menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
tanpa di komando Alex langsung undur diri bahkan tanpa berpamitan. sengaja membiarkan dua mantan kekasih yang saling bertatapan seakan menyelami mata masing-masing.
Zaifa dengan tatapan sendu, bahkan matanya berkaca-kaca. saat seperti ini lah yang paling di hindari oleh nya. Sedangkan Raihan, pria itu menatap Zaifa dengan tatapan yang sulit di artikan, antara marah, kecewa, rindu dan juga sendu.
Lama mereka bertatapan, hingga di luar sana semburat senja hendak muncul. Mereka yang saling diam, dan tidak ada salah satu yang ingin mengawali pembicaraan. Hanya dari tatap mata seolah mereka saling mengungkapkan kata.
Bosan dengan situasi yang menurut Zaifa menegangkan, akhir nya wanita itu berbalik bermaksud menghindar meskipun sudah sangat terlambat.
"tunggu Zaifa" suara itu menghentikan langkah nya. Bukan, jika hanya suara mungkin Zaifa akan tetap melangkah pergi. Tapi tangan kanan nya di tahan oleh jemari hangat milik Raihan.
"tunggu..."
Mau tak mau Zaifa kembali membalik kan badannya. Namun, tidak berani langsung bertatap mata dengan Raihan. karena jarak mereka sekarang hanya sejengkal.
"kenapa Zai? Kenapa?"
Zaifa tak bergeming mendapat pertanyaan Raihan. Sungguh sangat sulit untuk mengatakan yang sebenarnya. Ingin rasanya memeluk, menumpahkan segala kesedihan yang selama ini di dera nya.
Di jadikan sebagai gadis penebus hutang. Di nikahi pria yang sama tidak di kenali. Dan disaat ia sudah mencoba berdamai dengan takdir, ternyata takdir begitu mudah mempermainkan dirinya. fakta bahwa pria yang menikahi nya tidak menginginkan anak darinya, itu sungguh menyakitkan hatinya.
Zaifa memberanikan diri menatap mata indah milik Raihan. Mata tajam yang saat ini menatap nya dengan sendu. Zaifa susah payah membasahi tenggorokan nya dengan Saliva yang terasa kering. Tenggorokan nya tercekat, tak mampu berkata-kata.
"permisi pak. Saya tidak ingin ada yang melihat kita seperti ini"
Akhirnya ucapan yang bertolak dengan fikiran dan hatinya lah yang terucap. Zaifa mencoba melepas cengkraman tangan Raihan. Tidak terlalu kencang, hanya saja Raihan tidak membiarkan Zaifa pergi semudah itu.
"sampai kapan akan berpura-pura tidak kenal?" tanya Raihan dengan dingin.
"cukup! Kamu yang membuat ku seperti ini"
"sekarang lepasin tangan aku"
Raihan bergeming, masih setia menatap Zaifa yang berusaha melepaskan tangan nya.
"lepas"
"lepas mas!!!" seru Zaifa akhirnya.
Namun, keduanya terpaku. Karena sangking kesalnya, hingga tanpa sadar Zaifa memanggil bos nya sebagimana dulu ia memanggil nya.
"kau mengenal ku? Kau mengenal ku Zaifa. Bagaimana bisa kamu membiarkan aku dengan kebod*ohan seperti ini! Kenapa Zaifa, kenapa!"
ucap Raihan tegas, bahkan tangan Zaifa di hempas begitu saja.
"a-aku...."
"kau tau betapa marah dan benci nya aku kepada mu ketika mendengar setelah beberapa bulan aku pergi kau menikah dengan orang lain. Padahal.... Padahal janji kita adalah kau akan melanjutkan pendidikan mu, meraih cita-cita mu sembari menunggu ku menyelesaikan tugas yang ku emban"
"mass....."
"kau berbohong Zaifa. Kau berbohong!!!!" teriak Raihan.
Zaifa menggelengkan kepalanya, pertanda menolak apa yang di tuduh kan Raihan padanya. Air mata bahkan susah menganak sungai di pipi nya.
sungguh, sedikit pun tidak pernah terlintas di pikiran nya untuk menyakiti orang yang sangat di cintai nya. namun, kenyataan bahwa ia telah menikah dengan orang lain setelah kepergian Raihan memang tidak bisa di tampik nya.
"ma-mas .." Zaifa hendak meraih tangan Raihan, namun Raihan dengan sigap menghindar.
Zaifa terpaku, Isak nya semakin jelas terdengar. Ia tahu, ucapan Raihan tadi adalah ungkapan kekesalan dan kemarahan karena Zaifa tidak mampu menjaga janji yang telah di ucap kan nya. Janji delapan tahun lalu.
Namun, setelah beberapa saat mereka saling hening. Akhirnya Zaifa memilih berbalik. Ada baiknya jika sampai Raihan membenci nya. karena ia sudah merasa tidak memiliki harga diri saat ini. Ia yang sudah ingkar janji, ia yang sudah meninggal kan Raihan tanpa pamit.
Ya,,, akan lebih baik jika Raihan membenci dirinya.
Raihan terpaku menatap punggung Zaifa yang sudah beberapa langkah menjauh darinya. Zaifa memencet tombol lift. dan bersamaan dengan pintu lift terbuka, seseorang memeluk nya dari belakang.
***
Di halaman kantor, lima orang pria sedang menatap ke arah lantai teratas gedung perkantoran itu. Harap-harap cemas tergambar di raut wajah mereka yang tampan. Sementara satu orang, menatap ke arah yang sama dengan pandangan yang tenang. berbeda dengan empat orang lainnya.
"Lex, Lo yakin Raihan bisa menyelesaikan masalah mereka dengan baik?" tanya pria yang memakai jas hitam, di jas bagian dada pria itu bertuliskan nama 'Dani'.
"saya yakin tuan"
Dani menepuk pundak Alex sebagai jawaban.
"kenapa mereka lama sekali" celetuk Rama tak sabar.
Sesungguhnya pria yang memakai pakaian santai itu ingin melihat adanya drama yang akan menghibur dirinya. Setidaknya harus ada tangis menangis agar bisa lebih membuat dirinya terhibur. Namun, apa daya itu semua tidak menjadi nyata sekarang.
"menyebalkan" gumam nya.
"sabar lah. Menyelesaikan kisah yang belum selesai itu memang perlu waktu yang sedikit panjang" sahut Boby menatap Rama jengah.
"bersikap lah seperti Niel, yang diam dan anteng tanpa banyak protes" lanjut Boby menepuk pundak Niel yang ada di sebelah nya. Sementara Niel hanya membalas dengan senyuman tipis.
Rama hanya mendengus. Kemudian matanya menatap ke arah lantai lima belas dimana lampu ruangan itu masih menyala sementara lampu ruangan lainnya sudah padam. Dan tanpa terasa senja pun sudah hendak pergi berganti malam.
entah sampai kapan pada pria tampan itu akan menunggu pertunjukan yang kedua pelaku utamanya sedang asyik berpelukan di dalam lift.
"aku tau semuanya Zaifa" ucap Raihan.
Tubuh Zaifa bergetar. Rasa bersalah semakin menjadi. Isak tangis nya semakin keras terdengar. Beruntung pada karyawan sudah pulang semua sejak acara launching selesai di gelar..
"tolong jangan seperti ini mas" ucap Zaifa terbata-bata.
"biarkan seperti ini"
Akhirnya Zaifa membiarkan pria yang hingga kini masih di cintai nya tetap memeluk nya. Tak menampik, Zaifa pun rindu dengan pelukan hangat yang dulu sering di rasanya. Dan setelah sekian tahun, akhirnya ia bisa merasakan kembali.
namun, rasa rendah diri dan perasaan bersalah yang besar membuat Zaifa segera mengenyah kan perasaan nyaman itu. Hanya sementara, ya hanya sebatas di dalam lift ini ja akan membiarkan Raihan memeluk nya. setelah pintu lift terbuka maka ia akan segera menghindar secepat mungkin...
Ting ...
pintu lift terbuka, namun Raihan masih nyaman memeluk Zaifa sembari memejamkan matanya. seolah sedang menikmati momen indah yang sangat di rindukan nya.
"ya elah,,,,, yang di tunggu malah asyik pelukan di dalam lift. Bikin iri aja"
Celetuk seseorang yang membuat Zaifa dan Raihan reflek melepas pelukan dan menatap ke arah seseorang yang entah sejak kapan berdiri di depan lift.
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....