Tiara Salsabila biasa dipanggil Rara adalah sosok gadis polos, sederhana dan kekanakan. Dia jatuh hati pertama kali pada Tian, sosok pria yang membuatnya iri karena Tian mempunyai kelebihan yang menjadi kelemahannya.
Namun ternyata cintanya itu membuat kecewa. Tian tidak seperti yang diharapkan gadis tersebut. Tian ternyata diam-diam sosok playboy yang mempunyai banyak wanita.
Semenjak itu Tiara tidak bisa mempercayai yang namanya laki-laki. Tiara berubah dratis dan melindungi dirinya sendiri. Hingga datang seorang pria yang dengan tulus mencintainya. Bahkan melamarnya, Namun pria tersebut tidak lain adalah dosen killernya. Dosen yang selama ini membuat Tiara kesal, emosi bahkan menangis karenanya. Akankah Tiara percaya dengan cinta sang dosen? Dan menerima lamarannya? Baca kisahnya di Lentera Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arti Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Miss komunikasi
Tempat ternyaman bagi Tiara sekarang adalah masjid.Tiara langsung mengambil air wudhu, begitu selesai sholat sunah dhuha gadis itu membiarkan air matanya keluar begitu saja. Dia merasa sangat terpuruk akhir-akhir ini. Dari masalah Tian yang ternyata malah bersama Sari, Nilai mata kuliah speaking yang amburadul. Rasanya tidak ada yang beres dalam hidupnya. Belum lagi gadis itu benar-benar seperti tertampar dengan kata-kata dari Pak Hasan. Tapi, Benar juga kata-kata dosen yang Dia anggap killer selama ini.Kalau Dia ingin pindah jurusan, untuk apa Dia ikutin ujian akhir semester segala. Dia bisa saja langsung tidak masuk kuliah, tidak mengikuti ujian semester dan lainnya yang berkaitan dengan kuliahnya saat ini. Kata-kata dari Pak Hasan membuka pikirannya kembali. Tiara menyeka air matanya disela-sela berdoanya.
" Ya Allah, Ya Rabb. Bukannya hamba putus asa dan lelah. Hamba hanya berpasrah diri pada ketentuan-MU. Tunjukkan jalan mana yang harus hamba ambil. Hasbunallah wa nikmal wakil nikmal Maulana wa nikman nassir."
Setelah Tiara merasa tenang. Dia kembali ke kelas mata kuliah berikutnya. Afifah dan Wina saling pandang begitu melihat Tiara yang matanya terlihat memerah.
" Kamu habis menangis?"
" Tidak." Tiara menggelengkan kepalanya, Dia berbohong.
" Ayo masuk!" Tiara mengajak kedua sahabatnya itu masuk kelas.
Tian terlihat sudah ditempat duduknya paling depan. Dia sekilas memandang Tiara dan mengalihkan kembali pandangannya. Akhir-akhir ini Mereka jarang komunikasi memang. Bahkan Hubungan Tian dan Sari baru Tiara ketahui dari Sari.
" Besok ada konser di alun-alun. Kalian mau nonton gak? Ada Afgan dan Shella on 7 loh." Ucap Afifah.
" Gak ah. Aku ada jadwal majelis." Sahut Tiara membuat Afifah dan Wina melongo. Mereka kembali saling memandang aneh ke Tiara.
" Sejak kapan Kamu ikut majelis?" Tanya Wina.
" Sejak hidupku banyak masalah." Jawab Tiara seraya mengambil buku binder ditasnya. Selain itu juga mengeluarkan note booknya. Tiara benar-benar sedang kacau pikirannya saat ini.
" Pantas Kamu kelihatan stress."Ucap Wina.
" Kamu sudah menemui Pak Hasan dan minta perbaikan?" Tanya Afifah.
" Sudah." Sahut Tiara.
" Terus..."
" Terus terus kayak orang parkir saja." sahut Tiara yang sedang tidak ingin membicarakan masalah nilai dan dosen killer itu.
Malamnya Tiara memohon petunjuk. Untuk pindah jurusan atau tetap bertahan.
Keluar masuk ruangan dosen fakultas ekonomi tak lagi membuat Tiara asing. Hari ini, Tiara harus menemui dosen killernya itu untuk menyelesaikan semua.
"Rara." Seorang pria memanggil kemudian berjalan kearah Tiara.
" Kamu mau menemui kakakku?" Tanya Tian.
Tiara menganggukkan kepalanya.
" Kalau begitu barengan." Ucap Tian berjalan disampingnya Tiara.
" Ngapain Kamu menemui Kakakmu? Maksudku Pak Hasan." Tiara penasaran, secara setahu Tiara nilai Tian sudah bagus.
" Aku mau minta perbaikan."Kata Tian seraya membenarkan jam ditangannya.
Tiara melongo.
" Soalnya aku pernah gak ikut mata kuliahnya." Jelas Tian.
Kini Mereka sudah berdiri didepan meja pria berkacamata tersebut.
" Nilai Kamu sudah aman,ngapain Kamu kesini?" Hasan memandang wajah adiknya tersebut.
" Tapi masih B, belum dapat nilai A." Ujar Tian.
" Sudahlah, bilang saja Kalian berdua mau menghadap Saya bersamaan." Hasan sepertinya masih salah paham dengan hubungan Mereka berdua.
" Dan Kamu,.."Hasan tiba-tiba merasa kesal dengan gadis didepannya itu.
" Daripada Kamu kebanyakan mikirin urusan pribadi, lebih baik Kamu berpikir pendidikanmu sendiri. Kalau Kamu tidak sanggup sebaiknya mengundurkan diri."
Tiara melihat emosi Pak Hasan sepertinya sedang buruk .Orang emosi jangan dibalas dengan emosi. Itulah sebaik-baik akhlak. Tiara pun memilih diam dan minta maaf.
" Maaf Pak." Ucap Tiara malah membuat Tian kesal. Tian menatap Tiara. Namun Tiara memilih menundukkan kepalanya.
" Yang tidak punya kepentingan, silahkan keluar!" Kata Hasan memandang Tian.
Tian yang terlihat kesal langsung keluar dari ruangan kakaknya tersebut. Setelah Tian keluar, Hasan memandang gadis yang didepannya tersebut dengan hati-hati.
"Kamu? Sudah mengambil keputusan?"Tanya Hasan tegas.
" Sudah Pak. " Sahut Tiara mantap.
" Hmmm. Jadi Kamu mau melanjutkan di fakultas pendidikan jurusan bahasa Inggris?"Hasan meyakinkan dan memastikan kembali keyakinan gadis didepannya itu.
Tiara menggelengkan kepalanya.
" Tidak Pak, Saya mau pindah ke fakultas Ekonomi, jurusan Akuntansi Pak." Jawaban yang membuat pria berkacamata tersebut mengerutkan keningnya. Lalu melepaskan kacamata dan memakainya kembali. Dia tidak tahu kenapa gadis didepannya itu selalu tidak sejalan dengan pikirannya.
" Kalau begitu, Kenapa Kamu menemui Saya?" Hasan menahan diri untuk tidak berkata kasar terhadap gadis didepannya saat ini.
" Kan Bapak suruh Saya menemui Bapak kalau Saya sudah memutuskan." Kata Tiara membuat Hasan geleng-geleng kepala. Moodnya yang sebelumnya sedang tidak baik-baik saja kini terbalik. Ingin rasanya Dia tertawa menghadapi mahasiswi didepannya itu.
" Astaghfirullah. " Ucap Hasan, sepertinya gadis itu miss komunikasi dengan maksudnya.
"Itu kalau keputusan Kamu tidak jadi pindah. Kalau mau pindah ya tidak usah menemui Saya, Buang-buang waktu Saya saja Kamu ini. Keluar dari ruangan Saya sekarang!!! " Titahnya seraya tangannya mempersilahkan Tiara untuk keluar.
" Baik Pak." Sahut Tiara tanpa merasa bersalah sedikitpun.
'Aneh nih dosen. Kemarin suruh menemui, sekarang marah-marah.' Gumam Tiara didalam batinnya. Padahal jelas-jelas Tiara tidak memahami maksud dari kata-kata Pak Hasan.
Begitu gadis itu keluar. Hasan langsung menutup pintu ruangannya. Pria berkacamata itu langsung menghempaskan diri ke tempat duduknya dan beristighfar. Gadis didepannya tadi benar-benar kekanak-kanakan baginya.
Namun entah mengapa, Dia justru malah terpikat padanya. Dari kepolosannya, kesederhanaan dalam berbusananya serta kecintaannya pada masjid yang merupakan tempat suci dalam agama islam. Itu terlihat jelas di silikon handphone gadis tersebut.
... Jarak kita dengan masjid tidak diukur dengan kaki, tetapi dengan hati....
Sebuah caption yang terdapat disiluet masjid milik gadia tersebut.
Hasan pun mengingat kembali saat pertama kali mengajar kelas speaking di fakultas pendidikan, Rasanya Dia sangat terkejut melihat gadis itu. Gadis yang beberapa kali berpapasan dihalaman masjid. Dan tanpa sadar kepolosan wajah dan penampilan sederhananya justru menarik perhatian Hasan.
Sebuah ketukan pintu dan langsung masuk begitu saja. Jelas sosok Aidan lagi-lagi masuk ruangannya. Di saat Hasan sedang resah dan gelisah dengan hatinya.
" Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Sapanya.
" Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
" Kenapa lagi Ente?" Tanya Aidan basa basi.
Hasan hanya menggelengkan kepalanya.
" Kenapa Ente mampir lagi?" Tanya Hasan balik.
" Biasa, Kami habia mengurus perpindahan rumah disekitar sini." Jelas Aidan.
" Hmmm,"
" Jadi bagaimana perkembangannya?" Aidan terlihat antusias.
Hasan langsung melipat kedua tangannya. Pria itu merasa sahabatnya hanya datang untuk mempengaruhi dirinya agar cepat bertindak terhadap adik iparnya tersebut.
" Nothing." Sahut Hasan.
" Why?" Aidan terlihat kecewa terhadap sahabatnya tersebut.
" I don't know what I shoul do. " Jawab Hasan.
" Dan adik iparmu itu sepertinya membenciku, bahkan tidak tertarik sedikitpun padaku." Tambahnya.
To be Continued
Jangan lupa like dan komentar