira yang saat ini tertidur di atas sajadah. “Vira, bangun Nak. Kita sarapan dulu,” seru Umi Aisyah lembut.
Vira mulai membuka matanya. “Astagfirullah, maaf Umi, Vira ketiduran,” seru Vira.
“Tidak apa-apa. Kamu baik-baik saja kan, Nak?” Aisyah membelai wajah Vira dengan lembut.
“Tidak ada yang baik-baik Umi, hati Vira sakit dan hancur. Vira tidak tahu harus bagaimana, tapi Vira juga tidak bisa membohongi diri sendiri kalau Vira masih sangat mencintai Mas Yusuf,” sahut Vira dengan mata yang berkaca-kaca.
“Istikharah-lah, cari jawabannya di dalam shalat dan berdo'alah meminta jawaban kepada Allah. Do'a itu bisa merubah takdir, do'a bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah, do'a bisa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan do'a juga bisa menjadi kekuatan untuk kita. Umi yakin, kamu akan mendapatkan jawabannya dan Umi akan mendukung setiap keputusan kamu,” sahut Umi Aisyah.
Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar Vira diketuk. “Vira, ada Yusuf di sini!” Hamid memanggil Vira.
“Keluarlah dan temui dia, saran Umi lebih baik kamu pulang dan bicara empat mata dengan Yusuf.” Aisyah kembali membujuk Vira.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Vira dan Aisyah pun keluar. Setelah mendengar nasihat dari Aisyah, Vira pun memutuskan untuk pulang dan berbicara empat mata bersama Yusuf. Lagi pula, Vira juga ada banyak pertanyaan yang ingin Vira tanyakan kepada suaminya itu.
“Yusuf, lebih baik sekarang kamu ajak Vira pulang dan kalian bicara empat mata di rumah,” seru Umi Aisyah.
“Baik, Umi.”
Tanpa menyapa Yusuf, Vira pun langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Yusuf. Vira berdiri di samping pintu mobil, menunggu Yusuf membukanya. Setelah Yusuf menekan tombol kunci, dengan cepat Vira masuk dan duduk di belakang kemudi.
“Sayang, kita pulang ya?” seru Yusuf.
Vira diam saja tidak menjawab ucapan Yusuf, bahkan Vira membuang wajahnya ke luar jendela. Yusuf mulai melajukan mobilnya dan selama dalam perjalanan tidak ada pembicaraan sama sekali. Hingga beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di rumah dan lagi-lagi Vira keluar dari mobil duluan dan langsung menuju kamarnya.
Vira duduk di ujung ranjang dan Yusuf ikut duduk di sampingnya. “Sayang, aku mohon bicaralah. Aku lebih suka kamu marah, memaki-maki aku, memukul-mukul aku, asalkan jangan diam seperti ini karena jujur aku tidak sanggup kalau melihat kamu diam,” seru Yusuf dengan raut wajah sedihnya.
“Buat apa aku memaki dan memukul Mas? Memangnya dengan aku memaki dan memukul Mas, hati aku akan kembali seperti dulu?” sindir Vira.
Yusuf beralih, bersimpuh di hadapan Vira dan menggenggam kedua tangan Vira sembari meneteskan air mata. “Maafkan aku Vira, aku sudah sangat menyakiti hati kamu. Tapi asalkan kamu tahu, hati aku sepenuhnya tetap untukmu,” seru Yusuf.
“Terus saja berbohong Mas, aku memang wanita bodoh buktinya Mas, Kalila, dan Mama sudah membohongiku selama 3 tahun.” Vira kembali menangis dan itu membuat Yusuf semakin sakit.
“Aku mohon Vira jangan menangis, aku sakit melihat kamu menangis seperti ini.”
“Cukup Mas!” bentak Vira sembari menghempaskan tangan Yusuf.
Vira berdiri hendak pergi tapi Yusuf memeluk kaki Vira dengan deraian air mata. Vira memang marah dan benci kepada Yusuf, tapi Vira merasa tidak tega melihat Yusuf seperti itu. Ternyata cinta Vira yang begitu besar kepada Yusuf bisa mengalahkan rasa marah dan bencinya.
“Aku mohon, maafkan aku Vira. Aku sangat mencintaimu, aku tidak mau kehilangan kamu.” Yusuf terisak, bahkan pundaknya bergetar hebat.
“Kamu jahat Mas, kalau kamu memang mencintaiku, kamu tidak mungkin mengkhianatiku seperti ini hanya karena aku belum dikaruniai keturunan. Selama ini Mas selalu menguatkanku, tapi ternyata di belakang, kamu menertawakanku,” seru Vira.
Yusuf bangun dan menyentuh kedua pundak Vira. “Ya Allah sayang, aku tidak pernah menertawakanmu. Aku khilaf, Mama selalu meminta cucu, dan aku juga sering diledek oleh teman-temanku kalau aku pria letoy dan tidak sehat, dari sana aku tersulut emosi dan kebetulan bertemu dengan Kalila. Aku penasaran, lalu aku mengajak Kalila untuk menikah siri.” Penjelasan Yusuf membuat Vira semakin sakit.
“Jangan mencari pembenaran, yang namanya selingkuh itu bukan khilaf karena Mas melakukannya dengan kesadaran penuh. Kalau alasan Mas mengkhianatiku hanya gara-gara Mama meminta cucu dan teman-teman Mas meledek, berarti Mas belum percaya sepenuhnya kepada Allah!” tegas Vira.
Yusuf menundukkan kepalanya, dia tidak bisa menjawab lagi. “Terus sekarang mau kamu apa sayang? Aku akan melakukan apa pun, asalkan kamu jangan meminta cerai karena kamu juga tahu kan, kalau cerai itu sangat dibenci oleh Allah.” Yusuf terus membujuk Vira, dia tidak mau sampai Vira meminta bercerai darinya.
“Tolong tinggalkan aku sendiri Mas.”
“Tapi----“
“Aku bilang, biarkan aku sendiri dulu!” bentak Vira.
“Baiklah, aku akan keluar. Tapi aku mohon sama kamu jangan melakukan hal yang macam-macam, kalau kamu butuh sesuatu, panggil aku saja,” seru Yusuf.
Vira membalikan tubuhnya membelakangi Yusuf dan Yusuf pun mengerti itu. Akhirnya Yusuf keluar dari kamarnya dengan perasaan yang campur aduk. Pada saat Yusuf menuruni anak tangga, tiba-tiba ponselnya bergetar dan Yusuf melihatnya.
“Astaga, kenapa dia selalu menggangguku di saat aku sedang tidak baik-baik saja.” Kalila mengirim pesan kepada Yusuf kalau Adam mencari Papanya namun Yusuf lebih memilih diam di rumah dan mengabaikan pesan dari Kalila.
Sementara itu, Vira mengambil air wudhu dan bersimpuh di atas sajadah. Tinggal beberapa menit lagi waktu shalat dzuhur akan datang, Vira duduk bersila dengan tatapan menerawang. Air matanya lagi-lagi menetes, dia tidak bisa menahan air mata saking hatinya sakit.
“Ya Allah, kuatkan lah hati hamba dalam menjalani ujian ini. Berilah petunjuk untuk hamba, apa yang terbaik yang harus hamba lakukan. Hati hamba sakit dan hancur, tapi rasa cinta hamba terhadap suami hamba terlalu besar. Hamba belum siap untuk berbagi suami, tapi hamba juga tidak mau berpisah dengan Mas Yusuf.” Vira kembali memanjatkan do'a, sungguh berat ujian yang Allah berikan kepada Vira kali ini.
Vira bersujud di atas sajadah, rasa sakit itu tidak akan pernah hilang dan air matanya tidak akan pernah berhenti mengalir. Tidak ada yang tahu seberapa sakitnya hati Vira, kecuali dirinya sendiri dan Allah. Hingga akhirnya, tempat yang paling nyaman dan tepat menurut Vira untuk mengeluarkan air matanya hanyalah di ujung sajadah.
kamu sama kayak AQ Vira, bisanya cuma nangis