NovelToon NovelToon
Legenda Pedang (Mata Dewa)

Legenda Pedang (Mata Dewa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Dan budidaya abadi / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:27.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Rahmat Kurniawan

Ketika kelahirannya membawa petaka.
Ketika dirinya harus kehilangan kedua orang tuanya.
Ketika dirinya harus tinggal di kekaisaran Zhang untuk menutupi identitasnya.

Malam itu, puluhan orang datang menyergap rumahnya. Pertarungan pecah antara ayah dan ibu Lin Hao dengan orang-orang itu. Demi melindungi Lin Hao kecil, mereka rela sampai mengorbankan nyawa.

Lin Hao kecil memilih untuk melarikan diri. Naas dirinya tetap tertangkap. Namun siapa sangka, perkataan salah seorang dari orang yang menangkapnya itu membuat emosi Lin Hao tak terkontrol. Mata Dewanya bereaksi. Guncangan hebat tercipta. Orang-orang yang menangkapnya itu langsung kehilangan nyawa. Saat ini pedang pemberian ibunya juga menimbulkan reaksi dan memanggil sosok makhluk abadi.

Lantas apa yang terjadi dengan Lin Hao? Mampukah dia membalas dendam atas kematian kedua orang tuanya?
Nantikan kisahnya di Legenda Pedang (Mata Dewa)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 4 ~ Manifestasi Mata Dewa

Angin bertiup sepoi, cukup untuk menerbangkan abu hitam bekas pepohonan yang terbakar malam tadi. Tiga ekor kelinci melompat girang, saling mengejar hingga tidak sengaja menemukan tubuh anak manusia yang tergeletak tak sadarkan diri. Ketiganya yang ketakutan segera berlari menjauh. Apalagi aura yang dipancarkan oleh anak manusia itu begitu tidak biasa.

Perlahan kelopak mata anak itu terangkat, memperlihatkan pupil mata emas, mengkilap indah diterpa sinar matahari.

Lin Hao bangkit, memperhatikan area sekitar. Melihat kondisi hutan tempatnya berpijak telah menjadi abu serta mayat beberapa orang dengan pakaian putih bercorak naga, saat itulah ingatannya kembali terlempar ke masa beberapa jam lalu. Tepat malam yang seharusnya menjadi mimpi indah sebab besoknya dia akan berlatih pengendalian Qi, malah berakhir naas.

Pedang yang tergeletak di dekatnya dia angkat. Baru setelahnya berlari cepat menuju arah rumahnya. Penuh harap-harap cemas lelaki itu setiap mengangkat pijakannya. Berharap apa yang dikatakan oleh orang semalam tidaklah benar.

Akan tetapi, sesampainya dia di sana, harapan itu berakhir pupus. Dua orang yang selama tujuh tahun ini bersamanya terlihat bersimbah darah di atas tanah, bersama dengan puluhan orang yang semalam datang menyerang kediaman mereka.

Lin Hao menghampiri jasad kedua orang tuanya. Air matanya pecah, memeluk mereka bergantian.

“Ayah, bangun … bukankah kau berjanji akan mengajariku menggunakan energi Qi hari ini, mengapa kau tidak bangun?” Lin Hao menggerak-gerakkan tubuh ayahnya, dengan harapan Lin Dan bisa bangun dan melihatnya. Tapi itu tidak berhasil. Tubuh Lin Dan sangat dingin. Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan dalam tubuhnya.

Beralih ke Wen Li, dia juga melakukan hal yang sama. Mencoba membangunkan ibunya dengan kata-kata manja yang selalu berhasil membuat Wen Li gemas. Sayangnya kali ini wanita itu hanya terdiam tanpa suara.

Lin Hao hanya bisa menangis, memanggil-manggil kedua orang tuanya.

“Ayah, Ibu… jika kalian pergi, lantas mengapa aku harus tetap hidup? Hao'er masih kecil dan tidak tahu harus melakukan apa. Tolong dengarkan Hao'er—bangunlah!”

Hanya suara terpaan angin yang menjawab semua kesedihan Lin Hao. Anak itu menangis sejadi-jadinya, menggoyang-goyangkan tubuh mereka tapi tidak ada hasil. Keduanya terbujur kaku tanpa suara.

Setelah seharian penuh berbicara sendiri didepan jasad dua orang tuanya itu, Lin Hao kemudian memutuskan untuk mengubur mereka. Meskipun saat ini Lin Hao masih berharap keajaiban akan datang dan membangunkan kedua orang tuanya. Tapi, dia sadar kalau harapan itu tidak akan pernah terjadi. Ayah dan ibunya benar-benar telah pergi. Dia tidak bisa membiarkan jasad orang tuanya tetap seperti itu.

Cincin di jari manis Lin Dan dilepas lalu dia kenakan. Ini adalah warisan terakhir ayahnya. Lin Dan pernah berkata bahwa dia akan memberikan cincin itu pada Lin Hao suatu saat, saat Lin Hao berhasil mencapai ranah Petarung sebagai hadiah.

Untuk tingkat kultivasi sendiri terbagi menjadi beberapa ranah. Semakin tinggi tingkat kultivasi yang dicapai oleh seorang kultivator, semakin kuat pula dirinya.

Yang pertama adalah ranah Pembentukan Qi. Ini merupakan awal mula perjalanan seorang kultivator dalam menempuh jalan kultivasi atau keabadian. Mereka yang mencapai ranah ini sudah bisa memahami unsur dan kegunaan energi Qi, termasuk juga mengumpulkan energi Qi, baik energi internal atau yang berasal dari dalam diri, maupun eksternal atau yang berasal dari luar (alam, benda pusaka, tumbuhan roh, dll). Di ranah Pembentukan Qi ini terbagi menjadi tiga tahapan yang harus ditempuh oleh kultivator untuk mencapai ranah berikutnya, yaitu Awal, Menengah dan Lanjutan.

Yang kedua yaitu Ranah Petarung (1-9 tingkat). Seorang kultivator yang telah mencapai ranah ini akan menjadikan energi Qi sebagai andalan dalam bertarung. Mereka bisa memadatkan senjata dengan energi Qi untuk membentuk ketajaman ekstrim. Selain itu juga bisa membentuk tameng energi Qi yang melindungi seluruh tubuh mereka dari serangan musuh.

Yang ketiga yaitu ranah Pembentukan Roh (terdiri dari 1-9 tingkat). Di tahap ini, seorang kultivator sudah bisa menciptakan serangan energi dalam jarak jauh. Mereka juga bisa memadatkan energi Qi hingga membentuk senjata-senjata tajam yang kemudian digunakan untuk menyerang dalam jarak jauh.

Yang keempat yaitu ranah Raja (terdiri dari 1-9 tingkat). Di tahap ini seseorang sudah bisa melayang di udara namun dalam batasan waktu. Semakin besar Qi yang dikumpulkan, maka semakin lama pula dirinya berada di atas udara.

Yang kelima yaitu ranah Kaisar (9 tingkat). Seseorang bisa menarik energi alam yang berguna dalam pertarungan.

Selain itu, tahap ini juga mampu memadatkan udara hingga menciptakan ruang sendiri. Cukup sulit menemukan kultivator di tingkat ini.

Dan yang terakhir yaitu ranah Leluhur, terdiri dari 1-9 tingkat. Mereka yang mencapai ranah ini, bisa meninggalkan sedikit jiwa ketika mati. Sehingga mereka bisa kembali bangkit dengan cara tertentu.

Setelah selesai memakamkan kedua orang tuanya dan melakukan sujud tiga kali sebagai penghormatan terakhir, Lin Hao berjalan menuju rumahnya, masuk ke dalam. Saat ini ingatan tentang kebersamaan dirinya dan kedua orang tuanya kembali terekam. Dia melangkah ke dapur, ingatan tentang suasana makan malam semalam kembali terkenang. Hatinya terasa sesak, air matanya kembali terjatuh.

“Bagus, Hao'er. Besok pagi ayah akan mengajarimu mengumpulkan dan mengendalikan energi Qi!”

“Bukankah besok pagi yang ayah maksud adalah hari ini? Pagi yang seharusnya aku nantikan, malah menjadi pagi yang tidak ingin aku dapatkan!” lirihnya. Bagi seorang anak kecil berusia tujuh tahun, kematian kedua orang tuanya adalah sebuah mimpi buruk. Dia merasa seolah dunianya telah sirna. Namun, jika takdir sudah berkehendak, apa yang harus dia lakukan?

Dalam hal ini, selain dirinya yang memiliki mata dewa, Lin Hao juga menyalahkan takdir karena memberinya kutukan ini. Ayah serta ibunya mati karena dirinya.

“Hao'er, kamu istimewa. Teruslah hidup untuk ayah dan ibu.” Tiba-tiba saja dia mengingat perkataan terakhir dari ibunya. Ini membuat Lin Hao bangkit dari rasa sedihnya.

“Ibu benar. Aku akan tetap hidup untuk mereka. Ayah—Ibu, aku akan membalas atas kematian kalian!” tekadnya.

Lin Hao mengambil barang-barang seperlunya dalam rumah sederhana itu untuk kemudian di masukkan ke dalam cincin ruang. Ayahnya telah mengajari cara menggunakan cincin itu, meskipun dia belum pernah sekali mencobanya. Hanya melihat Lin Dan memindahkan benda ke dalam cincin itu.

Lin hao beralih pada mayat orang-orang yang di bunuh ayah dan ibunya. Mereka akan membusuk jika tidak dikubur. Akan tetapi ketimbang mengubur, Lin Hao memilih untuk mengumpulkan mereka ke dalam rumahnya. Setelah itu membakar rumah kayu itu bersama dengan mayat-mayat tersebut.

Lin Hao meninggalkan tempat itu. Entah dimana dia akan menuju. Hanya mengikuti arah angin dan membawanya entah kemana.

Setelah berjalan cukup lama, anak itu merasa lapar. Dia mencari buah-buahan yang bisa dimakan. Hingga tidak sengaja menemukan buah naga, tapi memiliki warna perak. Lin Hao cukup khawatir ini mengandung racun, tapi karena tidak ada jalan lain sementara perutnya saat itu sudah berbunyi. Dia pada akhirnya tetap memakannya.

Gigitan pertama dia masih merasa biasa. Hingga masuk gigitan ketiga, anak itu mulai merasakan tenggorokannya yang panas, menjalar hingga ke perut. Ini cukup menyiksa. Lin Hao merasakan lonjakan energi aneh yang sangat panas seolah membakar semua organ dalam tubuhnya. Dia panik, tapi tidak berlangsung lama, lonjakan energi itu mereda saat tiba-tiba saja semua energi itu naik dan berkumpul di keningnya, masuk ke dalam lautan spiritual Lin Hao. Mendadak Lin Hao merasakan kesadarannya terserap ke dalam dimensi aneh. Lelaki itu sempat merasa pusing setelah berputar-putar dalam lorong perpindahan jiwa.

Seorang anak laki-laki persis seperti dirinya, tampak berdiri di hadapan Lin Hao. Wajahnya begitu datar, tatapannya tajam. Lin Hao refleks menjaga jarak sebab merasa terancam dengan sosok ini.

“Kau siapa? Ini di mana?” tanya Lin Hao.

“Dasar makhluk fana. Ini adalah dimensi jiwa yang bersumber dari alam bawah sadarmu. Dan aku adalah manifestasi dari mata dewa milikmu.”

Lin Hao mencoba untuk mencerna. Tapi cukup sulit baginya untuk mengerti maksud dari sosok dihadapannya itu.

“Hmm, baiklah. Bagaimana jika kita berteman.” Lin Hao mengulurkan tangannya meminta untuk berjabatan sebagai tanda teman.

“Baik, tapi kau harus menyerahkan tubuhmu!” Sosok itu masih dalam keadaan datar.

Lin Hao yang mendengar itu mulai berpikir bahwa sosok ini tidak memiliki niat baik. Ayahnya sering menceritakan tentang kisah orang-orang yang kemasukan iblis, mereka bertarung di alam bawah sadarnya demi memperebutkan alih kendali tubuh. Dan Lin Hao mengaitkan itu dengan yang dia alami sekarang.

“Jika kau mau, mari bertarung denganku!” Lin Hao langsung mengambil ancang-ancang. Dia tahu tidak akan ada jalan lain selain dengan pertarungan.

1
Sofandsyah
Up..up...yg banyak thoor
Sarip Hidayat
waaah
berman Lase 😎😎😎😎😎
mantull Thor
BaronMhk
semangat lin hao
Maz Tama
menarik alur cerita nya
Jimmy Avolution
up...up...up...
Jimmy Avolution
gaspol thor
Jimmy Avolution
gaskeun
Jimmy Avolution
lanjut
Jumadi 0707
kog pengangkatan murid lin haou gk dibahas tau tau diksh baju gk ada pengenalan gurunya siapa
Huang Albern
good
Sarip Hidayat
waah ujian yg sangat hebat
Jumadi 0707
enak jg mulainya Thor lanjuut
algore
joz
algore
jos
algore
joz
algore
jos
berman Lase 😎😎😎😎😎
mantulll boskuu
algore
joz
algore
jos
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!