Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#12. Arti Tangisan Dari Annisa.
Choki terkaget dengan penampakan wajah Annisa yang ia lihat tanpa penutup yang biasa gadis itu kenakan.
"Annisa, kamu kenapa?" panggil Choki seraya mencolek-colek pipi pucat gadis itu.
"Eh kok panas?" kaget Choki. Hingga pemuda itu juga menyentuh kening Annisa.
Tak perlu menunggu lama, Choki menggendong Annisa dan meletakkan raga gadis itu di atas tempat tidur.
"Maaf, kalau aku udah sentuh kamu tanpa ijin," ucap Choki. Ia ingin tak tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Hingga pada akhirnya Choki mengeluarkan ponselnya dan mulai berselancar di internet.
"Jadi, aku harus melonggarkan pakaiannya dan mengompres dengan air hangat," monolog Choki yang tengah membaca artikel dari sebuah website.
"Apa ini artinya, aku harus membuka kerudungnya?" gumam Choki seorang diri sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian Choki pun membuka pelan kerudung besar atau Khimar yang menutupi kepala serta rambut Annisa secara perlahan.
Pemuda itu kembali di kagetkan dengan kenyataan bahwa gadis penolongnya ini, yang secara tak sengaja menjadi istri dadakannya, ternyata memiliki sebuah rahasia kenapa ia menutup dirinya sebegitu rapat.
Choki, merasakan debaran aneh yang seketika muncul di dalam dadanya.
"Ini bukan waktunya untuk kagum Choki. Lu harus nolongin dia sekarang. Demamnya bahkan sangat tinggi," gumamnya menyadarkan diri sendiri.
Setelahnya Choki langsung beralih ke dapur dan bergegas untuk memasak air.
Hanya perlu sampai air di dalam panci kecil tersebut hangat saja, kemudian pemuda itu langsung mematikan kompor. Setelahnya beralih ke wastafel untuk menambahkannya air dingin.
Choki mengacak rak piring untuk mencari wadah. Hingga pemuda itu menemukan rantang stainless.
Choki kembali ke kamar dan mulai mengompres Annisa.
Choki bahkan mengacak isi lemari Annisa hanya untuk mencari kain serap air yang bisa ia gunakan untuk mengompres.
Selang dua jam kemudian.
Annisa terlihat mengerjapkan kedua matanya perlahan.
Kepalanya bergerak menoleh kiri-kanan memahami apa yang terjadi.
Tangannya ingin bergerak tetapi, terasa berat. Annisa yang kedua matanya sudah membuka secara sempurna saat ini menoleh ke bawah.
Betapa kagetnya ketika ia mendapati sosok pemuda berwajah kebulean itu tidur di atas lengannya.
"Astagfirullah," ucap Annisa lirih dan sangat pelan.
Gadis itu masih merasa lemas tak bertenaga. Jika harus membangunkan pemuda yang tertidur di sisi tubuhnya dengan keadaan duduk tertelungkup.
Pada akhirnya, Annisa kembali memejamkan kedua matanya dan tertidur lagi.
Waktu sudah lewat waktu Dhuha.
Choki terbangun lalu mengusap wajahnya kasar ketika sadar bahwa dirinya sudah ketiduran.
"Kenapa aku malah ketiduran di atas tangan Annisa," gumam Choki seraya seraya mengusap tangan Annisa demi mengaburkan jejak pulau yang ia tinggalkan di sana.
Telapak tangan pemuda itu terulur untuk menyentuh kening gadis yang sudah tidak sepucat tadi. "Adem," gumamnya.
Choki pun tersenyum, karena ia senang bahwa apa yang ia lakukan untuk gadis itu beberapa saat yang lalu membuahkan hasil. Hal ini merupakan kali pertama bagi diri pemuda itu dalam melakukan perawatan pada orang yang sedang sakit.
Choki beralih ke dapur lagi.
Mencari panci dan juga beras.
Lalu setelah menemukannya ia kembali berselancar di internet.
"Cara membuat bubur."
Itulah kunci pencarian yang Choki sebutkan pada si embah Gugel.
Hingga satu jam lamanya pemuda itu berkutat di dapur.
"Hebat banget sih lu, Chok. Baru kali ini lu rawat orang demam hingga turun panasnya. Lalu, masak bubur nasi. Padahal, selama ini elu nginjek area dapur di rumah lu aja kagak pernah," monolog pemuda itu sambil sesekali terkekeh menertawakan dirinya sendiri.
Nyatanya, bertemu dengan Annisa telah memberikan warna hidup yang berbeda untuk seorang Choki Zakaria.
"Viola! Well done!" serunya, ketika bubur nasi tersebut akhirnya matang.
Choki bergegas masuk ke dalam kamar Annisa dengan segelas air teh hangat.
"Loh, kamu sudah bangun Annisa?" tanya Choki.
Mendapati pemuda di dalam kamarnya dengan nampan di tangan serta tengah tersenyum padanya. Annisa gelagapan dan segera mencari Khimar serta niqob-nya.
Akan tetapi, benda yang ia butuhkan itu justru di gantung tepat pada bagian belakang pintu kamarnya. Sementara, Choki yang dekat dengan benda tersebut.
"Aku udah liat kok. Lagian kita itu udah halal, jadi kamu gak perlu menutupinya lagi." Choki meletakkan nampan berisikan bubur serta teh hangat itu di atas pangkuan Annisa.
"Aku senang kamu udah siuman. Betapa ketakutannya aku pas nemuin kamu pingsan tadi," jelas Choki berbicara sendirian tanpa tanggapan apapun dari Annisa.
Sebab, gadis itu tengah kebingungan perihal keadaannya yang sudah terbuka pada bagian atas kepala serta wajahnya. Annisa hanya bisa menunduk untuk memandang bubur yang masih mengepulkan uap panasnya.
"Dia sudah melihat Annisa. Bukan hanya wajah tetapi rambut dan leherku juga," batin Annisa dalam hatinya. "Berarti yang tadi itu bukan sekedar mimpi Annisa."
Gadis itu memejamkan matanya dan kristal bening tersebut jatuh perlahan merembes di kedua pipinya yang memerah.
"Kok nangis? Apa ada yang sakit?" cecar Choki khawatir.
Sikapnya perlahan melembut, melihat keadaan Annisa lemah seperti ini.
Setidaknya, Choki sadar jika semua yang terjadi pada gadis itu pun lantaran keberadaannya.
"Bilang sama aku, apa yang kamu rasain sekarang? Atau kita kerumah sakit aja," tanya Choki.
Perlahan, Annisa memberanikan diri untuk mendongakkan wajahnya demi menatap pemuda di hadapannya ini. Tangannya bergerak menghapus air mata di kedua pipinya.
"Annisa gak sakit. Hanya saja, Annisa merasa malu dan--"
Belum selesai gadis itu berbicara, air mata justru turun dengan semakin derasnya.
"Lah kok makin kejer?" bingung Choki. Pemuda ini sungguh tak kuasa jika melihat wanita menangis di depan matanya. Panik langsung menyerang dirinya.
"Please, Annisa. Bilang dong kamu ini kenapa? Apa aku ada salah atau gimana?" Choki bahkan sudah memegang kedua bahu Annisa dan mencengkeramnya lembut.
Gadis muslimah yang nyatanya sangat cantik ini kembali mendongak dengan air mata yang masih berderai. "Kamu, sudah melihat sebagian aurat Annisa. Itu artinya, kamu gak bisa meninggalkan Annisa dan membatalkan pernikahan ini," jelasnya dengan suara yang bergetar.
Sontak, Choki melepaskan pegangannya pada bahu Annisa.
...Bersambung...