Kayla sangat mencintai ayahnya, sangat, hingga Kayla nekat naik ke atas ranjang sang ayah untuk membuat pria tampan berusia 32 tahun itu bertekuk lutut padanya.
Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik Kayla selalu berusaha menggoda ayah angkatnya supaya ia bisa mendapatkan cinta dari pria itu.
Kayla sangat ingin mendapat Glen hingga ia nekat menyakiti dirinya sendiri untuk membuat perjodohan antara Glen dan wanita pilihan orang tua Glen batal. Dan karena hal itu juga Kayla di benci oleh orang tua Glen.
Tapi Kayle tentu saja tidak peduli, yang terpenting baginya, ia bisa mendapatkan cinta, kasih sayang dan perhatian Glen untuk dirinya sendiri. Obsesi? Siapa peduli, salah sendiri Glen terlalu tampan dan hot untuk diabaikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizkook lovers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
*Pagi Hari
Tak,,,Tak,,,Tak,,,
Glen turun, memasuki ruang makan sembari mengancingkan lengan kemejanya dengan jas kerja yang tersampir di lengan bawahnya yang ditekuk di depan dada.
Meletakkan jas kerjanya pada punggung kursi, Glen pun mendudukkan dirinya di kursi kepala keluarga setelahnya.
Mata tajam pria itu mengedar kesana kemari, mencari sosok cantik yang belum ia lihat sejak kemarin malam.
"Dimana Key?" tanya Glen pada bibi Na yang baru saja datang membawa kopi hitam untuknya.
"Nona muda sudah berangkat sejak setengah jam yang lalu tuan," jawab bibi Na dengan sopan.
Kening Glen berkerut dalam-dalam. "Dia tidak sarapan?"
"Nona meminta saya membawakan beliau bekal, nona akan sarapan di kampus bersama temannya," jawab bibi Na lagi.
Dia sedang menghindari ku ya? Batin Glen penuh tanya.
...***...
"Tumben ngampus pagi, biasanya jam sembilan baru bangun Lo," sindir Vanessa pada perempuan cantik yang duduk di kursi samping pengemudi.
"Lo bisa diem gak? Gue lagi gak mood buat adu bacot sama Lo," ketus Key.
Perempuan cantik itu menghembuskan nafas kencang hingga Vanessa bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
"Masih pagi udah badmood aja Lo. Kenapa sih? Ada masalah sama om Glen lagi? Atau kenapa?" Vanessa bertanya, sesekali melirik sahabatnya yang masih memasang muka masam.
"Hah,,,tau ah." Key memalingkan wajahnya kesamping, menatap bangunan-bangunan mewah yang mereka lewati dijalan menuju kampus.
Kening Vanessa berkerut, tumben sekali Key badmood kayak gini, gak biasanya.
"Mau beli ice cream ditempat biasa gak? Jam segini biasanya udah buka tuh toko," ajak Vanessa, berharap mood sahabatnya akan membaik setelah memakan ice cream ditempat langganan mereka.
Tapi diluar dugaan, Key menggeleng menolak ajakan Vanessa. Padahal biasanya perempuan itu paling bersemangat jika sudah membahas soal ice cream dan makanan manis lainnya.
Oh, nampaknya kali ini badmood Key benar-benar parah. Vanessa membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar ice cream untuk mengembalikan mood Key.
Kira-kira apa yang harus Vanessa lakukan agar mood sahabatnya kembali baik ya? Apakah kalian ada saran?
Jika kalian ada saran silahkan hubungi nomor dibawah ini.
08*********9, sekian terima Daddy Glen.
...***...
Key mengajak Vanessa untuk sarapan bersama di kantin fakultas sebelum mereka memasuki kelas yang akan dimulai satu jam lagi.
Kedua perempuan cantik itu terlihat begitu khusyuk menikmati makanan masing-masing hingga tak menyadari kedatangan seorang laki-laki yang menghampiri mereka.
"Hello ladies, how are you?" sapa laki-laki itu dengan semangat.
Lelaki tampan dengan celana sobek-sobek dan tas gitar di punggungnya itu mendudukkan diri disamping Key tanpa menunggu untuk dipersilahkan.
Laki-laki itu tersenyum dengan sangat amat lebar, menunjukkan gigi-gigi putihnya yang tersusun rapih didalam sana.
"Sarapan kok gak ngajak-ngajak sih, a'a Michael kan juga mau ikut sarapan bareng," ujarnya dengan kerlingan mata yang terarah pada Key.
Perempuan cantik berponi itu menghembuskan nafas kasar, melirik kesal pada laki-laki aneh yang duduk disampingnya.
"Please, bisa gak sih lo gak usah ganggu gue? Gue lagi gak mood, sumpah," ucap Key menahan kesal.
Sesaat kemudian, suara tawa yang berat namun juga nyaring mengalun dari bibir laki-laki itu.
Michael tertawa dengan keras hingga memukul meja beberapa kali untuk melampiaskan geli yang terasa menggelitik perutnya.
"Ya elo, pagi-pagi udah kusut aja tuh muka," ucapnya mengelap air yang keluar ujung matanya karena tertawa.
"Kenapa sih? Sini cerita sama gue." Michael merangkul bahu Key namun langsung ditepis oleh sang empunya.
Key menatap Michael dengan tajam. "Sampai kapanpun gue gak akan pernah mau minta bantuan dari Lo!"
Key berdiri, mengambil susu kotaknya lalu melangkah pergi meninggalkan bangku kantin yang tadi ia duduki bersama Vanessa.
"Eh, Key bentar! Gue belum selesai ini!" teriak Vanessa dengan mulut penuhnya namun tak dihiraukan oleh Key.
Perempuan itu terus saja berjalan dengan langkah lebar, berharap Michael tidak mengejarnya.
Vanessa menatap galak laki-laki berkulit tan dengan rambut hitam legam yang si-alnya sangat tampan itu.
"Gara-gara lo nih, gue belum selesai makan udah ditinggalin kan. Lagian kalau udah mantan ya udah, orang Key mau jadian sama lo juga karena tantangan, itu pun cuma sejam," ucap Vanessa kesal.
Gadis itu memasukkan semua nasi goreng yang tersisa ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan cepat agar ia bisa segera menyusul Key.
"Sejam pun yang namanya pacaran ya tetep pacaran. Gue udah pernah ngerasain megang tangan dia, meluk dia, cium pipi dia, mana bisa gue lupain semua itu gitu aja?!" balas Michael sedikit ngegas.
Vanessa memutar bola matanya jengah dengan tingkah Michael si tukang gamon padahal cuma pacaran sejam.
Heran Vanessa tuh, pacarannya cuma sejam tapi gamonnya bertahun-tahun, dari kelas 2 SMA sampai sekarang. Gila kalau kata Vanessa mah.
"Terserah lo aja, bye!" ucap Vanessa setelah menghabiskan milkshakenya dan meletakkan gelas kosong itu ke atas meja.
"Cinta itu harus diperjuangkan, gue tinggal sabar aja, nanti Key juga pasti bakal sadar sama perasaannya ke gue," ujar Michael dengan penuh percaya diri.
"NGIMPI TEROS, KENYATAAN PAHIT BOS!" teriak Vanessa yang ternyata mendengar ucapan Michael dari pintu masuk kantin.
Teriakan itu sontak membuat Michael menoleh. "Tajem amat, itu telinga apa pisau? Heran."
...***...
Vanessa memasuki kelas dan langsung mendudukkan dirinya di bangku samping Key. Oh, tentu saja mereka mengambil tempat duduk paling belakang.
Dua manusia pecinta keributan itu sangat anti yang namanya duduk didepan karena bisa langsung terlihat oleh dosen ketika mereka sedang diam-diam makan di kelas.
"Key," panggil Vanessa.
Key berdehem pelan menjawab panggilan sahabatnya itu, matanya masih fokus pada handphonenya sendiri.
"Gue tiba-tiba kepikiran deh, gimana kalau lo gunain Michael buat manas-manasin om Glen?" usulnya tiba-tiba.
Kening Key berkerut, wajahnya terangkat hanya untuk menatap Vanessa.
"Gak," jawabnya singkat lalu kembali fokus pada handphonenya.
"Tapi kenapa?" tanya Vanessa.
Helaan nafas Key terdengar sangat jelas di telinga Vanessa.
"Baru pacaran sejam aja dia udah gamon sampai segitunya, gimana kalau gue sampai pura-pura Deket sama dia selama beberapa hari? Apa gak langsung diajak nikah guenya?!"
Vanessa hendak kembali membuka suara, namun tidak jadi. Jika dipikir-pikir, apa yang Key katakan memang ada benarnya.
Menjadikan Michael sebagai alat untuk memanas-manasi Glen bukanlah ide yang bagus, karena laki-laki itu benar-benar menggilai Key. Gilanya itu diatas rata-rata, sungguh.
"Tenang aja, gue udah nemu orang yang tepat buat itu kok," ujar Key dengan senyuman penuh arti.
"Wah, beneran? Siapa tuh?" tanya Vanessa penasaran.
"Nanti juga lo tau sendiri."
"Ah, gak asik Lo, mainnya rahasia-rahasiaan!"
...•Bersambung•...
secangkir ☕ 4u thor..🙂