Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong Aku!
Marvin telah sampai ke Indonesia, ditemani oleh Dewangga, menggunakan jet pribadinya. Kedatangan mereka di sambut oleh para anggota Athena.
Tujuan Marvin datang ke Indonesia hanya untuk membalaskan dendamnya terhadap orang-orang yang menyakiti mamanya. Dia akan menghukum mereka sesuai dengan kesalahan mereka, nyawa dibalas dengan nyawa, penderitaan dibalas dengan penderitaan.
Karena itu target utamanya adalah Markus, pria yang telah menghabisi nyawa mamanya, dia ingin tau siapa yang memerintahkan Markus untuk membunuh dia dan mamanya.
Di Markas Athena, Marvin mencoba untuk menggambar sketsa wajah Markus di white bor, dia bukan seorang pelukis, namun demi bisa menggambar wajah pria itu sampai dia mengikuti les melukis, hingga akhirnya dia bisa menggambar wajah Markus dengan semirip mungkin.
Marvin memang sengaja tidak memberitahu Omnya tentang wajah Markus, karena dia tidak ingin melibatkan Om Theo dalam rencana balas dendamnya, dia tidak ingin Om Theo terluka karenanya, karena hanya Om Theo satu-satunya keluarga yang dia punya.
"Tolong cari pria ini, aku yakin dia seorang pembunuh profesional, pasti dia anggota dari salah satu gangster di negeri ini." Marvin menyuruh anak buahnya untuk mencari Markus.
"Bawa dia hidup-hidup ke hadapanku!"
"Baik, Tuan." kata semua anggota gang Athena. Mereka memang dilatih untuk taat kepada bosnya.
"Hmm... ya sudah, kalau begitu aku ingin pergi ke suatu tempat dulu." Marvin ingin pergi ke Kampung Duku, dia ingin mengenang semua kenangannya bersama sang mama. Sementara makam sang mama berada di Australia, karena itu selama dia tinggal disana hampir tiap hari mengunjungi makam sang mama.
"Biar aku temani!" Dewangga memang ditugaskan untuk melindungi Marvin.
"Tidak perlu, aku ingin sendirian pergi kesana. Aku ingin memiliki waktu untuk menenangkan diri." tolak Marvin.
Dewangga terpaksa mengalah, "Ya sudah, kalau ada apa-apa kabari aku."
Marvin menganggukan kepala. "Lebih baik kamu fokus ke rencana kedua kita, menghancurkan perusahaan papaku."
...****************...
Marvin mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal, dia membiarkan atap mobil sportnya terbuka, untuk menikmati hembusan angin di daerah pendesaan tersebut.
Sudah lama Marvin tidak menginjakan kakinya di negeri ini, dia ingin mengenang saat dia dan mamanya pergi ke Kampung Duku dengan menumpangi sebuah bus, dulu dia dan mamanya harus mengemis dulu agar bisa mendapatkan uang ongkos kesana, karena Bu Rena teringat dengan sebuah rumah yang dibangun oleh orang tuanya di Kampung Duku, rumah itu dulu sering dipakai untuk tempat menenangkan diri, karena Bu Rena terlahir dari keluarga kaya raya. Orang tua Bu Rena sudah lama meninggal.
Mungkin karena sudah lama tidak menginjakan kaki di negeri ini, membuat Marvin merasa asing dengan suasana dijalan raya yang dia lewati. Banyak gunung-gunung besar di sulap menjadi gedung yang megah, hutan yang luas di sulap menjadi perumahan. Beruntung dia masih bisa mengandalkan GPS agar tidak tersesat.
Setelah sampai tempat yang dituju, Marvin mendatangi tempat yang dulu dia tinggali bersama sang mama. Tempat itu kini hanya menyisakan puing-puing bekas kebakaran, bahkan banyak rumput liar didalamnya.
Marvin menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Betapa terpukulnya dia jika teringat kembali bagaimana Markus membunuh mamanya dengan cara yang sangat keji. Bu Rena pasti kesakitan sekali malam itu, tak ada yang menolongnya, hatinya sangat remuk jika membayangkan kejadian itu.
...****************...
Ternyata di kampung yang sama, Nadine ingin memantau tempat konstruksi pembangunan hotel disana, sebenarnya pembangunan hotel disana mendapatkan banyak protes dari warga sekitar. Tapi Nadine tidak ingin mendengarkan protes dari mereka, karena lahan bekas hutan itu memang milik Leon Grup.
Nadine memperhatikan lingkungan di Kampung Duku itu, 30 persen disana memang masih dikelilingi hutan, namun Kampung Duku memiliki keindahan tersendiri, karena itu banyak wisatawan yang datang ke sana. Nadine yakin Leon Grup akan memiliki keuntungan yang sangat besar jika perusahaan membangun sebuah hotel disana.
Nadine berjalan dengan santai menyusuri hutan, dia sangat penasaran dengan lokasi kejadian tempat kebakaran rumah yang menewaskan Bu Rena dan Marvin. Walaupun harus melewati jalan yang berliku.
Nadine dikejutkan oleh lima orang pria tiba-tiba menghadangnya. Ternyata mereka adalah teman sekelas Marvin dulu, yang sering membullynya. Anton, Dicky, Ari, Tedi, dan Ramzi.
Anton adalah pria yang paling merasa sok kaya di Kampung Duku, dia menentang keras pembangunan hotel di Kampung Duku itu, namun Nadine sama sekali tidak ingin mendengarkan protes dari mereka.
Nadine segera mundur menatap tajam pada mereka, dia sangat ketakutan sekali, apalagi sekarang ini dia berada ditempat yang sepi, di tengah-tengah hutan.
"Kalian mau apa? Jangan berani berbuat macam padaku!" bentak Nadine sambil berjalan mundur.
Anton malah tertawa, "Salahkan dirimu sendiri kenapa harus berurusan dengan kami. Kamu tau siapa aku? Aku adalah Anton, anak dari saudagar kaya di kampung ini. Karena kamu sudah berani menentang aku, rasakan akibatnya."
Tedi memperhatikan penampilan Nadine dari ujung kaki ke ujung kepala, dia meneguk saliva memandangi Nadine. "Ayo kita gilir dia rame-rame, aku ingin tau bagaimana rasanya bercinta dengan gadis kota yang sombong."
Nadine terkejut mendengarnya, dia segera berlari untuk melarikan diri.
Kelima pria itu malah tertawa puas, seolah-olah Nadine sedang mengajaknya bermain dulu. Apalagi Nadine malah berlari ke arah yang salah, justru dia akan terjebak mamasuki ke area hutan yang luas.
"Ayo kita kejar dia!" perintah Anton.
Mereka berlima pun berlari mengejar Nadine.
Brukk...
Tiba-tiba Nadine menabrak seorang pria, membuat Nadine terjatuh dihadapan pria itu.
Ternyata pria itu Marvin, tentu saja Marvin sangat mengenal betul wajah anak kesayangan papanya, sampai papanya tega mengusir dia dan mamanya. Seandainya Nadine tidak ada, mereka pasti tidak akan diusir dari rumah, mamanya tidak akan mati dengan cara mengenaskan.
Kenapa Nadine ada disini? Padahal target pertamanya adalah Markus. Tapi apakah Marvin harus menyia-nyiakan kesempatan ini? Mangsanya telah datang sendiri padanya.
"Argghhh... sshhh..." Nadine meringis karena lututnya terluka.
Nadine segara berdiri, dia memegang lengan Marvin dengan tangannya yang gemetaran. "To-tolong aku, ada yang ingin berbuat jahat padaku." Nadine sama sekali tidak tahu bahwa pria dihadapannya adalah pria yang berbahaya, jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan kelima pria yang mengejarnya.
Marvin melihat ke arah kelima pria yang sedang mengejar Nadine, ternyata mereka adalah teman-teman sekelasnya dulu, yang hampir tiap hati membullynya.
"Cepat serahkan gadis itu pada kami, kamu jangan ikut campur jika kamu ingin selamat." Anton mencoba memperingatkan Marvin untuk tidak ikut campur urusannya bersama Nadine.
Marvin sama sekali tidak peduli dengan nasib Nadine, malah bagus dia akan mengalami penderitaan oleh kelima pria itu. Tuan Rama dan Sonya pasti akan sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa putri tercinta mereka. Marvin melepaskan tangan Nadine, dia rasa lebih baik dia pergi.
Tapi Nadine menahan lengan Marvin, dia memohon-mohon pada Marvin untuk tidak meninggalkannya. "Aku mohon, tolong aku. Tolong jangan tinggakan aku."