Game God Mode On

Berbagai pertarungan menakutkan dengan para monster membuatku sadar manusia itu sangat lemah, demi menjaga hidup orang-orang yang ku sayangi dari para monster yang ganas aku berlatih mengayunkan pedang selama aku bisa. Setiap kali aku ikut misi melawan monster aku selalu merasa takut duluan sebelum pertarungan terjadi, kaki ku gemetar, tangan ku sangat berat, dan cucuran keringat karena takut tidak bisa berhenti. Sampai suatu ketika ada seorang anak laki-laki dari desa yang sedang ku lindungi hampir diterkam monster Orc. Melihat bahaya itu tubuhku bergerak sendiri, tangan ku lemas terayun-ayun pedang ku sendiri, kaki ku berlari dengan aneh menuju kobaran api ketakutan monster itu.

“Slash-slash-slash!” pedang ku tanpa sadar menebas-nebas monster itu sementara aku masih menutup mata.

Membuka mata aku melihat monster itu terkapar mati bersimbah darah, aku pun lega karena melihat anak itu baik-baik saja. Dengan mulut gemetar aku bertanya “Nak, apa kau baik-baik saja?”

“WOOO… Paman kesatria! Itu tadi sangat keren, bagaimana tebasan pedangmu bisa secepat itu? Bisakah kau mengajariku.” Anak itu sangat terkagum-kagum dengan teknik pedang asal-asal ku ayunkan karena merasa ketakutan.

Menyadari usaha latihan ku membawakan hasil baik selama bertahun-tahun aku berlatih dan melakukan misi bertarung melawan para monster yang menakutkan, monster yang dulu terlihat seperti kobaran api ketakutan di mata ku kini telah padam, pedang ku yang telah menjadi tajam dan cepat menebas daging-daging monster yang ganas.

Seharusnya api ketakutan itu telah lama padam di mata ku, tapi di depan ku saat ini… Apa ini? Aura Ketakutan? Tidak! ini….

“MATI!”

“Hiiaaa…” Han melompat dengan cepat dan mengayunkan kapaknya.

Gaps dengan cepat berpindah tempat meninggalkan pedangnya untuk menahan serangan itu…

“BOOOM!” Gempuran serangan Han menyebabkan pedang Gaps terbelah dan lapangan latihan hancur sangat dalam.

[Han] Tidak ada? “Tunggu! DASAR PAK TUA! KAU MELANGGAR JANJIMU!” di bawah kubangan bekas serangannya.

[Lily] HA? Apa-apaan kekuatan penghancur itu, jadi dia serius saat bilang dia belum serius. “Dia bukan manusia.”

[Bayu] “Kekuatan kak Han jadi semakin kuat.”

[Ayu] “Iya, padahal sebelumnya tidak sekuat ini, mungkin ini sekitar 2 kali lipat dari sebelumnya.”

[Gaps] “APA KAU INGIN MEMBUNUH KU? Dasar Petualang dengan kekuatan monster, tapi itu bagus akhirnya aku bisa bertemu pahlawan sepertimu. Kau menang dari ku dengan kemenangan mutlak, tidak mungkin aku bisa mengalahkan mu, jadi aku akan memberimu sesuatu karena telah mengalahkan ku dalam duel.” Mengambil sesuatu dari kantungnya.

[HADIAH BONUS: + BUKU SKILL DASAR SENJATA, + 10.000 EXP, + SENJATA EPIC]

[KAPAK TARING NAGA (EPIC)]

[+ 100 ATK] [KETAHANAN 5000/5000]

[KEMAMPUAN: REGENERASI KETAHANAN + 100 SETIAP MENIT]

[Gaps] “Aku memberimu senjata ini karena sepertinya senjatamu tidak bisa menahan kekuatanmu itu.” Melihat kapak logam yang digunakan Han retak cukup parah.

[Han] “Haha… dengan senang hati akan ku gunakan dengan sebaik-baiknya.”

[Gaps] “Sekarang jika kau sudah selesai mari kita pindah lokasi duel karena orang ini dengan kuat merusak area lapangan menjadi sangat parah hingga tidak berbentuk lapangan lagi.” Berpindah ke lapangan lain dan mengambil pedang cadangan dari gudang senjata.

[Bayu] Memasuki lapangan “Sekarang giliran ku, tapi aku akan menggunakan sihir.”

[Gaps] “Boleh-boleh saja, tidak masalah. aku juga telah berduel dengan banyak penyihir muda sepertimu di sini, coba kita lihat apakah kau akan sekuat pria tadi?”

Hasilnya semua serangan sihir Bayu di tangkis dan dihindari oleh Gaps dengan mudah kemudian berhasil menikung ke belakang posisi Bayu dengan cepat sehingga membuat Bayu kalah dalam duel ini.

[Gaps] “Lumayan untuk mu, tapi sebaiknya kau tidak bisa asal menyerang lawan mu dengan sembarang sihir. Kau harus lihat siapa yang kau lawan, jika kau melawan musuh sepertiku yang bisa bergerak cepat dan punya serangan kuat maka kau harus bertahan dan menjaga jarak untuk menunggu kesempatan melakukan serangan.”

[Bayu] sepertinya dia benar, tidak seperti semua pertarungan yang ku lakukan aku biasanya berlindung di balik kak Han. Jika aku sendiri dalam bahaya bagaimana aku bisa membantu kak Han… “Terimakasih atas pengajarannya kakek.” [MENYELESAIKAN MISI UTAMA][MENDAPAT HADIAH]

[Gaps] “Selanjutnya!”

[Ayu] Maju memasuki lapangan “Aku siap!” mengeluarkan pisau di kedua tangannya.

[Gaps] Melihat sebelumnya dia menggunakan panah “Ho sungguh bijak dengan mengganti senjatamu saat melawan musuh sepertiku, mari kita lihat bagaimana kau beradaptasi dengan itu.”

Ayu melempar beberapa pisau ke atas dan beberapa pisau di lempar ke depan menuju Gaps, Gaps berlari mendekat dengan gerakkan zik-zak untuk menghindari pisau di depan. Ayu berusaha menjaga jarak sambil terus melempar pisau-pisaunya namun perbedaan kelincahan membuatnya tersusul dengan cepat, berhenti ditempat Ayu membiarkan Gaps mendekat.

[Gaps] “Kau pikir aku tidak bisa memperhatikan dua arah?” “Ting-ting-ting…!” pisau yang dilempar ke atas dengan tepat jatuh di lintasan Gaps dan terpental oleh ayunan pedang yang cepat, menodong Ayu dengan pedangnya Gaps memenangkan duel itu.

[Ayu] “Aku kalah.”

[Gaps] “Sudah cukup bagus cara mu menggunakan senjata pisau itu, mungkin dengan beberapa latihan lagi kau akan bisa lebih cepat lagi.” [MENYELESAIKAN MISI UTAMA][MENDAPAT HADIAH]

[Lily] Maju masuk ke lapangan “Sekarang giliran ku!”

[Gaps] “Wow-wow-wow… apa kita pernah berduel gadis kecil? Jika iya sebaiknya aku tolak karena artinya kau masih lemah saat itu tapi tidak saat ini, dan selalu ingatlah kekalahan mu waktu itu agar kau bisa terus menjadi lebih kuat.”

[Lily] Kecewa “Jadi walau sudah pindah server ternyata masih tidak bisa juga ya.”

[Gaps] “Karena kalian sudah mau datang menerima tantangan duel aku mengizinkan masuk ke dungeon kota Kuran sebagai tempat berlatih kalian untuk menjadi lebih kuat. Sekarang aku harus pergi untuk menyuruh tukang untuk memperbaiki lapangan latihan.”

Selesai menyelesaikan misi-misi utama mereka memutuskan untuk kembali untuk beristirahat, malamnya Bayu kembali ke rumahnya sementara Han, Ayu, dan Lily kembali ke asrama. Ayu dan Lily kembali ke asrama masing-masing, Han membantu mengantar mereka dalam perjalanan. Malam itu Han setelah mengantar Ayu dan Lily kembali tiba-tiba di jalan yang biasa Han lalui seseorang muncul tiba-tiba dari belakang tanpa sepengetahuan Han dan kemudian memegang pundaknya dari belakang

“MASUK…!”