S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12. MAAFKAN PAPA, NAK
Keesokan harinya...
Atas permintaan Farhan, hari Farzan sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dengan catatan harus rutin datang ke rumah sakit mengontrol perkembangan kondisi Farzan.
Setelah mengurus biaya administrasi, Farhan pun membawa Zana dan putranya segera meninggalkan rumah sakit. Ia akan langsung membawa ibu dan anak itu menuju rumah yang sudah ia persiapkan dan setelah itu ia akan pergi menjemput Keyla untuk pergi ke butik melakukan fitting baju pengantin.
Sepanjang perjalanan Farzan tak hentinya berdecak kagum memuji kemewahan mobil papanya, ia yang baru pertama kalinya menaiki mobil mewah tentu merasa sangat senang.
Dan tak lama kemudian, mobil Farhan pun telah terparkir didepan sebuah rumah minimalis yang terlihat sangat mewah dimata Farzan yang selama ini hanya tinggal di rumah kontrakan sederhana.
Farhan lebih dulu turun dari mobil, kemudian membukakan pintu mobil untuk Farzan "Selamat datang, Sayang." Ujarnya seraya mengulurkan tangannya untuk menyambut putranya.
Dengan begitu bersemangat Farzan menyambut uluran tangan papanya. Bocah tampan itu lagi-lagi berdecak kagum menatap bangunan didepannya.
"Pa, apa ini rumahku?" Tanya Farzan.
"Iya Sayang ini rumahmu. Kau dan Mamamu akan tinggal disini." Jawab Farhan.
Mendengar ucapan papanya, Farzan nampak bersedih. Yang ia inginkan adalah tinggal bersama mama dan papanya, namun itu hanya akan menjadi angan karena papanya sebentar lagi akan menikahi wanita lain.
"Ada apa, Nak, kenapa kau terlihat sedih? Seharusnya kau senang tinggal di rumah baru." Tanya Farhan, ia merendahkan tubuhnya sejajar dengan putranya itu. Menatap tepat pada kedua mata Farzan yang terlihat sendu.
"Selama ini aku selalu berharap suatu hari nanti bisa tinggal bersama ayah dan ibuku, tapi sepertinya itu hanya akan ada dalam mimpiku." Jawab Farzan dengan lirih.
Zana yang berada dibelakang putranya itu, langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Kedua matanya nampak berkaca-kaca mendengar ucapan putranya. Selama ini ia selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan putranya, namun tidak dengan seorang ayah. Hal itu sangat mustahil baginya terkecuali suatu saat nanti akan ada lelaki baik hati yang mau menerima dirinya dan menggantikan Farhan menjadi sosok ayah untuk putranya.
"Maafkan Papa, Nak. Untuk permintaanmu yang itu Papa tidak bisa memenuhinya, tapi Papa janji kapanpun kau membutuhkan Papa, Papa akan segera datang untukmu." Ujar Farhan, ia mengusap pucuk kepala putranya itu dengan lembut. Sungguh hatinya terasa tercabik melihat putranya bersedih karena satu keinginannya yang tidak bisa ia penuhi. Ingin sekali rasanya ia berteriak meminta kepada Tuhan agar membuatnya bangun dari mimpi buruk ini.
"Sekarang kita masuk kedalam ya, Papa akan tunjukkan kamarmu. Kau pasti akan suka." Ajak Farhan.
Farzan mengangguk, ia meraih tangan papanya lalu menoleh meraih tangan mamanya. Kemudian mengajak papa dan mamanya itu untuk masuk bersama kedalam rumah. Ketiganya terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia, padahal sebenarnya kesedihan yang teramat dalam menggores hati mereka.
Ketika telah berada didalam rumah, sebelum memperlihatkan kamar putranya, Farhan terlebih dulu membawa Zana berkeliling melihat seisi rumah itu.
Bukan hanya Farzan yang merasa kagum, Zana pun dibuat takjub dengan isi rumah itu yang sudah serba lengkap. Semua perabotan sudah tertata rapi ditempat seharusnya. Sofa mewah bertahta di ruang tamu yang membuat ruangan itu nampak elegan. Belum lagi ruang keluarga yang nyaman untuk bersantai dan sudah dilengkapi TV berukuran besar. Dan tak hanya itu, didapur semua peralatan memasak semuanya sudah serba lengkap. Bahkan semua bahan untuk memasak seperti sayuran, daging dan lainnya juga sudah tersedia didalam lemari pendingin lengkap dengan bumbu-bumbu dapur.
Di bagian samping rumah itu juga sudah dibuat seperti taman bermain yang dilengkapi berbagai aneka permainan agar Farzan tidak merasa bosan berada didalam rumah. Dan tak jauh dari tempat itu, juga tersedia lahan kosong untuk Zana jika ingin menanam aneka bunga-bunga bahkan Farhan sudah menyediakan berbagai macam bibit bunga untuk itu.
"Bagaimana, apa menurutmu masih ada yang kurang?" Tanya Farhan.
Zana hanya mampu menggeleng pelan, kekagumannya membuatnya hampir tidak bisa berkata-kata. Farhan sudah membuatnya seperti bermimpi tinggal di rumah semewah itu, yang bahkan ia tidak pernah membayangkannya.
"Kalau Papa bertanya padaku, aku akan menjawab masih ada yang kurang." Sahut Farzan yang tengah menunggangi patung kuda poni.
Farhan tersenyum, "Apa yang kurang, Sayang?" Katakan saja, Papa akan memenuhinya." Tanyanya antusias sambil tersenyum.
"Papa." Jawab Farzan, ia menatap papanya sekilas. Ia tahu jika keinginannya itu mustahil, namun ia tidak akan berhenti untuk mengatakannya bahwa ia menginginkan papanya.
Senyum yang mengembang di wajah Farhan pun perlahan meredup, "Maafkan Papa, Nak." Ucapnya penuh sesal.
.
.
.
NEXT... ✨✨✨ 1 BAB LAGI UNTUK HARI INI
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏