It'S Me, ALETA

Aleta yang duduk tampak menatap Ady dengan intens, Ady yang sadar Aleta tengah menatapnya hanya bisa menampilkan senyum tipis. Aleta pasti tahu kelakuannya, setiap peluru yang Aleta miliki pasti akan meninggalkan jejak kemana mereka berlabuh.

Aleta tidak sesederhana Chacha saat membuat senjata. Chacha terlihat rumit, padahal sederhana. Kerumitan yang sebenarnya ada pada Aleta. Anak gadisnya itu terlalu pintar berkamuflase hingga sosok aslinya tidak nampak, bahkan Chacha maupun Levi tidak bisa menebak seperti apa sebenarnya anak gadisnya itu.

"Om motor Al tolong turunin dong" Aleta berdiri langsung meminta motornya diturunkan dari pelaminan Mateo.

Yang lain hanya menoleh pada Aleta, sedangkan sang empu malah masuk kedalam rumah. Bukan hal umum lagi jika di desa Mateo masih banyak tetangga yang menyelesaikan beberapa pekerjaan dan begadang. Selepas pesta yang berakhir dengan mandi keringat itu, membuat beberapa orang memilih berkumpul dan beristirahat.

"Mbak Cha, dipanggil Mbak Karin" Seru Mateo dengan pakaian santainya. Tampaknya pengantin baru itu baru saja selesai mandi, terlihat dari wajahnya yang segar.

Chacha yang sejak tadi duduk tenang disamping suaminya langsung berdiri dan meninggalkan Levi yang tampak berbicara dengan Elang itu.

"Om kunci motor dong" Suara Akmal membuat Mateo sedikit kaget.

"Nginep sini"

"Mau ambil baju ganti" Mateo langsung memberikan kunci motor yang ada di sakunya.

"Titip martabak depan gang ya, Mal" Akmal hanya mengangguk dan meneruskan langkahnya tanpa melihat Mateo yang sudah menyodorkan uang.

"Om kira Bang Akmal se miskin itu, titip martabak sampai harus kasih uang segala" Athaya tampak berkata dengan sinis.

Mateo hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dirinya tidak merasa salah, Mateo hanya ingin memberi uang karena dirinya menitip. Mateo juga tahu jika Akmal memiliki uang yang sangat cukup, bahkan sekalipun itu membeli dengan gerobaknya Akmal juga mampu.

"Om, alat-alatnya keluarin dong, mumpung ada Bang Ady, Aal mau tes motor dulu" Aleta keluar dengan kaos oblong dan celana training panjang. Sandal jepit menghiasi kaki mungilnya.

"Besok aja, Al" Aleta hanya menatap Mateo dengan sinis.

"Bang bantu Al bongkar sepeda ya, mau main dia besok" Ady hanya mengernyit heran, namun pada akhirnya mengangguk juga. Dirinya tidak bisa menolak permintaan adik kecilnya ini.

"Abang ganti baju dulu, mau dibongkar dimana? "

"Tengah-tengah situ aja, gak ada tempat lagi" Aleta menunjuk ke tengah-tengah tenda, karena memang hanya itu tempat yang tersisa dan cukup luas. Penerangannya juga baik, jadi Aleta bisa menyelesaikan dalam satu malam jika Ady tidak mengantuk.

"Al gue balik ya, capek banget gue" Lisa tampak lelah, namun gadis itu masih saja berusaha terlihat fresh.

"Kuat nyetir enggak lo? " Lisa hanya mengangguk.

"Gue aja yang nyetir" Bella mengajukan diri.

"Asal tahu jalan pulang aman sih" Karena Aleta tahu, diantara dirinya dan dua sahabat lainnya. Hanya Bella yang tidak bisa membaca peta digital.

"Masalahnya gue gak terlalu paham jalannya" Cicit Bella.

"Mas Akbar" Seru Aleta saat anak dari Mutia itu melintas hendak masuk kedalam rumah.

"Dhalem cah ayu"

"Tolong dong kawal Bella sama Lisa, Aal ikut juga deh"

"Istirahat" Paula datang dan menarik telinga Aleta.

"Ish, sakit Ula" Aleta menggosok telinganya yang terasa sedikit sakit.

"Mereka bawa mobil? " Aleta mengangguk. "Mas ambil motor dulu, ayo kalau mau ikut. Ambil hoodie sana jangan gitu biar gak masuk angin. Kalian langsung ke mobil aja" Lisa dan Bella hanya mengangguk saja, Lisa benar-benar lelah kali ini.

"Pinjam dong" Aleta menarik lengan baju Alex, kebetulan sekali pemuda itu sudah berganti baju.

"Nih" Geffie langsung menyerahkan hoodie ditangannya.

"Punya siapa dulu ini? "

"Punya gue, Mami baru bawain. Sana kalau mau ngantar Lisa sama Bella, jangan terlalu larut pulangnya" Aleta hanya mengangguk.

Menjadi gadis satu-satunya diantara para saudara laki-laki membuat Aleta begitu diratukan.

"Yang, aku ngantuk" Bisik Mona pada Athaya.

"Bentar lagi pulang" Jawab Athaya seadanya.

Sedangkan disudut lain, Cecil tampak nyenyak dengan kepala diatas meja. Gadis kecil itu tampak tidak terusik dengan suara yang begitu nyaring.

"Kamu bawa sepeda sendiri? " Akbar yang siap dengan sepeda matic itu cukup kaget saat Aleta sudah standby diatas motor trail kesayangannya itu.

"Sekalian tes, besok mau main"

"Main apa? Jangan aneh-aneh" Aleta hanya menjulurkan lidahnya mengejek Akbar.

Aleta melajukan motornya terlebih dahulu, melihat motor Aleta yang keluar lebih dulu, membuat Bella langsung mengikuti jejaknya. Dibelakang Akbar siap menjaga tiga gadis yang cukup gila itu.

Paginya Chacha dikagetkan dengan keberadaan Aleta dan Ady yang masih bergelut dengan motor trail milik Aleta. Oli sudah menghiasi pakaian yang mereka gunakan, tampaknya motor kesayangan Aleta harus turun mesin.

"Kalian belum tidur? " Aleta hanya menoleh sekilas kemudian menggeleng. "Sudah selesai belum itu? "

"Sudah, Ma" Ady mengambil alih bagian menjawab, meminta Aleta menjawab adalah hal mustahil ketika gadis itu larut dalam keseriusannya. Aleta menanggapi dengan baik saja itu adalah suatu keberuntungan.

"Mandi terus tidur, Mama buat sarapan dulu Nanti Mama bangunin"

"Iya, Ma" Chacha langsung berlalu setelah mendapat jawaban dari Ady.

"Mandi sama, terus istirahat biar Abang yang tes"

"Aal mau tes sendiri Bang, ini jangan keburu dikembalikan ke tempatnya takut ada yang kurang" Ady hanya mengangguk. Membiarkan Aleta melakukan apa yang dirinya mau.

Ady cukup lelah, di acara Mateo dirinya cukup banyak membantu pekerjaan bapak-bapak atau Akbar. Lalu bermain dengan senjata Aleta, belum lagi harus membongkar motor Aleta. Dengan bonus tidak tidur sama sekali. Ady hanya heran, dari mana Aleta mendapat energi sebanyak itu. Bahkan adik kecilnya itu masih terlihat biasa saja sekalipun begadang dan membantunya semalam penuh.

"Gimana? " Tanya Ady saat Aleta kembali.

"Mantep Bang" Aleta mengacungkan jempolnya pada Ady.

"Mandi dulu terus istirahat, Abang taruh ini di mobil aja. Besok ikut kalau ada apa-apa enak. Motor Om Teo dibawa juga buat jaga-jaga ya" Aleta hanya mengangguk.

"Abang juga istirahat"

"Iya, ayo sana masuk duluan. Abang mau tidur di ruang tamu aja. Kalau tidur dikamar Abang bisa kesiangan"

"Bawa kasur yang biasa Aal pake, jangan cuma alas karpet doang Bang"

"Iya Abang mandi dulu, ayo cepet biar bisa istirahat" Aleta hanya mengangguk dan mengikuti langkah Ady memasuki rumah Mateo.

Jam masih menunjukkan pukul 5 saat Aleta masuk untuk istirahat, Aleta harus ada dilokasi paling lambat jam delapan. Aleta dan Ady masih memiliki 2 jam untuk tidur, itu mereka manfaatkan agar tubuh mereka tidak terlalu lah.

Apalagi Aleta yang harus melewati arena balap, selain memiliki fokus yang tinggi. Kondisi tubuh Aleta harus fit, ditambah dengan tanjakan yang bahkan Mateo sendiri ragu untuk melewatinya.