Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Ternyata tidak hilang
"Kamu itu ngapain saja sih di kamar. Ibu berdiri di sini sudah lebih dari 1 jam yang lalu, dan kamu baru keluar. Capek tau ngga mulut ibu, teriak-teriak terus." sungut ibu kesal. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil mengerucutkan bibirnya.
Doni hanya meringis sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.
"Kenapa kamu diam saja? Padahal Siska hilang lho. Sewaktu menyapu, terlihat pintu kamarnya terbuka. Dan ia tidak ada di kamarnya." ibu menatap putra semata wayangnya dengan serius.
"Bu, Siska itu ngga hilang. Tapi tidur di kamar ku."
"Apa! Tidur di kamar mu?" bu Mirna kembali berteriak.
"Sssttt.... Ibu jangan berteriak-teriak seperti itu dong. Kalau kedengaran tetangga gimana?" Doni sampai menempelkan jari tangannya di depan bibir.
"Kalian sudah itu?" tanya Bu Mirna penasaran sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya seperti ayam mematuk.
"Tentu saja belum Bu. Siska itu kan gadis baik-baik, mana mau di ajak begituan." ucap Doni sesantai mungkin.
"Lalu, kenapa dia bisa berada di kamarmu?" tanya Bu Mirna penasaran.
"Mungkin semalam dia ke kamar mandi, lalu setelah kembali, ia salah masuk kamar. Tuh liat saja, dia masih pakai baju kan?"
Bu Mirna manggut-manggut sambil mulutnya membentuk huruf O.
"Ya sudah bangunin dia. Masa, perempuan jam segini belum bangun." bu Mirna meninggalkan Doni menuju dapur.
"Bangunin apa tidak ya?" gumam Doni yang tengah duduk di tepi ranjang tempat tidur.
"Nanti dia marah ngga ya kalau semalam aku kembali menodainya."
Setelah bermonolog seorang diri, akhirnya dengan ragu Doni membangunkan Siska. Ia mengguncang pelan tubuhnya sambil menyebut namanya.
"Sis, Siska sayang. Ayo bangun." ucap Doni berulang kali. Hingga akhirnya Siska menggeliat manja sambil mengerjapkan matanya.
Ketika kesadaran mulai sempurna, Siska kembali melakukan aktingnya. Ia memindai ke seisi ruangan.
"Perasaan semalam aku tidur bukan di kamar ini? Kenapa sekarang ada di sini? Ini kamarnya siapa mas?" tanya Siska berpura-pura bingung.
"Ini, kamar ku Sis." lirih Doni.
"Kamar mu? Kenapa aku bisa di sini?"
"Aku juga tidak tahu. Pagi-pagi sewaktu aku bangun, tiba-tiba kamu sudah ada di sini. Coba di ingat-ingat kamu semalam merasa keluar kamar tidak."
"Sepertinya aku ingin buang air kecil. Habis itu aku masuk kamar." ucap Siska setelah beberapa menit diam.
"Oh, berarti benar tebakan ku. Mungkin habis pipis kamu salah masuk kamar." ucap Doni sambil tersenyum.
"Bisa jadi sih. Ah mas, kenapa badan ku sakit semua?" ucap Siska sambil menggeliat. I_ini di badanku kenapa ada tanda merah-merah seperti ini?"
Doni seketika panik, ketika Siska menyadari perubahan yang ada pada tubuhnya.
"Aku juga tidak tau Sis. Coba aku pegang sakit tidak?" Doni mendekatkan tangannya ke area tertentu pada tubuh Siska, namun wanita itu segera memukul tangannya.
"Jangan seperti itu mas. Aku malu."
"Eh maaf Sis. Ya sudah, kamu mandi saja dulu, habis itu kita sarapan pagi bersama."
Siska mengangguk lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.
**
"Siska, kenapa badan mu penuh tanda merah?" tanya Bu Mirna, yang sangat penasaran dengan beberapa tanda yang terlihat jelas di tubuh Siska, saat wanita itu duduk dihadapan calon ibu mertuanya.
"Siska juga tidak tahu bu, ini tanda apa. Yang jelas, saat bangun semua tanda ini sudah ada. Dan di bawah sana rasanya juga sakit." tutur Siska dengan wajah sendu.
"Sakit?" Bu Mirna mengernyitkan dahi, lalu menoleh ke arah Doni.
Laki-laki itu merasa tidak nyaman karena terus diperhatikan ibunya. Ia tahu ibunya tengah mencurigainya.
"Mungkin karena kamu belum makan. Ayo makan dulu Sis, biar ada kekuatan." ucap Doni sambil menuang nasi ke piringnya.
Wanita itu mengangguk, lalu menuang nasi ke piringnya. Mereka pun menikmati sarapan pagi dengan lahap.
Setelah selesai sarapan, Doni mengantar Siska ke kost-kostannya.
"Siska, sebaiknya kamu hari ini istirahat dirumah dulu. Kasian kalau kerja dalam kondisi badan tidak sehat. Cepat sembuh ya, agar kita bisa segera melangsungkan pernikahan."
"Baik mas." Siska tersenyum tipis sambil mengangguk.
Doni memberanikan diri mengecup kening Siska yang terlihat tampak malu-malu kucing.
Setelahnya ia kembali melajukan mobilnya menuju kantor dengan penuh semangat. Karena tadi malam kembali merasakan surga dunia dengan Siska.
"Widih, kamu senyum-senyum sendiri Don. Ada kabar baik apa?" Adi bertanya sambil menghidupkan layar komputernya.
"Ah, kamu mau tahu saja." balas Doni sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya.
"Hei kamu." Doni menunjuk seorang lelaki yang berpakaian serba orange. Laki-laki itu menoleh ke kanan dan kiri lalu menunjuk hidungnya sendiri.
"Iya kamu, memangnya siapa lagi?" Doni melambaikan tangannya, lalu laki-laki itu pun mendekat ke arahnya.
"Ada yang bisa dibantu pak?"
"Buatkan aku kopi seperti punya teman ku itu." Doni menunjuk kopi yang ada di meja Adi.
"Baik pak." laki-laki berseragam orange itu segera berlalu menuju pantry. Dan Doni masih terlihat santai duduk di singgasananya.
"Don, ini file yang harus kamu selesaikan hari ini." ucap Bu Dewi yang tiba-tiba sudah berada di dekatnya, sambil meletakkan setumpuk map di atas meja kerjanya. Membuat laki-laki itu langsung terlonjak kaget.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘