Jodoh Memang Tidak Kemana

****

Dring dring

Terdengar suara dari tas Atika.

"Bentar yah aqlan, Har. Aku angkat telfon dulu"

Atika berlalu pergi ketika Mahar dan Aqlan mengagukkan kepalanya yang bertanda, meng iyakan.

Mahar yang menunggu Atika yang lumayan lama akhirnya memutuskan untuk mencarinya, tapi ketika ia baru berdiri dan membalikkan tubuhnya.

"Eh sudah? " tanya ke Atika (menggunakan bahasa indonesia)

"Sudah. Tadi yang telfon Elly,,,, katanya sudah ada di depan gerbang. Tapi geu suruh tunggu sebentar, soalnya gue lagi di perpus dan ada teman juga disini" Atika yang kebingungan mau jawab menggunakan bahasa apa, akhirnya menggunakan bahasa Indonesia.

Aqlan yang melihat Mahar dan Atika menggunakan bahasa Indonesia, akhirnya nyahut juga menggunkan bahasa Indonesia.

"Yah, kalian pulang duluan aja, aku juga sudah mau pulang," ucap Aqlan sambil tersenyum ramah.

"Loh kamu bisa bahasa Indonesia," ucap Mahar kaget bebarengan dengan manusia yang ada di samping Mahar. Yah, itu Atika.

"Yah memang. aku aja lahir disana, besar disana juga. Jadi bisa pake bahasa Indonesia lah," cetus Aqlan.

"Yah. masa aku besar disana gak tahu bahasanya, " lanjutnya.

"Iya. Bukan maksudku gitu.. Tapi beneran.. Aku kira kamu orang sini asli," ucap Mahar.

"Yah aku juga kira orang sini" sambung Atika

"Mungkin karena aku ganteng jadi dikira orang asli sini," ucap Aqlan sambil tertawa kecil.

"Narsis betul sih" tapi dari sorot mata Atika tidak menbenarkan kata-katanya, karena Aqlan dimata perempuan termasuk laki-laki terganteng di kampus ini.

"Tunggu dulu, kamu tinggal Diindonesia kan?" tanya Mahar.

"Hem" anggukan

"Kamu pernah ketemu sama aku gak? " ucap Mahar

"Gak pernah ketemu sama kamu" jawab Aqlan

"Terus kamu punya kembaran yah?.... Mukamu kaya gak asing betul diingatanku, tapi masih belum ingat" kata Mahar sambil mengingat ingat orang yang mirip Aqlan, tapi tetap tidak bisa ingat. Karena Mahar memang seperti itu orangnya gampang melupakan, susah mengingat kembali. Kecuali menceritakannya lebih detail lagi.

"Iya Aqlan, aku juga sepemikiran sama seperti Mahar" titah Atika.

"Emang kamu lupa Atika, kalau Dindonesia kita pernah bertemu? " ucap Aqlan

"Ha? Kita penah bertemu?..... Dimana? Kapan? " tanya nya beruntun.

"Iya pas itu-" kata Aqlan terputus, karena ada seseorang yang sedang memanggil Atika dan Mahar.

"Nona Atika, Mahar" yah itu adalah Ella saudara Elly, beda setahun dengan Atika dan jug Mahar.

"Yah kenapa Ella?" tanya Atika

"Itu nona, Nyonya mau berangkat keluar negri, temanin tuan untuk mengelolah perusahaan. Nyonya pengen nona antar kebandara"

"Oh gitu yah Ella. Yah sudah kami akan segera pulang, kamu duluan aja "

"aqlan kami duluan dulu yah. Kapan-kapan kita ngobrol lagi yang tadi sempat tertunda" walau berat akan penasaran tapi ia urungkan karena ini menyangkut Grannynya.

"Ayo Har....... by Aqlan" menarik tangan Mahar dan melambaikan tangan kepada Aqlan yang diikuti dengan Mahar.

Setelah keluar dari gerbang sekolah mereka pulang dengan kendaraan masing-masing, dan di perjalanan pulang, sudah tidak macet lagi, akhirnya sampai dengan cepat.

Setelah sampai dirumah, ternyata Fathir sudah ada diteras bersama Elzatta yang sedang menunggu. Jadi tanpa ganti baju Atika dan Mahar langsung pergi lagi kebandara menemani Elzatta kebandara. Elzatta berpesan kepada cucunya, agar tetap dikawal walau Elzatta tidak ada dirumah, dan jaga diri baik-baik karena ia akan tinggal berbulan-bulan disana.

*****

Setelah itu, Atika, Mahar langsung pulang. Sedangkan Fathir singgah ke rumah temannya. Sebenarnya Mahar dan Atika sangat iri dengan kakaknya karena ia tidak di kawal lagi, sedangkan mereka masih dikawal dimana-mana.

*****

Embun pagi yang menyejukkan, angin yang sedang meniup gorden yang sedang diam akhirnya begerak. Angin yang masuk di dalam kamar Atika seperti menusuk kulit lengan Atika yang tidak tertutup kain itu, akhirnya Atika memutuskan untuk berusaha bangun dari tidurnya karena begitu dingin. Lalu bergegas untuk mandi, dan mengajak Mahar untuk berkeliling lagi di kota yang sekarang dia tempati. Karena hari ini hari libur mereka, jadi mereka berdua memutuskan untuk jalan-jalan tapi tanpa pengwal. Setelah berfikir panjang, akhirnya mereka sudah menyusun strategi agar Elly dan Ella tidak dapat ikut.

Dan sekarang dirumah Elzatta, cuma ada Atika, Mahar, dan beberapa pembantu, karena elzatta menemani Albert diluar negri mengelola perusahaannya. Sedangkan Fathir menginap dirumah temannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

bersambung dulu~

Assalamu'alaykum

dila lagi ngak enak badan jadi ngak nulis,,,,, maaf atas keterlambatannya. yang sudah baca jangan lupa like, komen dan vote yh

terimakasih yang sudah mampir

Wassalamualaikum