Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
...~Happy Reading~...
“Biar saya saja Gus!” Khalifa segera bangkit dari tempat duduk nya saat sudah menyelesaikan acara sarapan bersama nya dengan Aca dan juga Hilal.
Masakan Umi Nilla memang sudah tidak di ragukan lagi. Bahkan jika boleh jujur, rasanya lebih unggul dari masakan umma Chila. Bukan berarti masakan umma Chila tidak enak, bukan.
Hanya saja, masakan Umma lebih dominan masakan simple dan lebih sering western karena itu kesukaan Abi. Sedangkan ummi Nila, lebih pada masakan nusantara. Maka tak heran jika Khalifa lebih menyukainya, karena memang dirinya cukup jarang makan makanan seperti itu.
“Terimakasih,” ucap Hilal saat piring nya di ambil leh Khalifa.
Dengan hati hati, Khalifa membereskan bekas makan Hilal dan juga Aca dan membawa nya ke wastafel untuk ia cuci. Walau pun sebenarnya ia sendiri belum begitu mahir dalam mencuci piring, tapi ia akan tetap berusaha. Anggap saja ini adalah caranya untuk menari perhatian, memang benar.
Bukankah seorang perempuan harus bisa beberes, dan mungkin setelah ini bisa menjadi nilai plus untuk nya agar Hilal tidak berfikir bahwa dirinya hanya seorang gadis manja. Walau sebenarnya memang begitu kenyataan nya.
Apakah di sana tidak ada pekerja? Ada. Hanya saja, saat pagi seperti ini, semuanya cukup sibuk di dapur umum yang ada di belakang sedang memasak makan siang untuk santri. Jadilah rumah itu juga nampak sepi, tapi pintu rumah selalu terbuka dengan begitu lebar, tidak hanya depan samping namun juga belakang.
Hanya mencuci tiga piring dan tiga gelas, tapi Khalifa membutuhkan waktu yang sedikit cukup lama. Hingga akhirnya ia sudah menyelesaikan pekerjaan nya, ia segera berbalik dan kembali ke meja makan untuk menghampiri Aca.
Namun ... baru saja dirinya melangkah tiba tiba kaki nya sudah terpleset air bekas cucian nya sendiri hingga membuat nya langsung terjatuh.
Bruggg!
“Auuwhhh!” Khalifa langsung memekik sambil memegang pinggul nya lantaran terasa sangat sakit.
Sementara itu, Hilal yang mendengar suara teriakan Khalifa segera beranjak dari tempat duduknya ke dapur. Dan benar saja, saat ia datang ia sudah menemukan Khalifa terduduk sambil meringis di lantai. Bisa di lihat, lantai sekitar Khalifa yang juga sangat basah. Entah bagaimana cara Khalifa mencuci piring, kini Hilal menyimpulkan bahwa gadis itu terkena senjata makan tuan.
“Kamu abis cuci piring apa abis ngepel?” tanya Hilal ini berjongkok di depan Khalifa sambil menghela napas nya berat.
“SShhhh jangan tanya itu dulu, bisa gak Gus? Astagfirullah sakit banget ini hiks hiks.” Tanpa sadar, air matanya menetes membasahi pipi, namun dengan cepat ia segera menghapus nya karena tidak ingin terlihat cengeng.
Tentu saja, dia Khalifa seorang mahasiswi, bukan Aca yang masih sangat kecil, jadi akan sangat memalukan jika sampai dirinya menangis hanya karena terjatuh seperti itu.
“Bisa bangun sendiri gak?” tanya Hilal yang langsung di balas gelengan kepala oleh Khalifa, “Aku panggil mba dulu di belakang ya?”
Khalifa hanya mampu menganggukkan kepala nya sambil masih sesekali meringis. Tentu saja, Hilal harus memanggil bantuan, bukan berarti dirinya tidak mampu mengangkat tubuh Khalifa. Hanya saja, ia mencoba menghargai, lagipula dirinya bukan mahram nya, jadilah ia tidak bisa sembarang menyentuh Khalifa.
Namun .... lagi lagi dan lagi Tuhan berkehendak lain. Baru saja, Hilal hendak melangkahkan kakinya untuk melewati Khalifa, dirinya ikut terpleset hingga membuat nya terjatuh tepat mengenai tubuh Khalifa.
“Huaaaaa!” Sontak saja Khalifa langsung menjerit, selain karena terkejut juga tubuh nya semakin terasa sakit karena tubuh Hilal yang cukup besar sedangkan dirinya sangat lah kecil.
Dan suara jeritan Khalifa sontak membuat beberapa orang yang tidak sengaja melewati pintu dapur merasa terpanggil. Dua orang santriwati yang semula hendak menuju dapur umum langsung membulatkan matanya dengan sempurna saat melihat Khalifa seperti menindih Khalifa.
“Astagfurullah, Gus Hilal!” pekik keduanya bersamaan membuat Hilal dan Khalifa seketika langsung menoleh dan menatap ke arah sumber suara.
...~To be continue ......
...Ini pelajaran buat semuanya ya... kalau cuci piring jangan kaya khalifa ... Tapi, kayaknya emang gak ada deh yang ngalahin kepinteran Khalifa? Iya kan?...
terimakasih untuk tulisan indah mu thor