"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
After Wedding
Acara pernikahan digelar secara sederhana dan hanya melibatkan keluarga serta orang terdekat saja. Sebenarnya Arumi dan Zahira sudah menawarkan diri untuk membantu mengurusi semua persiapan pernikahan, tetapi Ghani menolak keras usulan tersebut sebab pria tampan dengan tinggi badan 180 cm tak suka jika dirinya menjadi pusat perhatian semua orang apabila diselenggarakan secara meriah seperti resepsi pernikahan kedua Shaka dan Zahira dulu. Duduk di pelaminan, menyalami ratusan bahkan ribuan tamu undangan bahkan memaksakan diri beramah tamah di hadapan orang asing, Ghani tidak suka itu semua. Jadi lebih baik digelar secara sederhana, tetapi penuh khidmat.
"Selamat Rumi, akhirnya kamu punya menantu baru. Kupikir Ghani akan terus menjomblo karena tidak pernah mendengar dia dekat dengan seseorang," bisik Rini, besan Arumi. Terkikik geli membayangkan keponakannya itu hidup menyendiri hingga akhir hayat.
"Alhamdulillah Rin, berkat desakan cucuku yang cantik ini Ghani bersedia menikahi Queensha. Jika tidak mana mungkin dia mau menikahi baby sitter Aurora," jawab Arumi. Jari tangan wanita itu mencubit pelan pipi gembul Aurora. "Meskipun begitu, aku berharap rumah tangga mereka langgeng sampai maut memisahkan."
Dari banyaknya tamu undangan yang datang memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai, dua di antara mereka adalah orang terdekat Queensha yaitu Lulu. Wanita itu meluangkan waktu menghadiri acara syukuran pernikahan Queensha yang diadakan secara mendadak.
"Congratulation, Sha. Gue turut bahagia atas pernikahan lo. Gue enggak nyangka kalau lo betulan nikah sama ayah dari anak yang lo asuh. Padahal dulu gue cuma asal ngomong, eh malah dikabulkan Tuhan. Mustajab banget mulut gue." Lulu terkekeh mendengar ucapannya sendiri.
Queensha menimpali ucapan sang sahabat. "Makanya, kamu harus hati-hati dalam berbicara jangan sampai mengeluarkan kalimat yang malah mencelakai orang lain. Walaupun ucapanmu hanya kebetulan saja, tapi kita enggak pernah tahu apakah perkataan itu dikabulkan Tuhan atau tidak."
Lulu manggut-manggut. "Tapi ... gue betulan bahagia dengan pernikahan lo ini, Sha. Sekali lagi selamat ya, semoga jadi keluarga samara," ucapnya tulus. Sebagai seorang sahabat, tentu saja Lulu berharap Queensha dapat hidup bahagia bersama seseorang yang tulus mencintainya.
Lulu pikir pernikahan Queensha dan Ghani digelar atas dasar suka sama suka, tapi ternyata pernikahan itu dilangsungkan hanya demi Aurora.
Queensha melangkah maju kemudian memeluk Lulu. "Terima kasih, Lu. Kamu memang sahabat terbaikku." Wanita itu berbisik di telinga sang sahabat. Bibir wanita itu gemetar dan matanya pun berkaca-kaca. Lulu adalah satu-satunya orang yang selalu ada di saat suka maupun duka.
"Pak Ghani, jangan lupa berdoa dulu sebelum unboxing." Lulu mengerling nakal sebelum meninggalkan kedua pengantin.
Queensha melototi Lulu yang segera berlari menjauh dari mereka. Semburat rona merah muda terpancar di wajah wanita itu. Ia amat malu mendengar ucapan Lulu barusan.
Sementara Ghani tak begitu menanggapi perkataan sahabat dari sang istri. Lagi pula untuk apa menimpali toh ia tak akan pernah menyentuh Queensha walau hanya seujung rambut saja.
Aurora lari-larian mengejar Mayumi, sedangkan Allan duduk manis bersama kedua orang tuanya. Hubungan kedua gadis kecil itu terjalin sangat baik meski terpaut jarang empat tahun. Mayumi begitu menyayangi kakak sepupunya itu, pun begitu sebaliknya.
"Kak Mayumi, udahan ah, aku capek." Queensha berhenti berlari saat merasakan udara di paru-paru terkuras habis saat mengejar sepupunya itu.
Mayumi yang berjarak dua meter dari Aurora mendekat dan berkata, "Ya udah, kalau gitu kita udahan aja. Kebetulan aku juga capek nih. Aku mau minum dulu, kamu mau ikut?"
Aurora menggeleng. "Enggak ah, aku mau ke sana aja." Tunjuk gadis kecil itu kepada dua orang dewasa dalam balutan pakaian pengantin berwarna broken white. "Udah dulu ya Kak Mayumi. Bye, bye!" Ia melambaikan tangan dan berjalan menuju papa dan mama barunya.
"Papa, Mama!" panggil Aurora sambil berlari ke arah Ghani dan Aurora.
"Sayang, hati-hati. Kamu bisa terjatuh kalau berlarian begitu," tegur Ghani lembut.
Jemari tangan Aurora melingkar di paha Ghani. "Aku enggak bakalan jatuh, Papa, kan ada Papa dan Mama menjagaku." Kepala gadis itu mendongak ke atas demi melihat wajah Ghani dan Queensha. "Rora senang sekali karena akhirnya punya Mama baru. Terima kasih, Papa." Bola mata jernih mengerjap. Sorot mata gadis kecil itu memancarkan betapa tulusnya kalimat yang baru saja terucap.
Susah payah Queensha menyingkirkan ujung bagian dari pakaian pengantin yang dikenakan demi membungkan sedikit badannya agar dapat menyesuaikan dengan tinggi badan Aurora. Ia ulurkan tangan ke depan, mengelus puncak kepala gadis kecil itu.
"Papa pasti melakukan apa pun demi Rora, asalkan kamu bahagia. Bukan begitu, Pak?" Queensha melempar senyum ke arah Ghani seolah ingin meminta dukungan pria itu.
Ghani melirik sekilas kepada Queensha. Sejenak terpaku saat melihat senyuman manis tersungging di sudut bibir istrinya. Namun, ia segera memalingkan wajah ke arah lain.
"Heem," jawab Ghani datar dan memasang wajah tanpa ekspresi.
"Nah, sudah dengar sendiri kan apa kata Papa? Jadi, mulai sekarang Rora enggak boleh sedih lagi karena Mama akan selalu berada di sisimu." Queensha mengecup kedua pipi tembem Aurora.
Lagi dan lagi Ghani terkesiap saat melihat kedekatan antara Queensha dan Aurora. Setiap kali berada di dekat Aurora, sikap Queensha begitu perhatian. Tutur kata lembut dan penuh kasih sayang. Tak pernah sekalipun ia mendengar Queensha mengeluh saat si kecil merengek dan tantrum karena keinginannya tidak dikabulkan.
Bagaimana dia bisa sesabar ini menghadapi putriku? Aku saja yang mengadopsinya sejak kecil tak jarang sering naik pitam jika Aurora mulai bertingkah. Lah, dia enapa tampak tenang menghadapi sikap putriku ini? Benar-benar ajaib.
Acara masih berlangsung, tampak para tamu undangan yang hadir menikmati pesta kecil-kecilan yang diselenggarakan oleh pemangku hajat. Sebagian orang ada yang menyantap hidangan yang telah disiapkan oleh katering dan ada pula yang memilih berbincang hangat bersama teman, sahabat, sanak saudara untuk melepas rindu akibat terlalu sibuk bekerja.
***
Waktu terus berputar dan tanpa terasa jarum jam dinding telah menunjukan pukul tujuh malam. Para tamu undangan telah kembali ke rumah masing-masing begitu pun dengan kedua saudara kembar Ghani, Zavier dan Zahira.
"Queensha, mulai malam ini kamu tidur di sini. Nanti bunda akan meminta Mang Aceng membawa kopermu ke kamar Ghani."
"Tapi, Bu, saya-"
Arumi memicingkan mata. "Kok masih manggil Ibu sih! Ingat Queensha, kamu itu sudah jadi menantu di rumah ini jadi panggil bunda sama seperti yang lain. Mengerti?" tegur Arumi.
Queensha mengangguk. "Baik, Bun."
"Ghani, antarkan istrimu ke kamar. Dia pasti capek seharian menyalami tamu undangan," titah Arumi pada anak sulungnya.
Ghani menjawab malas. "Ya. Ayo jalan!" Lalu keduanya berjalan menuju salah satu kamar yang ada di paling ujung dekat pintu menuju balkon.
Tangan kokoh Ghani membuka daun pintu, menggeser tubuhnya demi mempersilakan Queensha. Dengan ragu Queensha melangkahkan kakinya yang jenjang ke depan. Tatkala melintas di depan Ghani, pria itu menghunuskan tatapan tajam seperti seorang binatang buas yang sedang mengintai mangsanya.
"Ingat, Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi, jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini sebab sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mencintaimu. Pernikahan kita hanya sementara. Jika waktunya tiba maka aku akan menceraikanmu." Ghani berlalu begitu saja meninggalkan Queensha yang masih membeku di tempat.
Hancur. Itulah yang dirasakan Queensha saat ini. Hati wanita itu hancur berkeping-keping bagaikan sebuah vas bunga yang dilempar ke lantai. Dia sadar bahwa tak ada rasa cinta di antara mereka, tapi haruskah Ghani memperjelas status mereka di malam pert@m@ pernikahan mereka?
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔