Di Tikung Sahabat Sendiri

Tidak bisa di biarkan, Aisyah datang membawa minuman dan beberapa cemilan.

"Ehhhm, Aduh seperti nya ada yang lucu yah sin?" tanya Aisyah kepada Sindy yang belum berhenti tertawa.

"Eh mba, tidak mba. Barusan mamah menceritakan tentang keseruannya selama di Australi, Iyah kan mah?"

...----------------...

Mamah Ruli kaget di tanya mendadak oleh putrinya,

"Iyah Aisyah, mamah waktu di Australi ketemu sama temen mamah, orang nya kocak, lucu"

"Tapi tadi sepintas Aisyah dengar ada yang menyebut nama Maira" tanya Aisyah. Nampak muka tegang tante Ruli dan Sindy.

"Maksud mamah, temen mamah namanya Maira mba" Jawab Sindy.

"Oh begitu, kirain Maira sahabat nya mbak" Jawab Aisyah sekenanya.

"Bukan mba, wong yang namanya Maira kan banyak, bukan cuman sahabat mba aja" tukas Sindy.

Oh mereka sepertinya sedang bersandiwara, mereka cocok menjadi pemain bintang film. Seandainya ada sutradara disini, mereka pasti langsung tanda-tangan kontrak. pikir aisyah.

"Aisyah...?" Mamah Ruli memanggil

"Iyah Mah, Ada apa ?" tanya Aisyah

"Apakah kamu sama Dimas sedang bertengkar?" tanya Mamah Ruli.

"Tidak mah kami tidak sedang bertengkar," Jawab Aisyah

"Syukur lah kalau begitu mamah senang, Di dalam rumah tangga wajar kalo ada sedikit pertengkaran anggap saja itu sebagai bumbu rumah tangga, Namun jangan sampai berlarut - larut yah nak" ucap mamah mertua memberikan wejangan dalam rumah tangga kepada aisyah.

"Iyah Mah, Aisyah mengerti"

"Ya sudah mamah sama Sindy pulang dulu yah, mamah sudah capek sekali pengen istirahat" Mamah Ruli dan Sindy beranjak dari kursinya, berjalan menuju pintu ke luar untuk pulang

"Kamu hati-hati di rumah yah Aisyah!" Mamah Ruli diam sejenak, mungkin Mamah Ruli berharap di tahan oleh Aisyah supaya mereka bisa istirahat di rumah mewah Aisyah. Tapi perkiraan Mamah Ruli meleset, Aisyah hanya diam saja.

"Iyah Mah, terima kasih"

"Sama-sama" Jawab Mamah Ruli

"Aku juga pamit yah mba" ucap Sindy.

"Iyah"

Ruli dan Sindy berjalan pelan memasuki mobilnya, dan Aisyah hanya menatap mereka di depan pintu rumahnya. Sepintas Aisyah mencuri dengar ucapan Sindy kepada mamah nya, dengan senyum mengejek,

"Mah kenapa ga jadi menginap di rumah mba Aisyah sih, Sindy berharap tidur di kasur empuk dan tinggal beberapa hari di rumah mewahnya" ucap Sindy sambil menggandeng lengan mamahnya.

"shuuttt, kamu diam saja. Kamu bisa tidur di rumah, di rumah gak kalah enak dengan yang disini"

Mobil melaju pergi meninggalkan pekarangan rumah Aisyah.

Huffts berlama-lama bersama ipar dan mertua nya membuat Aisyah tidak tahan. Aisyah kesal sekaligus jengkel kepada ipar dan mertuanya yang bermuka dua, di belakang Aisyah mereka menjelek-jelekkan Aisyah tapi di depan Aisyah mereka bertutur kata lembut, bahkan tak lupa mereka selalu memuji-muji Aisyah.

Mungkin jika Aisyah, tidak memergoki mereka tadi. Dan tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Aisyah akan sangat senang memiliki mertua dan ipar yang perhatian kepadanya.

Aisyah mungkin akan menceritakan kelakuan b*j*t anaknya yang selingkuh berharap dapat Pembelaan dari mereka. Namun justru Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Mereka sama-sama tidak punya hati, mereka tidak memikirkan perasaan Aisyah.

Tidak ingin pusing memikirkan suami, teman, mertua dan ipar nya, Aisyah memilih untuk pergi ke Butik miliknya. Dia berharap dengan bekerja akan membuat dirinya lupa sebentar dengan semua masalahnya.

...----------------...

Di ****Butik Ladie Palace****, Aisyah sedang sibuk menata toko online di laptopnya. Dia Serius sekali menggunakan foto jualan nya beserta dengan caption menarik. Dia bersyukur, baik toko online maupun offline yang di jalannya sama-sama memberikan keuntungan.

Ketika sedang fokus dengan kegiatan tersebut, Aisyah mendapatkan pesan dan ia tersenyum ketika membacanya.

"Pesan dari siapa?, sampe senyum-senyum begitu?" Suara maira seketika menggema dalam ruangan. Perempuan itu langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan langsung ke pojok ruangan, membuka kulkas dan mengambil soft-drink yang sudah tersedia di sana. kebiasaan yang tak pernah hilang.

Aisyah tetap mempertahankan senyum nya dan memadang ponselnya lama dan kemudian berucap tanpa memadang ke arah Maira. "Biasa pesan mesra dari suamiku, dia bilang jangan telat makan siang dan bilang kangen aja. So Sweet banget kan, suamiku?"

Maira yang mendengarnya tiba-tiba merasakan hambar pada minumannya. Wanita hanya menanggapi seadanya.

"Namanya juga orang bucin, ya pasti so sweet dong"

Aisyah melirik sekilas dengan ekor matanya. Seuntai garis lengkung di bibir indahnya tercipta melihat sedikit perubahan wajah kesal pada Maira.

Ini belum seberapa Maira, Ini tidak sebanding dengan pengkhianatan yang kamu torehkan kepadaku. padahal aku sudah menganggapmu seperti saudara kandung, kasih sayang tulus aku berikan kepadamu, Aku dengan senang hati berbagi kasih sayang orang tua, berbagi tempat tidur, pakaian bahkan berbagi teman-teman. Tapi kamu dengan tega nya menusukku dari belakang.

Harusnya aku tidak menyayangi mu sedalam dan setulus ini, sehingga luka nya tidak akan sesakit ini...

Mungkin kamu berpikir aku bodoh, Ya kebodohan ku selama ini cukup di sini saja aku tidak akan tertipu lagi dengan muka polos mu Maira.

Aku dan keluarga ku sudah berbaik hati menolongmu, di saat keluarga angkatmu tidak mengharapkan mu, Tapi kamu emang dasar tidak tahu terima kasih.

"Aisyah Are you Okey?" ucap Maira menyadarkan ku dari lamunan.

"Aku baik - baik saja , By the Way tumben main ke sini,? lagi ga ada jadwal yah?" tanya Aisyah mencairkan suasana

"Iyah pacar ku mengajak buat nemenin dia ke acara pesta ulang tahun temen nya. Jadi aku mau liat-liat gaun di sini" ujar Maira menyampaikan maksud kedatangan nya.

"Pacar? Sebelum nya kamu belum pernah mengenalkan pacar kamu kepadaku?" tanya Aisyah pura-pura tidak tahu

"Mungkin lain kali saja, pacarku lagi sibuk dia seorang Ceo perusahaan ternama. aku pasti akan mengenalkan pacarku kepadamu nanti" Jawab maira gugup.

"Benarkah, ? suamiku pasti mengenal pacar mu karena pacarmu kan CeO" antusias Aisyah ketika mendengar pacar Maira seorang Ceo

"Ii..iya mungkin, aku mana tahu"

Mereka pun langsung keluar dari ruang kerja Aisyah, dan langsung menuju display tempat gaun di pajang. Aisyah terus melangkah di samping Maira yang sedang memilih gaun koleksi butiknya.

Beberapa pengunjung yang tau kedatangan Maira yang seorang artis, tidak sungkan berswafoto bersama. Sebagai sosok yang lemah lembut dan ramah tentu saja Maira mengiyakan ajakan mereka.

Setelah berjalan cukup lama, Maira menghentikan langkahnya pada satu gaun yang menarik perhatiannya. Gaun itu simple tapi elegan, Warna maroon yang di paduan dengan hitam dengan potongan sangat teliti, ada beberapa butir mutiara di gaun itu semakin menambah keindahan. Desain nya indah, Maira jatuh hati dengan gaun itu.

Aisyah mengerti ketertarikan Maira, dengan menampilkan wajah menyesal dia memberitahu wanita itu

"Sayang sekali gaun ini sudah dipesan dan dibayar. kita tinggal menunggu penjemputannya saja"

Maira mendengus kecewa, dia benar-benar menginginkan gaun tersebut.

Setelah berkeliling sekitar setengah jam, akhirnya Maira menemukan gaun yang cocok untuknya. Walaupun tidak dipungkiri pikiran nya masih memikirkan gaun yang tadi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"